Indonesia tumbang dari Vietnam dengan skor 2-0 pada babak semifinal leg kedua Piala AFF 2022 di Stadion My Dinh, Hanoi, Senin (9/1). Gol dicetak oleh Nguyen Tien Linh pada menit 3’ dan 47’. Dua gol itu sama-sama memanfaatkan umpan dari Do Hung Dung. Hasil ini menghentikan langkah skuad Garuda dalam ajang Piala AFF 2022 karena kalah agregat 2-0.
Shin Tae-yong menurunkan formasi dasar 5-4-1 yang sama seperti leg pertama. Hanya saja ada perubahan komposisi pemain karena absennya Rachmat Irianto di lini tengah akibat cedera. Posisinya diisi oleh Yakob Sayuri yang biasanya bermain di area sayap. Saddil Ramdani yang absen pada leg pertama kali ini bermain sejak awal untuk mengisi posisi sayap kanan.
Di kubu lawan, terjadi banyak rotasi pemain. Ada tiga pemain berbeda dari leg pertama yang dipasang sejak awal pertandingan yaitu Ho Tan Tai, Pham Thuan Hai, dan Nguyen Thanh Chung. Rotasi tersebut tidak terjadi untuk lini tengah yang masih mengandalkan Do Hung Dung, Nguyen Hoang Duc, dan Nguyen Quang Hai.
Gambar 1 - Hasil Pertandingan Vietnam vs Indonesia
Gagal Mengancam Gawang Vietnam
Sejak awal turnamen, masalah Indonesia yang sangat mencolok adalah soal penyelesaian akhir. Masalah ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa sebenarnya skuad Garuda tidak memiliki masalah berarti dalam hal menciptakan peluang.
Selain itu, pertahanan Vietnam sangat sulit ditembus yang ditunjukkan dengan rekor nirbobol mereka selama lima pertandingan (sebelum leg kedua). Salah satu faktor utamanya adalah keunggulan mereka ketika berduel. Pada pertandingan ini, tercatat Vietnam memenangkan 58 persen duel termasuk 19 duel udara.
Masalah ini berawal dari proses bangun serangan (build-up) yang hampir selalu gagal. Lini belakang yang memulai serangan cenderung mengincar posisi Marc Klok untuk melanjutkan serangan. Tapi, pada pertandingan ini Klok sulit mendapatkan bola dari lini belakang.
Kesulitan tersebut tidak lepas dari instruksi Park Hang-seo yang berhasil menciptakan pressing unit efektif dan efisien. Ada lima pemain yang terlibat ditugaskan untuk menekan penguasaan bola Indonesia, terutama pada proses membangun serangan. Mereka membentuk pola pentagon yang bergerak dinamis sesuai keberadaan bola untuk mencegah Indonesia melakukan progresi bola seperti yang ditunjukkan oleh ilustrasi di bawah ini.
Gambar 2 - Ilustrasi Pressing Unit Vietnam
Kegagalan lini belakang mengakses Klok, memaksa Shin mencari rencana alternatif. Salah satunya adalah dengan membangun serangan dari kaki Asnawi Mangkualam di sisi kanan. Taktik ini dengan mudah dimentahkan oleh Vietnam karena pressing unit Vietnam sangat konsisten menekan siapa pun pemain belakang yang menguasai bola. Alhasil, Asnawi sering terisolasi di pinggir lapangan.
Situasi semakin sulit sebab hampir tidak ada pemain yang mendekat untuk membantu Asnawi. Alhasil ia mencoba lepas dengan dribble atau memaksakan diri dengan mengalirkan bola ke depan meski tidak ada rekannya yang berdiri dengan posisi ideal untuk menerima bola.
Akibatnya, opsi terakhir yang bisa digunakan adalah mengandalkan Jordi Amat untuk mengirimkan umpan panjang dengan harapan bisa diterima Dendy Sulistyawan atau Marselino Ferdinan.
Rencana tersebut tidak berjalan efektif karena bola yang dikirimkan Jordi gagal diterima oleh Dendy atau Marselino. Beberapa kali umpan Jordi akurat namun lini belakang Vietnam selalu memenangkan duel sehingga bola berhasil di intersep. Sepanjang pertandingan, ada delapan intersep yang sukses dilakukan oleh skuad The Golden Stars.
Kendati demikian, Indonesia masih bisa menciptakan beberapa peluang kecil dari situasi lemparan ke dalam Arhan. Jordi, Fachruddin, dan Ridho masuk ke dalam kotak penalti Vietnam untuk menyambut lemparan ke dalam tersebut. Sayangnya, peluang tersebut berhasil digagalkan Vietnam yang tercermin pada 19 duel udara yang berhasil dimenangkan.
Shin mencoba menambah daya gedor dengan memasukkan Ilija Spasojevic dan Mohamad Rafli. Ketika mereka masuk, Indonesia lebih sering mengirimkan umpan-umpan silang untuk Spaso dan Rafli yang secara postur lebih menguntungkan untuk duel udara. Umpan-umpan tersebut beberapa kali akurat namun sundulan dari Rafli atau Spaso tidak pernah menemui sasaran.
Indonesia tercatat tidak pernah melepaskan tembakan tepat sasaran ke gawang Vietnam selama 90 menit. Padahal, skuad Garuda mendominasi 52,6 persen penguasaan bola. Mereka hanya melepaskan tujuh tembakan namun tidak pernah menemui sasaran. Data tersebut menunjukan bahwa pada pertandingan ini lini serang Indonesia gagal mengancam gawang Vietnam sama sekali.
Kehilangan Tempo Permainan
Salah satu keunggulan pemain Indonesia adalah kecepatan. Maka tidak heran jika sejak awal Shin menginginkan tempo permainan yang cepat untuk memaksimalkan potensi para pemainnya. Saddil dan Asnawi di sisi kanan serta Arhan dan Marselino di sisi kiri akan sangat berbahaya jika mampu bermain dengan tempo cepat.
Rencana tersebut nampaknya sudah diperkirakan oleh Park. Ia berusaha menurunkan tempo permainan baik ketika menguasai bola maupun tidak. Jika bola dikuasai Indonesia, Vietnam bertahan dengan sangat agresif cenderung keras. Mereka tidak ragu jika harus melanggar tanpa terganjar kartu kuning. Ketika bola berhenti atau wasit meniup peluitnya, secara tidak langsung serangan berhenti dan tempo permainan menurun.
Penampilan Indonesia sedikit membaik ketika Witan Sulaeman dan Ricky Kambuaya masuk. Kehadiran dua pemain ini mampu meningkatkan tempo yang sejak awal dibutuhkan oleh Indonesia.
Vietnam Menyerang dengan Berbagai Cara
Jika hanya melihat proses gol, bisa disimpulkan bahwa Vietnam menyerang dengan mengandalkan bola panjang dari lini belakang ke arah Nguyen Tien Linh atau mengandalkan situasi bola mati. Kesimpulan tersebut benar namun kurang tepat. Sebab, jika melihat 11 peluang yang diciptakan Vietnam, mereka bisa mencetak gol dengan berbagai cara.
Cara yang paling sering digunakan adalah dengan mengirimkan direct ball dari lini belakang ke lini depan. Park nyaman dengan skema ini karena memiliki banyak pemain yang mampu mengirimkan umpan panjang dengan akurasi tinggi seperti Nguyen Thianh Chung, Nguyen Hoang Duc, dan Do Hung Dung yang menciptakan dua asis untuk dua gol Tien Linh.
Cara lain yang tidak jarang digunakan adalah dengan mengirimkan early cross dengan target yang sama, yaitu Tien Linh. Meski Indonesia berusaha menyeimbangkan jumlah pemain di area sayap, tapi Vietnam tetap mendapatkan kenyamanan dalam menyuplai lini depan dengan early cross. Rencana ini menjadi alasan Park menurunkan Ho Tan Tai dibanding Vu Van Tanh karena Ho memiliki akurasi umpan silang lebih baik (67 persen) dibanding Vu yang hanya mencapai 46 persen.
Tidak hanya itu, Vietnam beberapa kali berhasil menembus pertahanan Indonesia melalui kombinasi umpan-umpan pendek. Kesempatan ini muncul ketika Indonesia tertinggal dua gol dan bermain jauh lebih terbuka. Nguyen Quang Hai menjadi pemain yang paling berperan dalam taktik ini. Sepanjang pertandingan, Vietnam mendapatkan satu tembakan ke gawang melalui kombinasi umpan pendek yang berhasil dimentahkan oleh Nadeo.
Komentar