Oleh: Arienal Prasetyo & Randy Aprialdi S
Melalui akun X-nya, Teddy Tjahjono selaku Sporting Director PT PBB melayangkan somasi dan ancaman pelaporan kepada salah satu Bobotoh dengan akun X @samsecond_. Akun ini direspon Teddy sebagai penuduh yang menyebutkannya sebagai saksi pemberat kasus kericuhan beberapa Bobotoh (sebutan pendukung Persib) di Stadion Indomilk Arena pada 26 November 2023.
Dalam somasi ini, Teddy membantah tuduhan @samsecond_ karena dianggap tanpa data dan dasar. Teddy merasa keberatan dengan menyebarnya dokumen Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kasus kerusuhan tersebut. Namun, di sini, Teddy juga tidak menyertakan bukti kuat terkait bantahannya sebagai saksi pemberat seperti video tanda tangannya di BAP yang tersebar di media sosial.
Di sepakbola (lokal maupun internasional), perseteruan antara suporter dengan manajemennya adalah hal lumrah. Namun, ancaman pelaporan tindak pidana apabila @samsecond_ tidak meminta maaf dalam 2x24 jam terhitung sejak Selasa (16/4) menjadi babakan baru di tengah kondisi Bobotoh yang sudah sejak lama mengkritik Teddy.
Ancaman ini menjadi bukti bahwa para petinggi klub bisa bergerak bebas memenjarakan suporter yang dianggap mencemarkan nama baik. Imbauan untuk meminta maaf bisa dibaca sebagai pesan bahwa manajemen adalah pihak yang tidak pernah luput dari kesalahan dan suporter adalah si pembuat onar.
Padahal, dalam rentang waktu beberapa tahun ke belakang, memang terlihat masih banyaknya pekerjaan rumah yang sebetulnya lebih harus diselesaikan oleh para pemangku jabatan PT PBB. Seperti model pembelian tiket yang mahal namun sering sulit diakses karena sistem. Di sisi lain, banyak juga perihal kultural yang justru semakin memperkeruh perseteruan sebagian Bobotoh dengan Manajemen Persib Bandung.
Di antaranya adalah lahirnya Fansib Community pada Oktober 2021 yang berkesan manajemen lebih senang mengorganisir kelompok suporter baru dengan manner lebih baik di tribun stadion. Pada akhir-akhir ini pun ramai soal perubahan tanggal lahir Persib yang menjadi perdebatan dan kritik tanpa henti sampai sekarang. Tindakan dan keputusan ini layaknya menjadi upaya-upaya degradasi Bobotoh secara kultural yang sudah terbangun bertahun-tahun secara organik.
Bukan hanya soal mekanisme dukungan berupa tiket dan kultural saja. Pekerjaan rumah Persib akan semakin jauh dan rumit jika mengingat meninggalnya dua Bobotoh, Ahmad Solihin dan Sopiana Yusuf, dalam gelaran Piala Presiden 2021 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA). Semua seolah selesai dalam satu pihak dan untuk mengingat tragedi tenggelam oleh euforia dan pro kontra yang terus bermunculan.
Atas segala kekisruhan yang terjadi di ranah sepak bola profesional Kota Bandung sampai somasi dari Teddy, lagi-lagi suporter menjadi pihak yang disudutkan. Seruan “Teddy Out” yang digemakan Bobotoh, semakin menemukan alasannya karena ancaman pelaporan ini. Pelaporan ini pun tidak menutup kemungkinan akan mengancam Bobotoh lain dan juga suporter lain di Indonesia.
Komentar