Kemampuan dalam bermain sepakbola kadang sulit dijelaskan. Ada banyak uang dan keberuntungan dalam perekrutan pemain yang sebelumnya tidak memiliki nama besar. Banyak yang berhasil, tetapi lebih banyak yang gagal.
Siapa yang mengenal N’Golo Kanté setahun yang lalu, saat ia baru didatangkan dari Stade Malherbe Caen ke Leicester City? Harga 5,6 juta paun sebenarnya bukan harga yang murah untuk menebus seorang pemain Prancis yang masih “kemarin sore”. Tapi siapa juga yang sangka kalau satu tahun kemudian, pemain berusia 25 tahun ini kemudian dijual dengan harga hampir enam kali lipat, 32 juta paun, ke Chelsea?
Di balik kerugian ditinggalkan salah satu pemain kuncinya, sesungguhnya Leicester City sudah berbisnis dengan sangat baik. N’Golo Kanté yang kita kenal sekarang adalah salah satu pemain paling berpengaruh di Liga Primer Inggris. Artinya pembeliannya adalah pembelian yang berisiko kecil, tidak seperti ketika Leicester membelinya dari Caen tahun lalu.
Kita semua pastinya sepakat jika Kanté merupakan gelandang bertahan terbaik di Liga Primer musim lalu. Ia adalah pemain yang paling banyak melakukan intersep (156) dan tekel sukses (125), yang menjadikan Leicester sulit ditembus dari tengah dan terus-menerus berhasil memutus serangan lawan.
Kehilangan Kanté seolah menjadi bencana bagi pasukan Claudio Ranieri. Meskipun demikian, Ranieri sudah mendapatkan pemain baru yang dianggap setipe dengannya, yaitu Nampalys Mendy dari OGC Nice. Namun, apakah Mendy pemain yang tepat untuk menggantikan Kanté?
Jika kita melihat statistik saja, Mendy dan Kanté tidak memiliki tipikal yang sama (selanjutnya bisa kita lihat pada tabel di bawah ini). Bisa dibilang, dalam seluruh aspek defensif di mana merupakan aspek keunggulan Kanté, Mendy adalah “setengah”-nya Kanté.
Pemain Leicester lainnya, Gokhan Inler, sebenarnya tipikal pemain yang lebih mirip dengan Kanté. Hanya memang Inler jarang dimainkan pada musim lalu sehingga kami tidak bisa menemukan perbandingan yang “apple to apple” dari statistik Kanté dan Inler.
Semua orang tahu Kanté, tapi lupa dengan Gueye
Seolah kita hanya mengenal Kanté, sebenarnya masih ada sosok gelandang bertahan yang bisa diandalkan di Liga Primer. Sosok yang terlupakan, ia adalah Idrissa Gueye.
Satu setengah tahun lebih tua dari Kanté, Gueye dilahirkan di Dakar, Senegal, pada 26 September 1989. Sama seperti Kanté, ia didatangkan oleh Aston Villa pada jendela transfer musim panas tahun lalu dari Lille OSC.
Kanté dan Gueye sebelumnya sama-sama bermain di Ligue 1 Prancis. Tetapi keduanya mendapatkan hasil yang 180 derajat berbeda di musim pertama mereka di Liga Primer. Kanté berhasil menjadi juara Liga Primer bersama Leicester, sementara Gueye harus terdegradasi ke Divisi Championship karena Villa menduduki dasar klasemen akhir Liga Primer.
Namun, keduanya memiliki tipikal permainan yang sama. Dari tabel di atas, semua angka aksi defensif Kanté memang lebih tinggi daripada Gueye. Tapi jika kita melihat secara keseluruhan, Gueye ada persis di peringkat kedua di bawah Kanté dalam soal aksi-aksi sebagai gelandang bertahan.
Yang membuat Gueye tidak tersorot adalah kesebelasannya yang terdegradasi dan lebih sering diserang sekaligus kebobolan. Ini juga yang membuat angka aksi defensifnya sangat besar untuk ukuran seorang gelandang. Gueye adalah pemain pertama yang melindungi seluruh pemain bertahan Aston Villa.
Bedanya, Gueye memiliki keunggulan fisik berupa tinggi badan yang lebih tinggi daripada Kanté. Inilah menapa jika kesebelasan Liga Primer ingin mendapatkan sosok gelandang bertahan yang bisa menjadi “senjata rahasia”, mereka bisa mulai melirik kepada sosok Gueye.
Sejauh ini belum ada gosip yang mengabarkan kepindahan Gueye. Gosip terdekat mengenai Gueye adalah saat ia diisukan pindah kembali ke Ligue 1 di akhir musim lalu ketika Villa dipastikan degradasi.
Kalaupun kita mau melihat sosok gelandang bertahan lainnya di Liga Primer yang sudah (setidaknya) terbukti dan masih tak tersoroti, selain Gueye, kita bisa melihat kepada sosok Claudio Yacob (West Bromwich Albion) dan Alexander Tettey (Norwich City).
Satu hal yang jelas, Idrissa Gueye merupakan sosok gelandang bertahan yang “terlupakan”, “the underrated one”, “the forgotten man”, karena kalah bersinar dari N’Golo Kanté. Jangan heran jika Gueye mungkin bisa menjadi “senjata rahasia” Liga Primer Inggris di kala semua orang hanya tahu Kanté.
Komentar