Betapa ruginya Brazil menggelar Piala Dunia.
Banyak negara-negara berebutan untuk menjadi penyelenggara Piala Dunia, keuntungan melimpah mulai dari lolos ke babak final secara cuma-cuma, sampai pembangunan infrastruktur dan keuntungan finansial dari sisi pariwisata selalu didengungkan ke publik.
Namun apakah betul hal itu terjadi? Di Brazil nyatanya hal itu salah besar. Gembor-gembor pemerintah yang mengatakan Brazil akan mengalami pertumbuhan ekonomi, nyatanya malah dibantah oleh ahli ekonomi itu sendiri.
Baru-baru ini wartawan CNN, Charles Riley, memberikan laporan panjang mengenai kebohongan itu. Laporan terbaru tersebut menyatakan,  bahwa dalam quartal II, beberapa hari jelang Piala Dunia, ekonomi Brazil bisa dibilang telah jatuh dari tebing. Masalah-masalah  jangka panjang kembali naik ke permukaan. Mulai dari banyaknya pekerja tidak produktif, mahalnya pembangunan  infrastruktur daerah tertinggal, dan juga tingginya  inflasi yang telah memaksa bank sentral menaikkan nilai suku bunga beberapa kali.  Indeks bursa saham Bovespa Brasil pun telah menurun lebih dari 7% dibandingkan dengan tahun lalu.
Terlebih, berdasarkan rangkuman pendapat dari 116 pakar ekonomi di seluruh dunia, pertumbuhan ekonomi Brazil pasca Piala Dunia diperkirakan hanya akan naik sebesar 0,2 %. Angka itu tentu saja teramat kecil, mengingat dana milyaran dollar yang digeleontorkan mereka untuk membangun segala infrasturktur. Apalagi jika dibandingkan dengan prediksi dari pemerintah Brasil, yang memprediksi perkonomian Brasil akan tumbuh sampai 10% pasca Piala Dunia.
Prediksi para ekonom  ini terbukti benar, meski Piala Dunia tinggal beberapa hari lagi, masih banyak kamar hotel di kota-kota penyelenggara piala Dunia yang belum dipesan, termasuk di Sao Paulo, kota pusat bisnis di Brazil.  Permintaan tiket pesawat tujuan Brasil pada Juni dan Juli pun malah menurun,  bukan meningkat. Pelaku bisnis di Brasil pun dibuat kian lesu oleh pemerintah, lantaran rencana penetapan hari libur nasional saat timnas Brasil bertanding.
Pihak bank sentral  mengakui bahwa, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Brazil tahun ini hanya akan meningkat 1,7% saja, angka ini tentu amat kecil jika dibandingkan dengan gelaran Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan lalu. Korupsi yang merajalela, kebusukan birokrasi, dan demonstrasi yang tiada henti akan memperparah penyelengaraan Piala Dunia kali ini.
Brazil adalah contoh buruk bagaimana sebuah negara berkembang yang memaksakan diri menjadi tuan rumah Piala Dunia. Bagaimana tidak, ditengah minimnya sarana pendidikan dan kesehatan, mereka mau-mau saja dimanfaatkan FIFA untuk menggelontorkan dana hingga 90 milyar dollar untuk membangun sarana stadion demi gelaran Piala Dunia. Masalah muncul karena dana itu mengambil dari kas pajak dan dikorupsi secara besar-besaran, lihat saja Stadion Mane Garincha yang di mark-up hingga tiga kali lipat.
Melihat Brazil saja sudah seperti itu, apalagi jika FIFA menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia? Yang pasti jika hal itu terwujud maka yang sangat diuntungkan hanya dua oknum saja,  yaitu : Koruptor dan FIFA.
Iiihh... semoga saja tidak, amit-amit deh!
sumber foto:www.cbc.ca
(wam)
Komentar