Ini Strategi Italia yang Membuat Spanyol Tak Berdaya

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi 35570

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Ini Strategi Italia yang Membuat Spanyol Tak Berdaya

Italia kembali berhasil mematahkan prediksi. Menghadapi Spanyol yang berstatus juara bertahan, Italia berhasil melangkah ke babak perempat final setelah menang meyakinkan dengan skor 2-0 pada laga yang berlangsung di Stadion de France, Selasa (28/6) dini hari WIB.

Skor akhir sebenarnya tak terlalu menunjukkan apa yang terjadi selama 90 menit pertandingan. Skor 2-0, tak menceritakan bagaimana Spanyol yang masih diperkuat pemain-pemain seperti Andres Iniesta, Cesc Fabregas, Sergio Ramos, Juanfran, Gerard Pique, David Silva, Jordi Alba dan Sergio Busquets, ditambah pemain-pemain muda berbakat seperti David de Gea, Alvaro Morata atau Lucas Vazquez, mereka tak berkutik membongkar pertahanan Italia.

Di akhir pertandingan, penguasaan bola tercatat Spanyol unggul jauh atas Italia dengan 59% berbanding 41%. Namun unggul penguasaan bola lagi-lagi tak berarti apa-apa. Karena nyatanya Italia bermain lebih efektif dan mampu mencetak dua gol.

Spanyol begitu tak berdaya menghadapi Italia khususnya pada babak pertama. Ketika Italia mencatatkan satu gol dan satu tendangan membentur mistar gawang dari total delapan tembakan pada 45 menit pertama, Spanyol hanya menciptakan dua peluang saja. Italia berhasil mendikte permainan Spanyol.

Pelatih Italia, Antonio Conte, secara mengejutkan memainkan high pressing pada Spanyol. Para pemain belakang Spanyol yang menguasai bola langsung mendapatkan gangguan dari para pemain Italia. Conte menggunakan Emanuele Giaccherini, Citadin Eder, dan Graziano Pelle untuk melancarkan pressing di sepertiga pertahanan Spanyol.

Hal ini difungsikan untuk merusak build-up serangan Spanyol yang memang memulai sejak di lini pertahanan melalui umpan-umpan pendek. Dengan pressing seperti ini, Italia berhasil memaksa Spanyol mengirimkan umpan-umpan panjang. Sergio Busquets yang biasanya menjadi awal dari skema serangan Spanyol pun tak mendapatkan suplai.

Grafis operan Spanyol babak pertama [Squawka]

Pada babak pertama, Busquets hanya melepaskan 18 operan. Jumlah tersebut hanya setengahnya dari Cesc Fabregas (36) dan Andres Iniesta (41). Bahkan jika dibandingkan dengan seluruh pemain Spanyol lain, Busquets menjadi pemain dengan operan tersedikit ketiga setelah Alvaro Morata (10) dan Nolito (17).

Babak pertama Spanyol seperti kebingungan untuk membongkar lini pertahanan Italia. Ketika pada babak kedua, Italia pun bermain dengan lebih nyaman baik dengan mengandalkan serangan balik ataupun penguasaan bola.

Kegagalan Spanyol lainnya pada laga ini adalah tembok pertahanan Italia yang berhasil dibangun dengan rapi oleh Conte. Meski memainkan high pressing, namun transisi dari high block ke low block Italia berjalan dengan baik. Saat high block menggunakan 3-4-3, saat low block Italia bisa dengan cepat membentuk formasi 5-3-2.

Peran trio gelandang tengah Italia, Daniele De Rossi, Marco Parolo dan Giaccherini menjadi kunci bagaimana transisi bertahan Italia berjalan dengan baik. Ketiganya berhasil menutup setiap jalur operan pada Iniesta-Fabregas-Busquets ketika Spanyol membangun serangan.

Berkat ketiga gelandang Italia pula lah Spanyol seringkali memanfaatkan lebar lapangan dalam mengeksploitasi lini pertahanan lawan. Namun hal ini bisa diantisipasi Italia dengan memainkan 5-3-2, di mana dua wing-back, Mattia De Sciglio dan Alessandro Florenzi, menjaga kedua sisi.

Jika diperhatikan, saat bertahan hampir setiap pemain Italia memegang satu pemain Spanyol untuk dijaga. Italia tercatat berhasil melakukan tekel sebanyak 12 kali dari 16 percobaan, serta sukses mengintersepsi bola sebanyak 19 kali (Spanyol hanya delapan kali). Belum lagi permainan lugas lini pertahanan Italia yang mencatatkan 20 sapuan pada laga ini.

Saat menyerang, Italia mengubah pola mereka menjadi 3-3-4, sama seperti ketika menghadapi Belgia. Bedanya, skema serangan balik melalui sisi sayap tak begitu menjadi poros utama serangan. Italia justru menyerang lewat tengah.

Hal ini juga yang mengakibatkan Spanyol harus sering melanggar para pemain Italia di depan kotak penalti. Setelah gol Chiellini yang bermula dari tendangan bebas, beberapa kali Spanyol harus menjatuhkan pemain Italia.

Spanyol sebenarnya mampu memegang kendali permainan pada babak kedua, khususnya ketika para pemain Italia mulai kelelahan, salah satunya De Rossi yang mengalami cedera. Transisi Italia sendiri mulai melambat ketika bertahan.

Inilah yang kemudian membuat Spanyol mulai lebih sering menekan pada babak kedua. Jika babak pertama mereka hanya melepaskan dua tembakan, babak kedua Spanyol melepaskan 12 tembakan. Namun kiper Italia, Gianluigi Buffon, bermain gemilang dengan empat saves.

Yang menjadi kesalahan Del Bosque pada laga ini mungkin ia terlalu memfokuskan penyelesaian akhir. Pergantian yang ia lakukan kesemuanya memasukkan pemain bertipe penyerang; Nolito digantikan Aritz Aduriz, Morata digantikan Lucas Vazquez,dan Aduriz digantikan Pedro Rodriguez. Padahal lini tengah Spanyol sering kecolongan yang membuat Italia menciptakan banyak peluang lewat umpan dari tengah.

Lini tengah juga menjadi persoalan saat Italia berhasil mencetak gol kedua mereka. Lini tengah panik saat Italia melancarkan serangan balik yang mengarahkan ke sisi kanan pertahanan Spanyol. Hal ini membuat terpancingnya para pemain tengah bergeser ke kanan (Giaccherini [Ralat:Insigne] dikepung tiga pemain). Hal ini dimanfaatkan Giaccherini [Ralat:Insigne] dengan memindahkan arah serangan ke sisi kiri pertahanan Spanyol, di mana Matteo Darmian yang masuk menggantikan Florenzi mengirimkan umpan silang pada Pelle di mulut gawang.

Komentar