Sepakbola wanita sudah bukan hal yang aneh lagi pada masa sekarang ini. Sepakbola wanita sendiri memang sudah mulai dikenal sejak tahun 1917. Tapi bagaimana jika seorang wanita bermain sepakbola untuk kesebelasan pria? Hanya ada satu di dunia yang melakukannya, dan wanita itu adalah Johnny Jaiyah Saelua.
Karirnya di timnas America Samoa awalnya hanya menjadi juru sorak ketika para pria yang lebih macho bermain di lapangan. Ya, pelatih mereka saat itu tidak melihat talenta yang dimiliki Jaiyah.
Awalnya, pesepakbola 25 tahun ini pernah ditolak oleh pelatih sebelumnya. Pelatihnya saat itu mengatakan, ia tidak mau memakai pemain yang lemah. Jaiyah sebenarnya ingin sekali menunjukkan kemampuannya saat itu, tapi sang pelatih tak mengijinkannya.
Tapi ketika American Samoa ditangani Thomas Rongen, Jaiyah malah didukung sepenuhnya oleh pelatihnya tersebut. Di hari pertamanya sebagai pelatih American Samoa, ia memanggil satu per satu pemainnya. Pertama kali pelatih Belanda ini melihat Jaiyah, ia melihat sesuatu tak dilihat pelatih sebelumnya.
âKetika aku melihat Jaiyah berjalan, Aku berpikir bahwa ia adalah terapis tim,â ujar Rongen mengisahkan kesan pertamanya pada Jaiyah. Â Lalu ketika Rongen bertanya padanya dia ingin dipanggil Johnny atau Jaiyah, Jaiyah hanya menjawab; âAku seorang centre-backâ. Sejak saat itulah Rongen tak memperdulikan jenis kelamin Jaiyah.
Bersama Thomas Rongen, American Samoa menjadi tim yang berbeda. Termasuk seorang Jaiyah. Dibawah kepelatihan Thomas, yang menghabiskan karir sepakbolanya di Liga Amerika, Jaiyah menjadi seorang bek tengah yang tangguh.
âAku ingin dia menjadi seorang pemain sepakbola, tidak ada lagi yang penting dari itu. Ia merupakan pemimpin tim dan dia juga bek terkuat yang kami miliki,â Thomas Rongen menambahi.
Mungkin penilaiannya terhadap Jaiyah ada hubungannya dengan tragedi yang menimpa Rongen.  Sebelum menjadi pelatih American Samoa, ia kehilangan putrinya yang berumur 18 tahun yang meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil.
Kemenangan 2-1 atas Tonga pada tahun 2011 membuat nama Jaiyah, yang menjadi kapten saat itu, diakui oleh  dunia. Di pertandingan itu ia berhasil menjadi dinding tebal yang sulit dilewati barisan depan timnas Tonga. Ia pun berhasil menyelamatkan gawang American Samoan dari kebobolan setelah ia menjadi pemain terakhir yang menyapu bola dimulut gawang.
Sepp Blatter pun kemudian menyuratinya dan mengucapkan selamat atas keberhasilannya memimpin timnas American Samoa. Dan kemudian Presiden FIFA ini melabeli Jaiyah sebagai pesepakbola transgender pertama di dunia.
Jaiyah memang memiliki kecintaan berlebih terhadap sepakbola. Dan dengan kecintaannya tersebut, ia juga ingin membantu negaranya, American Samoa, menjadi tim sepakbola yang lebih baik lagi.
âSepakbola adalah olahraga yang indah dan terbuka bagi siapa saja. Kami (pemain American Samoa) sangat mencintai olahraga ini. Oleh karena itu, tidak ada diskriminasi diantara kami. Orang mungkin akan menyarankan saya untuk berhenti bermain, tapi itu malah membuat saya menjadi lebih kuat. Aku bukan seorang pria ataupun wanita, aku seorang pesepakbola,â ujar Jaiyah.
Seperti inilah sepakbola. Semua yang mustahil bisa terjadi dalam sepakbola. Jaiyah contohnya, bagaimana seorang wanita yang rela meninggalkan ke-feminisme-annya untuk sepakbola. Seorang wanita yang menunjukkan sisi nasionalismenya lewat sepakbola. Dan apa yang dikatakan Jaiyah memang benar, sepakbola adalah olahraga semua orang. Yang artinya siapapun berhak bermain sepakbola. Termasuk transgender sekalipun.
Kisah American Samoa dan kisah Jaiyah ini pun kemudian diangkat ke sebuah film yang berjudul âNext Goals Winâ dan tayang di beberapa negara Britannia.
foto: irishmirror.ie
[ar]
Komentar