Orang selalu mengenal Brazil sebagai tim samba. Lantaran, kala bermain, para pemain Brazil bak menari samba di tengah lapangan hijau. Padahal, jika ditelisik lebih jauh, capoeira-lah yang sebenarnya mempengaruhi gaya permainan pemain Brazil ketika berlaga.
Pada tanggal 24 Juni 1958, Stadium Rasunda, di kota Solna (Stockholm), didapuk menjadi tempat penyelenggaran babak semifinal Piala Dunia 1958. Stadion itu menjadi sanksi betapa indahnya permainan Vicente Feeola, mereka berhasil menghempaskan Prancis dengan skor lumayan telak, 5-2.
Hasil itu, praktis mengantarkan Brazil melaju ke babak final, yang sedianya digelar pada venue yang sama. Di final, Brazil bertemu dengan Swedia, sang tuan rumah Piala Dunia edisi ke-6.
Fans Brazil sudah pasti kalah jumlah dengan fans tuan rumah. Tapi, meski kalah dalam jumlah, tak membuat fans Brazil berkecil hati. Mereka tetap meneriakkan yel-yel dukungan untuk timnya. Jika tolok-ukurnya suara, mereka sudah pasti kalah dengan para suporter tuan rumah. Oleh karenanya, mereka mengakalinya dengan berteriak âSamba!! Samba!!â, sebuah perintah untuk mengajak suporter Brazil lainnya untuk bergoyang samba. Memberi dukungan untuk timnas mereka.
Ya, dari situlah sebutan tim Samba berasal. Ketika fans-fans Brazil asyik bergoyang samba, sebuah bentuk dukungan untuk timnas mereka.
Meski bermain di depan publiknya sendiri, rupanya Swedia tak cukup tangguh untuk melawan Pele dkk. Dua gol dari Vava, dua gol dari Pele, dan sebiji gol dari  Mario Zagallo, hanya mampu dibalas dua kali oleh timnas Swedia.
Brazil pun tampil sebagai juara baru. tampil sebagai raja sepakbola dunia. tambil sebagai sebuah tim baru. Tim Samba.
Menakjubkan. Dalam waktu kurang dari seminggu, Brazil berhasil memenangi dua pertandingan dengan skor yang sama, dan di venue yang sama pula.
(mul)
Komentar