Dulu, saat adu penalti belum lahir orang masih bingung untuk menentukan pemenang jika pertandingan terus menerus mengalami hasil imbang. Pada ujungnya hasil menang kalah ditentukan lewat lempar koin atau game suit. Pada beberapa kasus malah dipakai cara-cara yang nyeleneh, seperti yang terjadi saat kualifikasi Piala Dunia tahun 1954.
Luigi Franco Gemma bocah buta berusia 14 tahun anak pegawai petugas di Stadion Olimpico itu mungkin tak akan pernah percaya, saat dirinya jadi penentu nasib sebuah negara dalam piala dunia. Kala itu dalam babak kualifikasi untuk menentukan siapa yang berhak lolos ke Swiss, Spanyol dan Turki harus saling baku hantam.
Sialnya kedua tim ternyata selalu saling mengalahkan. Pada leg pertama bermain di Spanyol, El Matador menghancurkan Turki dengan skor 4-1. giliran bermain di Istambul, gantian Spanyol yang ditekuk 1-0. Karena pada waktu itu belum ada aturan gol kandang dan tandang, maka sesuai aturan FIFA kedua tim harus bermain di tempat netral untuk menentukan siap yang berhak lolos ke Piala Dunia. Kala itu lokasi yang dijadikan venue adalah Stadion Olimpico, Italia.
Siapa sangka laga netral ini pun ternyata masih menghasilkan skor imbang. Turki dan Spanyol mencetak gol sama 2-2. Sampai perpanjangan waktu, skor teryata tak berubah tetap 2-2. Karena pada waktu itu belum ada aturan adu pinalti maka diadakanlah sebuah undian yang di zaman sekarang mungkin akan jadi cukup konyol.
Kala itu dipilihlah Luigi Franco Gemma untuk menentukan undian siapa yang menang lewat undian kertas. Semua orang sepakat memilih Gemma karena bocah ini memang mengalami kebutaan sejak lahir, jadi tak mungkinlah mereka berprasangka pada bocah ini. Dan dari tangan bocah ini muncullah nama Turki. Alhasil Spanyolpun berduka.
"Kami menutup diri dan pergi ke ruang ganti. kami merasa benar-benar putus asa," kata Adrian Escude, pencetak gol kedua Spanyol. "Tidak ada lagi yang bisa kami lakukan. Nasib kami ternyata pahit ditangan bocah it. Kekecewaan ini amat luar biasa. Kami merasa tak berdaya." keluhnya.
Sementara itu di kubu pemenang, Turki pun tahu diri. Dia memberikan hadiah dan uang pada Gemma. Namanya dieluk-elukan dan jadi headline di seantero Negara Turki. Untuk membalas budi, Turki memintanya menjadi sebagai maskot tim di Piala Dunia 1954. Namun entah tawaran itu diterima atau tidak oleh Gemma. Ah ternyata, sepakbola membuka siapapun untuk menjadi tenar, termasuk bocah yang mengalami kebutaan seperti Gemma pun bisa melakukannya.
(wam)
Komentar