Dilema Kepemilikan Erling Haaland: Madu atau Racun?

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Dilema Kepemilikan Erling Haaland: Madu atau Racun?

Oleh : Afif Muhammad (Akun X : @pip0024)
Editor : Bayu Pramono


Sang robot Erling Haaland mengemas tujuh dari 16 gol Manchester City dalam tiga gameweek pertama Liga Inggris musim ini. Tidak heran jika Haaland jadi aset spesial yang sepatutnya dimiliki oleh seluruh manajer FPL. Apalagi jika poin selama tiga gameweek ini masih stagnan atau cenderung mengalami penurunan.

Namun, dengan harga 15.2m (mengalahkan rekor Henry, Ronaldo dan Van Persie), menjadi sebuah dilema harus dimiliki atau tidak. Haaland bisa menjadi “madu” pengundang panah hijau. Atau “racun” perusak poin.

Mengapa Harus Memiliki Erling Haaland?

  • Jadwal Relatif Mudah dan Return Poin yang tinggi

Lawan terberat Manchester City hingga Gameweek (GW) ke-11 nanti hanya Arsenal di GW kelima. Seharusnya tidak sulit bagi sang robot untuk mendapatkan minimal satu gol dari setiap laga. Pada tiga GW pertama, rata-rata xG (angka harapan gol) yang diperoleh Haaland sebesar 1,26. Bahkan berhasil mencetak hattrick selama 2 GW berturut-turut.

  • Tidak Memiliki Pelapis

Hengkangnya Julian Alvarez ke Atletico Madrid, menyisakan Haaland yang dapat mengisi peran target man di Manchester City. Opsi lain adalah penyerang tipikal kreator seperti Phil Foden dan Ilkay Gundogan. Walaupun Pep Roulette selalu mengancam, setidaknya kemungkinan rotasi Haaland seharusnya lebih kecil dari musim-musim sebelumnya.

  • Tingkat Kepemilikan yang Semakin Tinggi

Sampai artikel ini ditulis, presentase kepemilikan Haaland mencapai 65,2%. Artinya, jika Haaland berhasil mencetak poin yang banyak pada suatu gameweek dan mayoritas dari manager-manager menjadikannya sebagai kapten, besar kemungkinan manajer yang tidak memiliki Haaland akan mendapatkan panah merah yang signifikan.

  • Kompetitor Striker dari Tim Pesaing “Belum Panas”

Musim lalu, Haaland memiliki penantang yang menarik dalam memperebutkan gelap top skorer di Premier League dengan harga yang lebih murah seperti Alexander Isak (Newcastle), Ollie Watkins (Aston Villa) atau Dominik Solanke (Bournemouth, musim ini berseragam Tottenham). Ketiganya berhasil memberikan perlawanan dan menjadi pilihan striker alternatif yang menemani Haaland di skuad FPL masing-masing manager. Pada musim ini, bukan hanya ketiga striker tersebut kurang memberikan kontribusi, namun striker-striker lain juga belum memberikan kontribusi sebesar pencapaian Haaland pada tiga gameweek awal ini. Beberapa nama yang mendekati kontribusi Haaland setiap gameweek seperti Danny Welbeck dan Joao Pedro (masing-masing 2 gol untuk Brighton), Kai Havertz (2 gol, Arsenal), Yoane Wissa (2 gol, Brentford), Nicolas Jackson (2 gol, Chelsea) serta Chris Wood (2 gol, Nottingham Forest).

Mengapa Tidak Harus Memiliki Erling Haaland?

  • Merusak Kestabilan Finansial Skuad

Erling Haaland yang dibanderol 15,2 berpotensi mengganggu keseimbangan finansial skuad. Idealnya, dengan harga 15.0 saja kita masih bisa memasukkan Nicolas Jackson dan Yoane Wissa, Kai Havertz dan Chris Wood ataupun kombinasi-kombinasi striker yang lain. Belum lagi sisa budget harus dialokasikan untuk menentukan midfielder premium.

  • Opsi Lain dari Midfielder Rasa Striker

Tidak banyak yang menyadari bahwa satu gol midfielder akan mendapatkan poin lebih banyak daripada satu striker yang mencetak gol. Midfielder masih bisa mendapatkan satu poin tambahan dari clean sheet. Selain itu, kecenderungannya untuk memberikan asis tentu lebih besar daripada seorang striker. Bukan hanya itu, harga mereka jauh lebih murah dari Haaland. Ada beberapa midfielder yang bisa memiliki kemampuan mencetak gol seperti striker dan jadwalnya cukup menjanjikan:

  1. Cole Palmer (Chelsea)

Musim lalu, mantan jebolan City Academy ini memiliki poin 244 poin, 27 poin lebih banyak dari Haaland yang mendapatkan 217 poin. Peran Cole Palmer musim ini yang bermain di belakang striker, eksekutor set piece termasuk penalti, berpotensi memberikan poin yang lebih besar dari Haaland.

  1. Mohamed Salah (Liverpool)

Liverpool semakin efektif dibawah permainan dari sang nahkoda baru, Arne Slot. Rata-rata xG yang dimiliki Salah sejauh ini adalah 0,56 dan mencetak 3 gol. Memang angka ini jauh lebih kecil dari Haaland, sekaligus menunjukkan bahwa Salah yang tetap bermain sebagai winger kanan memiliki memaksimalkan berapapun peluang yang ia miliki untuk menjadi gol untuk Liverpool. Bukan hanya mencetak 3 gol, Salah juga berhasil mencetak 3 assist sejauh ini, menjadikan total points Salah imbang dengan Haaland yaitu 41 poin.

  1. Son Heung-min (Tottenham Hotspurs)

Superstar Tottenham yang satu ini telah mencetak 2 gol sejauh ini dan tentu akan menjaga konsistensinya dalam memberikan kontribusi gol ataupun assist untuk Spurs. Solanke yang masih cedera menjadikan peran no. 9 akan jadi milik Son.

  • Bukan Seorang “Big Game Player”

Sejarah mencatat bahwa Erling Haaland cenderung kesulitan membobol gawang dari tim big six (kecuali Manchester United) atau laga-laga penting terutama di kancah Eropa. Musim lalu, Haaland gagal mencetak gol pada saat melawan Arsenal (home & away), Bournemouth (home & away), Aston Villa (away), Chelsea (home), Liverpool (away), Tottenham (home), Newcastle (home).

Musim ini Pandit FPL berkolaborasi dengan Battle Royal FPL Indonesia (BRFI) menjadi liga FPL paling prestisius. Liga ini sangat unik sebab mengakomodasi pemain untuk bermain sebagai tim, bukan individu. BRFI musim ini hadir dengan empat liga (Liga 1, Liga 2, Liga 3, dan Liga 4). Di akhir musim pemenang Liga 1 akan mendapatkan piala yang ditargetkan menjadi piala bergilir dan medali untuk setiap pemain. Sementara Liga 2 hingga Liga 4 akan mendapatkan plakat.

Bagaimana Menyikapi Dilema Haaland Ini?

Berdasarkan pertimbangan yang sudah diuraikan, satu hal lain yang perlu diajegkan adalah mindset. Jika mindset dari manajer ingin memperbaiki ranking dari musim sebelumnya ataupun mengincar hadiah dari berbagai mini league maka memiliki Erling Haaland tentu menjadi keharusan. Namun jika manajer FPL memiliki mindset untuk menyukai tantangan dan ingin bersenang-senang, saya rasa tidak memiliki Erling Haaland tentu akan menjadi pengalaman yang menarik untuk dicoba.

Jalan tengah yang bisa ditawarkan adalah mengkombinasikan Haaland dengan salah satu atau dua orang midfielder premium yang sudah disebutkan sebelumnya. Seperti Haaland dan Salah, Haaland, Salah dan Palmer. Hanya saja, manajer harus lebih cerdas dalam memilih pemain dengan harga murah yang bisa memberikan kontribusi di skuad FPL kita selain dari pemain-pemain premium tadi.

Salam Panah Hijau!

Komentar