Masyarakat Barat selalu mencap Iran sebagai negara represif, beringas, kaku, kolot dan tertutup terhadap masyarakat luar sama, layaknya Korea Utara dengan rezim dinasti Kim Jong Il-nya. Tapi tentu saja streotip itu salah besar, Iran adalah salah satu negara maju di Timur Tengah yang memiliki sejarah peradaban yang begitu adiluhung lewat nenek moyang mereka yang memimpin kerajaan Persia.
Sebagai negara Islam konservatif, Iran memang amat begitu menjunjung tinggi agama Islam sebagai ideologi yang betul-betul mereka terapkan diberbagai sisi baik itu hukum, politik, ekonomi, budaya, hingga hal sepele dalam pergumulan masyarakat. Hal inilah yang kadang selalu berbenturan dengan cara pandang masyarakat Barat. Baru-baru ini, sekelompok anak muda ditangkap oleh polisi Iran karena membuat video bertajuk "Happy" yang menghebohkan youtube.
Alasan polisi menangkapnya karena bertentangan dengan norma masyarakat Iran. Secara gamblang memang bagi masyarakat di luar Iran, ulah yang dilakukan sekelompok pemuda-pemudi dengan menari-nari adalah suatu yang wajar. Namun tidak bagi Iran. Terlebih ketiga wanita yang tampil di video tersebut tak memakai jilbab, hal itulah yang membuat penguasa Iran murka.
Iran memang memberlakukan aturan yang begitu ketat terhadap aktifitas wanita di luar, terutama dalam soal urusan jilbab. Dalam sepakbola pun sama.
Di Iran, melihat kaum hawa hadir menonton sepakbola di stadion berdampingan dengan kaum adam adalah anomali. Salah satu alasan kenapa perempuan dilarang hadir di stadion adalah karena mereka takut perempuan terpengaruh sikap kaum pria yang terkadang melakukan sumpah serapah, cacian, dan makian saat pertandingan berjalan di dalam stadion.
Sama seperti negara-negara Arab lainnya, Iran memberlakukan aturan ketat terkait dengan soal larangan ber-khalwat (bercampur baurnya pria dan wanita dalam satu tempat). Alasan inilah yang membuat perempuan dilarang datang ke pertandingan sepakbola pria.
Tetapi apakah aturan ini ditaati? Tentu saja tidak, belakangan ini muncul fenomena baru di Iran. Gadis-gadis muda, dan wanita pada umumnya adalah fanatik dari sepak bola dan mengikuti berita sepakbola bahkan mungkin lebih dari rekan-rekan pria mereka, kerap melakukan aksi-aksi nekat. Mereka tak ragu untuk mengempiskan payudara, memotong rambut, ataupun menyamar jadi pria agar bisa masuk ke Stadion. Bahkan, tak jarang tindakan nekat seperti itu dilakukan keturunan para penguasa dan ulama ternama.
Kendati begitu rezim tak melarang 100% wanita untuk bermain dan menonton sepakbola. Sejak tahun 2009, di Teheran, ada stadion khusus berkapasitas 40.000 kursi untuk menggelar pertandingan sepakbola wanita. Yang boleh masuk tentunya hanya wanita baik itu pemain, official tim, atau supporter. Diluar dari itu: haram.
Maka jangan heran, ketika pertandingan digelar, di luar stadion terlihat beberapa pria yang mondar-mandir kebingungan sembari sesekali berusaha mengintip jalannya pertandingan. Bisa ditebak, pria tersebut adalah salah satu pelatih tim sepakbola wanita yang bertanding.
(wam)
Komentar