Penantian tim nasional Indonesia untuk berlaga di kancah internasional terwujud pada Rabu (6/9) malam WIB di Stadion Manahan, Solo. Pertandingan yang digelar sebagai persiapan jelang Piala AFF 2016 pun bukan lawan ecek-ecek, yang dihadapi setelah absen setahun lebih ini merupakan musuh bebuyutan sekaligus berstatus runner-up Piala AFF 2014, Malaysia.
Penonton yang memadati Stadion Manahan kemudian disuguhi tiga gol dari timnas Garuda. Sementara kiper Indonesia pada laga ini, Andritany Ardhyasa, tak sekalipun memungut bola. Ya, Indonesia berhasil menang dengan skor cukup telak 3-0.
Melihat hasil akhir, Indonesia memang tampak superior; menang tiga gol tanpa balas. Akan tetapi jika melihat permainan timnas Indonesia secara keseluruhan, tampaknya permainan Indonesia masih kurang memuaskan.
Dikatakan kurang memuaskan karena sebenarnya permainan Malaysia sendiri tidak terlalu baik pada laga ini. Apalagi penampilan lini belakang Malaysia, mereka begitu rapuh ketika mendapatkan tekanan.
Hal ini terlihat dari tiga gol yang diciptakan Indonesia. Ketiga gol Indonesa lahir tak lepas dari kesalahan yang dilakukan lini belakang Malaysia. Gol pertama bisa dihindari andaikan Fadhli Sas mampu menyapu bola liar. Gol kedua adalah ketika Brendan Gan Seng gagal mengontrol bola dengan baik hingga akhirnya mampu direbut Irfan Bachdim. Sementara gol ketiga, para pemain Malaysia lengah, terlalu fokus pada bola, tidak mengawal Boaz Solossa (dan Bachdim).
Meskipun begitu ketiga gol ini tak lepas dari pendekatan strategi yang diterapkan pelatih timnas Indonesia, Alfred Riedl. Pada babak pertama, Riedl menginstruksikan para pemain depan untuk melakukan pressing pada pemain belakang Malaysia yang menguasai bola.
Skema ini yang menjadi skema terjadinya gol kedua Indonesia yang dicetak Bachdim. Saat Fadhli Sas hendak membangun serangan, Boaz menjaga gelandang Malaysia yang membuka ruang (Irfan Fazail), Andik Vermansyah yang bermain di sisi kanan menjaga bek kiri Malaysia (Azrif Badrul), sementara Bachdim menekan pemain yang menguasai bola.
Ini membuat Fadhli Sas kebingungan memberikan umpan, di mana kemudian ia memberikan bola pada Brendan Gan Seng yang mendekati bola. Hanya saja Brendan mendapatkan tekanan dari Evan Dimas dari belakang di mana kemudian ia gagal mengontrol bola dengan baik. Di sanalah Bachdim mencuri bola liar dan melakukan umpan satu-dua dengan Boaz.
Namun skema ini menjadi satu-satunya cara Indonesia mencetak gol. Indonesia masih belum bisa membangun serangan dengan baik ketika mereka menguasai bola atau ketika bola serangan dimulai dari lini pertahanan. Hal inilah yang kemudian ketika pemain Malaysia berhasil lolos dari tekanan Indonesia tak bisa mencetak gol.
Salah satu faktornya adalah penyesuaian para pemainnya terhadap pola 4-4-2 Riedl. Evan Dimas misalnya, ia terbiasa bermain dalam pola 4-2-3-1. Ketiadaan gelandang no.10 membuatnya hanya bisa melakukan operan pendek dengan Bayu Pradana atau ke bek tengah (Yanto Basna-Fachrudin).
Akhirnya serangan Indonesia pun lebih berpusat pada kedua sisi, mengandalkan aksi individu dari Zulham Zamrun dan Andik Vermansyah. Terlebih kedua full-back, Abdul Rahman dan Beny Wahyudi lebih memfokuskan diri menjaga pertahanan. Hanya Abduh Lestaluhu (masuk menggantikan Abdul Rahman) yang cukup sering melakukan overlap.
Riedl memang tampak ingin mengubah gaya permainan Indonesia meski menggunakan pola dasar sama seperti sebelumnya. Pada 2014 misalnya, Indonesia berhasil menang 2-0 atas Malaysia lewat gol yang dikreasikan Rizky Pora (gol bunuh diri pemain bertahan Malaysia) dan Tony Sucipto yang menggantikan Rizky Pora (gol dicetak Samsul Arif), keduanya melakukan penetrasi dari sisi kanan pertahanan Malaysia.
Pada babak kedua, Riedl mengubah lagi gaya permainan timnas dengan memasukkan Lerby Eliandry dan Irsyad Maulana, menggantikan Boaz dan Zulham. Pressing di lini pertahanan Malaysia tak lagi dilakukan. Indonesia lebih menunggu datangnya serangan untuk kemudian melancarkan serangan balik dengan mengandalkan gaya permainan Lerby yang bisa menjadi tembok dengan keunggulan duel-duel udaranya.
Secara pertahanan, skema ini cukup jitu, di mana Malaysia kesulitan memasuki kotak penalti Indonesia. Hanya saja skema penyerangan masih belum sempurna sehingga bola lebih sering lepas dari penguasaan. Irsyad pun tak memberikan perubahan signifikan pada lini serang Indonesia.
Meskipun begitu, pada laga ini Indonesia tertolong oleh impresifnya penampilan beberapa individu. Pemain yang cukup menonjol pada laga ini adalah Boaz, Bachdim, Evan Dimas, Fachrudin Ariyanto, dan Yanto. Gol pertama dan gol kedua tentunya tak akan tercipta jika Boaz dan Bachdim malas merebut bola saat melakukan pressing.
Baca juga: Irfan Bachdim Favorit #PemainTerbaik Laga Indonesia vs Malaysia
Sekai lagi, hasil akhir tak mencerminkan superiornya Indonesia atas Malaysia secara permainan. Indonesia masih kesulitan membangun serangan, sejumlah pemain pun masih menyesuaikan dengan pola 4-4-2 ketika di klub mayoritas menggunakan 4-3-3 atau 4-2-3-1. Hal inilah yang mungkin akan menjadi fokus utama Riedl dalam mengasah perkembangan timnas Indonesia jelang Piala AFF 2016 bergulir 19 November nanti.
Komentar