Juventus menutup musim 2011-2012 dengan torehan mentereng. Tak pernah sekalipun mereka menelan kekalahan di Liga Italia.
Pada matchday terakhir Serie A yang dihelat pada 13 Mei 2012, Juventus berhasil menggilas Atalanta dengan skor 3-1. Meski di hari yang sama, AC Milan juga menang atas Novara, namun raihan poin Juve tak mampu dikejar oleh Il Diavolo Rosso. Kemenangan anak asuh Conte itu jelas memperkokoh posisi Juve di tabel klasemen.
Ya, tak hanya menghadiahi publik Juventus Stadium dengan Scudetto, pada hari itu Juve juga menasbihkan diri sebagai tim yang tak pernah kalah dalam semusim. Layaknya Arsenal di musim 2003-2004.
Padahal kalau menilik musim sebelumnya Juventus hanya mampu finish di posisi 7. Namun, berkat hasil musim sebelumnya itulah manajemen Juve melakukan perombakan. Para petinggi Juve menjadi sadar, bahwa berada di posisi 7 pada tabel klasemen akhir  bukanlah habitat si Nyonya Tua.
Perombakan pun dilakukan. Luigi Delneri pun dipecat. Antonio Conte yang berhasil mengangkat Siena dari Serie B, dipanggil untuk duduk di kursi juru mudi tim.
Tak hanya itu, musim itu Juve seakan mendapat durian runtuh. Mereka mendapatkan Andrea Pirlo secara cuma-cuma dari AC Milan. Gelandang elegan itu merapat ke Juventus Stadium dengan status free transfer.
Di bawah tangan dingin Conte ditambah setuhan magis Pirlo di lapangan, Juve berubah drastis. Juve yang sebelumnya jarang memainkan pola 3-5-2, kemudian disulap Antonio sebagai tim yang mengandalkan formasi 3-5-2, dengan Pirlo sebagai porosnya.
Ya, mereka benar-benar menunjukkan kelasnya musim itu. Poin demi poin mereka kumpulkan. Perlahan namun pasti, mereka meninggalkan raihan poin sang juara bertahan kala itu, AC Milan. Dengan torehan 23 kemenangan dan 15 kali seri, Juve memimpin tabel klasemen akhir Serie A 2011-2012 dengan 84 poin, disusul AC Milan dengan 80 poin.
Juventus menutup musim 2011-2012 dengan torehan mentereng. Tak pernah sekalipun mereka menelan kekalahan di Liga Italia.
Pada matchday terakhir Serie A yang dihelat pada 13 Mei 2012, Juventus berhasil menggilas Atalanta dengan skor 3-1. Meski di hari yang sama, AC Milan juga menang atas Novara, namun raihan poin Juve tak mampu dikejar oleh Il Diavolo Rosso. Kemenangan anak asuh Conte itu jelas memperkokoh posisi Juve di tabel klasemen.
Ya, tak hanya menghadiahi publik Juventus Stadium dengan Scudetto, pada hari itu Juve juga menasbihkan diri sebagai tim yang tak pernah kalah dalam semusim. Layaknya Arsenal di musim 2003-2004.
Padahal kalau menilik musim sebelumnya Juventus hanya mampu finish di posisi 7. Namun, berkat hasil musim sebelumnya itulah manajemen Juve melakukan perombakan. Para petinggi Juve menjadi sadar, bahwa berada di posisi 7 pada tabel klasemen akhir  bukanlah habitat si Nyonya Tua.
Perombakan pun dilakukan. Luigi Delneri pun dipecat. Antonio Conte yang berhasil mengangkat Siena dari Serie B, dipanggil untuk duduk di kursi juru mudi tim.
Tak hanya itu, musim itu Juve seakan mendapat durian runtuh. Mereka mendapatkan Andrea Pirlo secara cuma-cuma dari AC Milan. Gelandang elegan itu merapat ke Juventus Stadium dengan status free transfer.
Di bawah tangan dingin Conte ditambah setuhan magis Pirlo di lapangan, Juve berubah drastis. Juve yang sebelumnya jarang memainkan pola 3-5-2, kemudian disulap Antonio sebagai tim yang mengandalkan formasi 3-5-2, dengan Pirlo sebagai porosnya.
Ya, mereka benar-benar menunjukkan kelasnya musim itu. Poin demi poin mereka kumpulkan. Perlahan namun pasti, mereka meninggalkan raihan poin sang juara bertahan kala itu, AC Milan. Dengan torehan 23 kemenangan dan 15 kali seri, Juve memimpin tabel klasemen akhir Serie A 2011-2012 dengan 84 poin, disusul AC Milan dengan 80 poin.
Benar-benar musim yang sempurna untuk si Nyonya Tua.
(mul)
Komentar