Oleh : alfakemal (@abimima_)
Editor : Bayu Pramono
Sebagai manajer, kita memiliki metode tersendiri dalam menyusun tim masing-masing. Tidak ada patokan atau teori yang baku tentang hal ini. Faktor-faktor pertimbangan pun bisa beragam. Ada yang memilih aset berdasarkan data statistik, atau hasil pengamatan langsung (eye test), bahkan cukup dari feeling saja. Namun, keterbatasan budget memaksa manajer untuk tidak serampangan dan harus menentukan prioritas dalam menyusun struktur tim.
Satu hal yang sering jadi tahap awal dalam menyusun struktur tentu saja fondasi. Ada yang membuat fondasi dari jumlah aset premium di dalam tim (Haaland dan/atau Salah, ditambah Palmer/Son/Saka), ada yang dari kebalikannya dengan memasukkan sebanyak mungkin aset enabler (kiper/bek seharga sub-£4.0m atau pemain tengah/depan seharga sub-4.5), ada pula yang memprioritaskan posisi kiper terlebih dahulu (dengan best practice harga kombinasi kedua kiper tidak melebihi 10.0 meskipun strategi rotating GK dipergunakan dalam timnya).
Selain kategori-kategori yang saya sebutkan tadi, dengan basis pengalaman 10 musim saya bermain FPL (meski tidak jago-jago amat), ada satu lagi sekelompok aset yang kemudian saya kategorikan sebagai “glue guy” dalam draft tim saya. Apa itu “glue guy”?
Merujuk ke terminologi, dalam setiap komunitas sosial, baik tempat kerja, tim olahraga, atau bahkan dalam kelompok pos ronda malam, glue guy bisa didefinisikan sebagai seseorang yang tidak memedulikan peran dirinya sendiri di dalam tim namun dapat menjadi lem perekat buat setiap individu lain yang ada di sana untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam konteks FPL, dengan dana kita yang tentu saja terbatas, kita akan membutuhkan seorang Glue Guy. Aset tersebut dapat kita masukkan sebagai pemain inti, cadangan, atau bahkan kita jadikan sebagai kapten dalam jadwal-jadwal tertentu, tapi tidak untuk kita gunakan sebagai prioritas jual-beli. Artinya, kita akan membutuhkan aset yang reliable, memiliki kualifikasi minimal jaminan starter, bahkan bisa jadi seorang talisman, tapi tidak lupa, masuk dalam kisaran bujet yang murah hingga menengah.
Musim ini Pandit FPL berkolaborasi dengan Battle Royal FPL Indonesia (BRFI) menjadi liga FPL paling prestisius. Liga ini sangat unik sebab mengakomodasi pemain untuk bermain sebagai tim, bukan individu. BRFI musim ini hadir dengan empat liga (Liga 1, Liga 2, Liga 3, dan Liga 4). Di akhir musim pemenang Liga 1 akan mendapatkan piala yang ditargetkan menjadi piala bergilir dan medali untuk setiap pemain. Sementara Liga 2 hingga Liga 4 akan mendapatkan plakat.
Aset dengan kualifikasi seperti ini tentu gampang-gampang-susah untuk dicari, meski sebetulnya dari pengamatan lima pekan pertama kita bisa menemukannya sesuai kriteria yang saya sebut diatas. Para aset tersebut selanjutnya akan kita andalkan dalam strategi jangka menengah hingga sepanjang mungkin, selama mereka fit (tidak mengalami cedera panjang atau kasus judi, hehe).
Lalu, siapa saja pemain-pemain potensial yang layak disebut sebagai glue guy tadi, versi saya?
1. Bryan Mbeumo (BRE) £7.2m, TSB 16.3%
Talisman, pengambil penalty, in-form, ditambah dengan Brentford memuncaki daftar tim dengan FDR paling ringan dengan 9.1 (fantasyfootballhub.co.uk). Secara historis ia pun tergolong “sangat sehat”, karena di musim keempatnya bersama Brentford mencatatkan lebih dari 2000 menit bermain dengan rataan poin FPL-nya selama tiga musim pertama mencapai 132. Catatannya di musim ini juga cukup mentereng, dengan total 2.0 xG, 1.7 xA (3.7 xGi) padahal menghadapi tiga tim berat, yakni melawan Liverpool, City, dan Spurs.
2. Morgan Rogers (AVL) £5.2m, TSB 17.7%
Di awal musim, banyak dari kita menganggap Rogers, pemuda Inggris yang baru dibeli oleh Aston Villa sebagai seorang enabler. Dengan harganya yang sangat murah di awal musim, dan menumpuknya stok gelandang di Villa, wajar jika banyak user FPL yang masih wait and see sebelum merekrutnya dalam tim. Namun Rogers menjawab semua keraguan dengan bermain penuh hingga lima pekan pertama. Kepercayaan Unai Emery akan dirinya, dan dengan posisi bermainnya sebagai industrious No.10, berbalas dengan empat kemenangan dan Villa kini nyaman di posisi tiga klasemen. Meski setelah ini Villa akan melewati GW 7 sampai 11 di tujuh terendah, dengan 0.6 xG 0.6 dan 1.0 xA (1.5 xGi), saya yakin Rogers belum akan berhenti ngegas. Lagipula, mentransfer seorang gelandang starter dari tim yang in-form di harga £5.2m yang setara “gelandang kelima”, you could not go wrong, right?
3. Chris Wood (NFO) £6.1m, TSB 9.4%
Bersama 2 tim kuat Manchester City dan Arsenal, dan Brighton, Nottingham Forest masih menjadi tim unbeaten hingga pekan ke lima. Kemenangan spektakuler di Anfield dari Liverpool, yang juga menjadi kemenangan pertama tim ini setelah 55 tahun, juga membuktikan bahwa Forest akan jadi kuda hitam di musim ini. Memang, melihat bagaimana Nuno Espirito Santo meracik tim, Forest bukan tim yang mengedepankan penyerangan. Expected Goals Forest sampai dengan pekan ke lima hanya 7.48 saja, atau urutan ke-13 dari 20 tim EPL. Sebagai perbandingan, Liverpool di peringkat pertama saat ini memiliki catatan 12.36 xG dan Manchester City di urutan kedua dengan 11.76 xG atau hampir dua kali lipat statistik Forest di atas. Akan tetapi, setiap Forest mencetak gol, hampir selalu ada keterlibatan Wood di sana. Seperti Mbeumo, Wood juga mengambil penalty, berada di dalam tim yang in-form, minim pesaing di posisinya sebagai No.9, dan harganya berada di bawah striker-striker mid-price seperti Watkins, Isak, Jackson, dan Havertz, yang di perjalanan musim akan kita bongkar pasang menyesuaikan kebutuhan tim. Di harga £6.1m, menjadikan Wood sebagai “striker ketiga” ataupun dengan strategi “eight attackers’ rotation” bisa masuk dalam pertimbangan setiap user.
Honorable mentions: Erebechi Eze (CRY), Antoine Semenyo (BOU), Rico Lewis & Savinho (MCI), Ibrahima Konate (LIV), Nicolas Jackson (CHE), Dominic Solanke (TOT), Dominic Calvert-Lewin (EVE), Emile Smith-Rowe (FUL), Noussair Mazraoui (MUN).
Komentar