Dari 552 pemain yang terbagi ke dalam 24 kesebelasan negara di Piala Eropa 2016, ternyata ada 99 pemain yang tergolong masih muda alias 23 tahun ke bawah. Inggris dan Jerman menjadi kedua kesebelasan yang memiliki rata-rata pemain termuda, dengan 25,39 tahun.
Tapi sebenarnya awalnya hanya Inggris yang mencatatkan skuat termuda, sebelum akhirnya Jerman mengikutinya karena Antonio Rüdiger (23 tahun) yang menderita cedera ACL kemudian digantikan oleh Jonathan Tah (20).
Pemain termuda di turnamen dicatatkan oleh Marcus Rashford yang masih tergolong bocah, 18 tahun, 7 bulan, dan 10 hari (per tanggal 10 Juni 2016). Pemain asal Manchester United ini mendapatkan musim debut impiannya di kesebelasannya sekaligus di negaranya saat ia mencetak gol ke gawang Australia pada saat pertandingan persahabatan internasional.
Melihat banyaknya pemain muda di pentas Piala Eropa 2016, turnamen ini bisa menjadi panggung “perkenalan” bagi mereka, tidak seperti para pemain tua yang mungkin saja menjadikan turnamen ini sebagai turnamen penutup mereka.
Para pemain muda ini terbagi ke dalam 4 penjaga gawang, 34 bek, 43 gelandang, dan 18 penyerang. Daftar lengkapnya bisa sama-sama kita simak pada grafis di bawah ini.
Berdasarkan performa mereka sepanjang musim 2015/2016, berikut kami pilihkan susunan sebelas pemain terbaik yang kami susun dalam formasi 4-3-3, dengan satu penjaga gawang, dua bek tengah, dua full-back, satu gelandang bertahan, dua gelandang tengah, dua winger, dan satu penyerang tengah.
Penjaga gawang: Sergio Rico
Kali ini kami tidak terlalu kesulitan memilih penjaga gawang. Jika dari daftar pemain tua kami menemukan banyak pemain yang bisa membuat “serba salah”, tidak demikian dengan para penjaga gawang muda.
Di antara Danny Ward, Tomáš Koubek, Mykyta Shevchenko, dan Sergio Rico González, kami tidak berlarut-larut untuk memilih Rico. Penjaga gawang berusia 22 tahun yang bermain di Sevilla ini berhasil masuk ke jajaran penjaga gawang kesebelasan negara Spanyol bersama Iker Casillas dan David de Gea.
Rico mencetak 92 penyelamatan dan 10 clean sheet dalam 34 pertandingannya di La Liga Spanyol.
Bek tengah: Jonathan Tah dan John Stones
Posisi bek tengah juga dipenuhi oleh para pemain muda. Tapi nama Jonathan Tah dan John Stones adalah dua nama yang paling menjadi andalan di kesebelasannya masing-masing sepanjang musim lalu.
Tah (20 tahun) bermain gemilang bersama Bayer 04 Leverkusen dan sudah menjadi salah satu bek tengah papan atas di Bundesliga Jerman. Dari 28 pertandingannya di Bundesliga, ia mencetak rata-rata 3,18 intersep, 4,61 sapuan bola, dan 67,86% duel udara sukses per pertandingan. Ini juga yang menjadi alasan banyak kesebelasan besar mengincar untuk mendatangkannya pada bursa transfer musim panas ini.
Hal serupa juga berlaku untuk Stones yang menjadi palang pintu utama di Everton. Masih berusia 22 tahun, ia sudah menjelma menjadi salah satu bek terbaik di negaranya, Inggris, dengan mencetak rata-rata 1,06 blok dan 4,21 sapuan bola per pertandingan. Kemampuannya dalam memerankan ball-playing defender juga sangat dipuji dengan kesuksesannya dalam 89% operannya sepanjang musim lalu.
Bek sayap: Héctor Bellerín dan Ricardo Rodríguez
Héctor Bellerín menjadi pemain yang paling diperbincangkan di Eropa. Ia berhasil menembus posisi full-back kanan di tim inti Arsenal dan juga menjadi jagoan umum para pemain Fantasy Premier League.
Masih berusia 21 tahun, pemain asal Spanyol ini berhasil mencetak 22 peluang, 5 asis, dan satu buah gol. Ia juga berhasil mencetak 86% operan sukses dan 47 tekel sukses dari 36 pertandingannya bersama The Gunners di Liga Primer Inggris.
Sementara untuk posisi full-back kiri, kami memilih antara Ricardo Rodríguez atau David Alaba. Alaba memang lebih sering dipasang sebagai gelandang di Austria, tapi bukan itu alasan utama kami untuk tidak memilihnya. Ternyata dari hasil penampilan personal, Rodríguez sedikit lebih unggul dibanding pemain terbaik Austria tersebut.
Full-back kiri asal Swiss ini berhasil membuat 36 peluang, salah satu angka terbanyak dari seluruh full-back di Bundesliga, kemudian juga mencetak 3 asis dan 2 gol. Kemampuan pemain berusia 23 tahun ini juga merupakan spesialis pengambil set piece. Ia berhasil mencetak 26 total tembakan dan 53% di antaranya adalah tembakan yang akurat sepanjang 24 pertandingannya untuk VfL Wolfsburg.
Gelandang: Julian Weigl, Paul Pogba, dan Bamidele Alli
Memilih 3 pemain dari 43 gelandang tentunya bukan pekerjaan yang mudah. Tapi ketika kami melakukan pembobotan kepada beberapa atribut dari statistik, kami bisa memilih komposisi yang pas di antara gelandang bertahan, penyeimbang, dan menyerang.
Untuk posisi gelandang bertahan, Julian Weigl dari Borussia Dortmund berhasil menyingkirkan beberapa nama seperti Eric Dier, Renato Sanches, sampai Alaba. Gelandang berusia 20 tahun ini memainkan 30 pertandingan di Bundesliga dengan 92% (2.112) operan sukses, 71,88% dribel sukses, dan 62 intersep.
Begitu juga dengan Paul Pogba (23) yang kami anggap bisa menyerang dan bertahan sama baiknya. Ia berhasil mencetak 54 peluang, 12 asis, 8 gol dari 124 tembakan, memenangkan 55 tekelnya, dan memenangkan 64,95% duel bola udaranya selama 35 pertandingan di Serie A Italia bersama Juventus.
Sementara untuk gelandang yang lebih bertipe menyerang, Bamidele Alli (20) adalah yang lebih kami pilih. Gelandang Spurs ini berhasil mencetak 55 peluang, 9 asis, 10 gol, dan akurasi tembakan mencapai 60% dari 33 pertandingannya di Liga Primer.
Ketiga nama ini pada akhirnya berhasil lebih kami pilih dibandingkan dengan nama-nama seperti misalnya Ross Barkley, Emer Can, André Gomes, atau Granit Xhaka.
Penyerang sayap: Julian Draxler dan Anthony Martial
Ada banyak pemain sayap yang bisa kami tinjau, mulai dari Leroy Sané, Raheem Sterling, Hakan ÇalhanoÄŸlu, Yannick Ferreira Carrasco, Kingsley Coman, Breel Donald Embolo, dan pemain lainnya. Namun dari beberapa pembobotan statistik, kami memilih Julian Draxler dan Anthony Martial.
Draxler bisa bermain sebagai pemain sayap kanan di VfL Wolfsburg. Pemain berusia 22 tahun asal Jerman ini berhasil mencetak 83% operan sukses, 36 peluang, 5 asis, 5 gol, 61% akurasi tembakan, dan 71,25% dribel sukses dari 21 pertandingannya di Bundesliga.
Kemudian Martial (20), yang merupakan pemain termahal yang didatangkan Manchester United pada musim panas tahun lalu, berhasil menjadi pemain yang paling gemilang di “Setan Merah” dengan 11 gol, 4 asis, dan 37 peluang dari 31 pertandingannya di Liga Primer.
Penyerang tengah: Harry Kane
Memilih Harry Kane di antara Romelu Lukaku, Michy Batshuayi, Arkadiusz Milik, Álvaro Morata, dan Rashford juga merupakan keputusan yang sulit. Tetapi Kane (22) memiliki rasio tembakan yang lebih baik (60% atau 159 tembakan tepat sasaran) dan juga dalam menciptakan peluang (44).
Selain itu, jumlah golnya yang mencapai angka 25 juga dibarengi dengan kemampuannya bertahan dan mencari ruang dari posisi yang lebih dalam. Kane mencatatkan 21 intersep, 33 sapuan bola, dan memenangkan lebih dari 50% dribelnya.
Bagaimana? Anda setuju dengan pemain muda pilihan kami? Bagaimana jika mereka dibandingkan dengan para pemain tua? Jika Anda memiliki susunan sebelasa pemain muda dan tua versi kalian sendiri, jangan sungkan untuk membaginya bersama kami di kolom komentar.
Komentar