âAndai saja aku bisa kembali pada masa itu atau aku memiliki kesempatan untuk bermain melawan mereka lagi. Aku yakin kami tidak akan kalah begitu saja kali ini.â
Mimpi itu dilontarkan oleh seorang kiper yang bernama Nicky Salapu. Nicky Salapu adalah kiper utama timnas America Samoa. Ia memang memiliki masa lalu yang kelam. Masa lalu yang tentunya ingin ia hapus jika bisa.
Pada tahun 2001, sebuah rekor sepakbola tercipta. Timnas America Samoa yang pada tahun itu baru memulai kiprahnya di dunia sepakbola internasional, secara tragis harus menelan kekalahan telak di kandangnya sendiri. Lawannya, Australia, membantai tim seumur jagung ini tanpa ampun. Tak tangung-tanggung, 31 gol dilesakkan socceroos ke gawang America Samoa yang dikawal Nicky.
Atas kejadian itu, tim yang bermarkas di Pogo Pogo Stadium ini mulai dikenal dengan sebutan âthe worst football team everâ atau tim sepakbola terburuk yang pernah ada. Sebenarnya bukan hanya kekalahan atas Australia yang membuat America Samoa mendapati julukan itu. Di beberapa pertandingan lainnya pun mereka selalu kalah telak. Padahal lawan-lawan mereka hanya sebatas Fiji, Samoa, Vanuatu, dan Tonga, tim yang bisa dibilang tim antah berantah.
Sepuluh tahun berselang, muncullah Thomas Rongen. Thomas adalah seorang pelatih Belanda yang menghabiskan karir sepakbolanya di liga Amerika pada tahun 80-an. Ia merasa iba dengan timnas America Samoa yang selalu menjadi bulan-bulanan tim lawan. Ia melatih tim yang berada di benua Oceania ini tujuannya agar mereka bisa menjadi tim sepakbola yang lebih baik.
America Samoa memang tim yang sangat buruk. Selama 17 tahun, tim ini belum pernah sekalipun meraih kemenangan. Jangankan sebuah kemenangan, untuk mencetak sebiji gol pun sulit. Pencetak gol sepanjang masa di tim ini pun hanya mampu mencetak dua gol. Inilah yang kemudian menjadi tantangan tersendiri bagi Thomas Rongen.
Rongen menemukan kelemahan utama tim yang merupakan negara berbentuk pulau kecil ini. Yaitu masalah fisik dan stamina. Itu yang menjadi penyebab utama para pemain America Samoa tidak mampu bermain 90 menit secara maksimal. Maka Rongen pun menerapkan materi latihan dengan memfokuskan pada peningkatan stamina.
Setelah tiga tahun menempa tim dengan latihan fisik yang keras, akhirnya Thomas berhasil menciptakan sejarah bagi America Samoa. Untuk pertama kalinya America Samoa berhasil memenangi pertandingan. Lawannya yang mereka kalahkan adalah Tonga, tim yang dalam 7 pertemuan sebelumnya selalu menaklukkan mereka dengan skor telak.
Pada kemenangan bersejarah itu, sang kapten transgender, Jaiyah Selua, bermain gemilang. Â Bahkan sang pelatih sendiri menjuluki dirinya âwomen of the matchâ. Sebagai seorang defender ia bermain lugas dan disiplin. Penyerang-penyerang lawan tak mampu melewatinya.
Tak berhenti di situ, America Samoa kemudian kembali berhasil menghindari kekalahan setelah bermain imbang 1-1 melawan Cook Islands. Rekor dua pertandingan tak terkalahkan memang merupakan suatu pencapaian yang luar biasa bagi tim yang sebelumnya merasa âkalahâ adalah bagian dalam hidup mereka. Sayangnya pada pertandingan terakhir mereka harus kalah tipis 1-0 melawan negara Samoa dan kekalahan itu membuat America Samoa gagal lolos ke babak kualifikasi Piala Dunia.
Memang pada akhirnya mereka gagal tampil di babak kualifikasi Piala Dunia. Tapi tiga hasil itu berhasil memunculkan harapan di setiap pemain America Samoa. Tim peringkat 196 FIFA ini bahkan pede bisa mengalahkan Australia yang membantainya di masa lalu.
Kisah bersejarah ini akhirnya diangkat menjadi sebuah film dengan diperankan oleh para pemain aslinya. Wajar memang, mengingat banyak sekali yang bisa kita petik dari kisah luar biasa perjalanan tim sepakbola America Samoa. Salah satunya adalah perlakuan para pemain America Samoa pada Jaiyah, kapten transgender mereka. Mereka tidak menganggap Jaiyah sebagai seorang manusia yang perlu dihindari karena perbedaannya. Karena bagi mereka, Jaiyah bukanlah pria atau pun wanita, melainkan seorang pesepakbola.
[ar]
Komentar