Derby d`Italia ke-230 (atau ke-225 di ajang resmi) menyajikan suguhan menarik. Tiga gol tercipta pada laga antara Internazionale Milan menghadapi Juventus yang berlangsung di Stadion Giuseppe Meazza pada Minggu (18/9/2016) ini. Kubu tuan rumah, Inter, berhasil memetik poin penuh pada laga ini.
Inter memang menunjukkan kelasnya setelah tampil kurang meyakinkan di empat laga sebelumnya. Sejak awal pertandingan, skuat asuhan Frank de Boer ini mampu mengontrol pertandingan sehingga akhirnya menang dengan skor tipis 2-1.
Juventus, yang kembali menurunkan formasi dasar 3-5-2, dibuat kesusahan kala membangun serangan. High block pressing yang dilakukan para pemain Inter membuat Juventus kesulitan membangun serangan ketika bola digulirkan Gianluigi Buffon pada pemain belakang. Lini tengah Juve yang menurunkan Miralem Pjanic, Sami Khedira dan Kwadwo Asamoah pun tak mampu membuat Juve keluar dari tekanan Inter yang menggunakan tiga pemain untuk melakukan pressing di lini pertahanan Juventus.
Juve lebih sering mengirimkan umpan-umpan panjang dari lini pertahanan karena tekanan yang diberikan Inter (simak grafis di bawah). Dengan organisasi pressing yang baik, Inter pun berhasil membuat setiap aliran bola Juventus sulit dikontrol para pemainnya.
Grafis operan Juventus saat hadapi Inter
Secara penguasaan bola Juve memang unggul 52% berbanding 48%. Namun dari upaya tembakan, Inter unggul jauh dengan 16 tembakan berbanding 9 tembakan milik Juventus. Gol pertama Inter yang dicetak Mauro Icardi sendiri dicetak pada tembakan ke-13, pada menit ke-71, dua menit setelah gol Juve yang diciptakan Stephan Lichtsteiner.
Kemenangan Inter dikunci oleh gelandang asal Kroasia, Ivan Perisic. Perisic yang masuk menggantikan Citadin Eder pada menit ke-69, mencetak gol 10 menit kemudian lewat tandukannya yang menerima umpan silang dari Icardi.
Salah satu keberhasilan Inter membuat permainan Juventus tidak berkembang adalah dengan menutup ruang bagi penyerang Juventus, Paulo Dybala. Dybala yang memang mendapatkan peran bebas atau free role pada musim ini hampir tak terlihat sepanjang pertandingan.
Dybala hanya mencatatkan satu umpan kunci, padahal di tiga pertandingan pertama Juve di Serie A ia berhasil mencatatkan total delapan umpan kunci atau hampir tiga kali per per laga. Umpan silang yang dilepaskannya, lima kali, tak satupun menemui sasaran. Akurasi operannya memang mencapai 83%, namun mayoritas dialirkan ke belakang. Sementara dari empat tembakan yang ia lakukan, tiga terblok dan satu off target.
Grafis operan Dybala (via: whoscored)
Saat Juve hendak memasuki sepertiga akhir serangan, Inter berhasil menutup jalur operan untuk Dybala. Cara yang dilakukannya adalah dengan membuat Banega mendekati Mario dan Medel. Akhirnya, Dybala lebih sering berada di belakang ketiga gelandang Inter tersebut.
Area depan kotak penalti Inter memang terbilang aman pada laga ini. Double pivot yang menempatkan Joao Mario dan Gary Medel sangat tangguh sehingga memaksa Juve harus menyerang lewat sayap (Medel mencatatkan empat tekel berhasil dari empat kali percobaan). Di sayap, hanya sisi kiri yang cukup merepotkan lini pertahanan Inter (dari enam umpan kunci, empat kali diciptakan Alex Sandro, belum termasuk satu asis).
Selain itu, Inter juga mampu memanfaatkan masalah laten yang dimiliki Juventus: antisipasi sepak pojok. Gol penyama kedudukan Inter tercipta setelah Icardi mampu menyambut sepak pojok Banega. Gol Icardi tersebut merupakan ketiga kalinya Buffon memungut bola dari jalanya setelah kebobolan melalui skema sepak pojok karena Fiorentina dan Sassuolo pun berhasil mencetak gol dengan cara yang sama.
Meskipun begitu, Inter secara keseluruhan tampil superior pada laga ini. Para pemainnya menampilkan potensi terbaik mereka. Padahal Inter pun bisa dibilang belum tampil dengan kekuatan penuh, karena mereka masih belum menurunkan dua penggawa anyar, yakni Gabriel Barbosa dan Cristian Ansaldi.
Sementara itu pelatih Juventus, Massimilliano Allegri, mendapatkan pukulan telak karena melakukan rotasi pada laga ini. Ia baru menurunkan Gonzalo Higuain pada menit ke-74, menggantikan Mario Mandzukic. Ia juga mungkin harus mulai memikirkan skema lain karena dari lima laga yang sudah dijalani ia masih terpaku pada formasi dasar 3-5-2.
Analisis lengkapnya baca di detiksport kanal About the Game
Komentar