11 Wonderkid Serie-A 2016/2017

Analisis

by Randy Aprialdi 51014

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

11 Wonderkid Serie-A 2016/2017


Gerson (19 Tahun)

Ada beberapa hal yang membuat Roma tidak terlalu khawatir kehilangan Miralem Pjanic. Pertama tentu saja karena mereka masih memiliki Kevin Strootman, Radja Nainggolan dan berkembangnya Leandro Paredes. Selain nama-nama tersebut, Gerson masuk ke dalam salah satu faktor yang melegakan lini tengah Roma.

Gerson adalah gelandang box-to-box yang didatangkan dari Fluminense. Roma pun harus bersaing dengan Atletico Madrid, Barcelona, Juventus dan Manchester United, untuk mendapatkannya. Tapi Gerson lebih memilih Roma karena peluang bermainnya lebih besar. Alasan itu bisa terealisasi sebab ia tinggal bersaing dengan Strootman, Nainggolan dan Paredes.

Di antara mereka pun hanya Nainggolan yang bisa memenuhi kriteria gelandang box-to-box seperti peran kesukaan Gerson. Ia juga bisa bermain sebagai gelandang serang, winger dan penyerang tengah. Gaya permainannya disesuaikan dengan keahliannya melakukan umpan pendek satu dua karena cerdas ketika bergerak tanpa bola.

Kevin Diks (19 Tahun)

Para suporter Fiorentina boleh kecewa dengan strategi transfer musim panas 2016 kesebelasannya itu. Namun mereka tidak boleh meragukan masa depan yang ditawarkan Kevin Diks, pemain yang baru direkrut Fiorentina. Ia didapatkan dengan harga 2,5 juta euro dari Vitesse Arnhem. Sebelumnya Diks sudah tampil 54 kali di Eredivisie Belanda dan mencetak dua gol serta menyumbangkan empat asis.

Diks merupakan full-back kanan yang kuat dan pekerja keras.Contohnya saja ia selalu berusaha tidak terjatuh ketika beradu fisik dengan lawannya. Keahlian lainnya adalah umpan-umpan pendek yang akurat dan kuat ketika duel udara.Diks juga pemain yang tidak kompromi melakukan tekel kepada lawan-lawannya.

Ia salah satu full-back kanan yang agresif membantu serangan. Tidak jarang ia membantu serangan rekan-rekannya dengan banyak membawa bola disertai umpan-umpan pendek. Hanya saja kemampuan untuk mengirimkan umpan silang tidak terlalu bagus. Kendati demikian, kekurangan-kekurangannya itu bisa ditutupi seiring kariernya bersama Fiorentina. Apalagi kesebelasan tersebut mengandalkan serangan melalui sayap yang agresif sejak ditangani Paulo Sousa.

Marko Pjaca (20 Tahun)

Katakanlah jika Kroasia sedang berada di dalam generasi skuat sepakbola emasnya. Produksi pemain berbakat dari Kroasia juga tidak akan berhenti setidaknya selama empat tahun ke depan. Sebab pada baru-baru ini juga bintang muda dari Kroasia telah muncul, yaitu Marko Pjaca. Ia adalah pemain muda yang gaya permainannya meniru Ronaldinho, sehingga Milan dan Juventus memperbutkannya pada bursa trasnfer musim panas ini.

Akhirnya Pjaca berhasil direkrut Juventus dari Dinamo Zagreb. Pemain 21 tahun itu dikenal karena kecepatannya. Ia mampu mendribel bola dengan terampil walau sedang menguasainya dalam keadaan berlari. Aksi-aksinya itu sering membantu rekan-rekannya mendapatkan ruang di wilayah musuh, karena pemain lawan sering terpancing pergerakannya.

Tapi Pjaca harus bersabar dan berjuang keras di Juventus pada musim ini. Sebab Massimiliano Allegri, Pelatih Juventus, jarang menggunakan formasi 4-2-3-1 atau 4-3-3 yang biasa diperankan Pjaca sebagai winger kiri. Maka pekerjaan rumah Pjaca adalah memperkaya pengetahuan posisi serbabisanya. Selain winger dan second striker, Pjaca harus belajar menjadi wing-back, untuk formasi 3-5-2 Allegri. Tapi Pjaca bisa menjadi alternatif ketika Allegri menerapkan formasi 4-3-1-2 dengan menjadi seorang second striker.

Milan Skriniar (21 Tahun)

Sampdoria menjalani Serie-A 2015/2016 dengan kekecewaaan. Mereka yang biasa menghuni papan tengah harus bergelut dengan zona degradasi. Pemecatan pelatih pun sempat diwarnai ketika memberhentikan Walter Zenga, lalu digantikan Vincenzo Montella. Sekarang kepelatihan Sampdoria dipegang oleh Marco Giampaolo. Musim lalu ia melatih Empoli dan mengorbitkan pemain-pemain muda. Sekarang tradisinya itu ditularkan kepada Sampdoria.

Kemudian Milan Skriniar adalah salah satu bahan revolusi Giampaolo untuk klub besutannya itu. Ia direkrut dari Zilina dengan harga sekitar 1 juta euro. Sebelumnya Skiniar termasuk ke dalam skuat Slovakia di Piala Eropa 2016 dan bermain sebanyak dua kali. Kendati Slovakia dikalahkan Jerman pada laga 16 besar, namun penampilan Skriniar tetap dipuji pelatihnya.

Selain berperan sebagai bek tengah, Skriniar juga bisa dimainkan menjadi gelandang bertahan. Ia juga menjadi obat bagi kekecewaan Sampdoria yang gagal meminjam Leandro Castan karena justru berlabuh ke Torino. Skriniar akan menjadi duet Matias Silvestre di pertahanan Sampdoria musim ini.

Stefano Sensi (21 Tahun)

Dalam beberapa waktu terakhir ini, Milan dan Juventus tidak cuma berebut Pjaca saja. Pada Januari lalu, dua klub besar itu sudah memperebutkan Stefano Sensi yang saat itu berseragam Cesena. Bersama klub itu jugalah ia membuat sensasi karena disebut-sebut sebagai penemuan Andrea Pirlo baru selain Marco Verratti.

Gaya permainannya sebagai gelandang sentral, cenderung menguasai peran deep-lying playmaker. Perannya itu didukung dengan penguasaan bola dan distribusi bola yang baik. Penampilannya itu jugalah yang membaut Roberto Mancini, mantan Pelatih Internazionale Milan, pernah rela menyaksikannya langsung di Stadion Dino Manuzzi, kandang Cesena.

Tapi pada akhirnya Sensi justru berlabuh ke Sassuolo. Ia tidak langsung bergabung dengan klub-klub besar Italia, atau Chelsea yang sempat meminatinya. Sensi ingin kariernya perlahan naik dengan memperkuat Sassuolo. Maka, pada musim ini para penonton Serie-A siap-siap menantikan sensasi yang diciptakan Sensi.


Vittorio Parigini (20 Tahun)

Sekitar 10 tahun yang lalu, Silvano Benedetti selaku pemandu bakat Torino menemukan Vittorio Parigini di Pancalieri, klub amatir Kota Turin. Parigini yang waktu itu berusia 10 tahun sudah menarik perhatian Benedetti karena kekuatannya bermain sepakbola. Alhasil ia direkrut untuk mengikuti latihan di kesebelasan junior Torino di bawah pelatih Moreno Longo.

Selama berada di skuat junior itu, Parigini terus menunjukkan kekuatannya. Terutama kemampuannya dalam menyerang yang didukung dengan fisiknya yang kuat, serta kecepatan akselerasi yang eksplosif. Kemampuannya itulah yang menjadikannya sebagai winger kanan berprospek cerah. Selain menjadi winger, Parigini juga bisa ditugaskan sebagai gelandang serang atau penyerang murni.

Kendati demikian, Parigini tidak langsung menjadi andalan Torino. Ia lebih sering dipinjamkan ke kesebelasan lain. Juve Stabia dan Perugia pernah dibelanya. Tapi di Perugia-lah kariernya semakin baik. Dari 49 penampilannya berhasil membukukan delapan gol. Harapan Torino kepada Parigini pun dilanjutkan dengan meminjamkannya ke Chievo Verona untuk Serie-A 2016/2017.

Komentar