Maladi selaku Menteri Olahraga pada kabinet pemerintahan Presiden Soekarno dengan tegas menyatakan bahwa dalam waktu 10 tahun sepakbola Indonesia harus bisa mencapai prestasi yang tinggi dan masuk sebagai "The Best Ten in The World", mimpi ini harus diwujudukan dalam rencana dan program 10 tahun demi memenuhi program presiden Sukarno yaitu amanat penderitaan Rakyat atau sering disebut Ampera. Hal diucapkan Maladi saat memimpin Musywarah Besar PSSI tahun 1965 di VIP Timur, Stadion Utama Senayan.
Mimpi ini mesti wajib tercapai jika bangsa ini ingin membangun indonesia baru. "Kita tengah menjelanggarakan pendjebolan dan pembangunan sehebat-hebatnja didalam segala kehidupan olahraga," ucap Maladi seperti yang tertuang dalam Majalah Aneka no 22 tahun 1964.
"Tcara melaksanakan program 10 tahun harus kita sesuaikan dengan realitas objektip revolusi dan masjarakat Indonesia dan djanganlah kita berpegang kepada dogma-dogma, teori-teori, tjara-tjara dari negara-negara lain manapun atau dengan keadaan historis masa lampau di negara kita sendiri," katanta lagi.
"Untuk memahamai dan mempeladjari rentjana 10 tahun olahraga bahwa jang paling utama harus diketahui adalah untuk apa dan jang kita selenggarakan dan realitas objektip revolusi serta masjarakat kita,"
Maladi mengeluhkan berkurangnya semangat para pesepakbola kita saat membela timnas, hal itu dibuktikan dengan prestasi yang cukup seret pada pertengahan dekade 60-an. Maladi mengakui bahwa ada banyak faktor-faktor yang membuat hal itu terjadi, tetapi sebab utama dari buruknya performa timnas adalah kericuhan yang terjadi dalam tubuh PSSI itu sendiri. Konflik antara Ketua PSSI Maulwi Saelan dan pengurus-pengurus di daerah.
"Lupakan segala perselisihan jang sudah-sudah dan tjari djalan kearah perbaikan organisasi dan anggaplah pengalaman-pengalaman dimasa lampau jang kurang baik sebagai suatu peladjaran untuk kemadjuak sepakbola, kepentikan para olahragawan dan demi suksesnja rentjana 10 tahun target jadi 10 besar terbaik dunia," tutupnya.
(wam)
Komentar