Sevilla tampil mengejutkan pada La liga 2016/2017. Mereka mampu berada di posisi kedua klasemen sementara pada paruh musim pertama. Vicente Iborra dkk. berhasil berada di atas Barcelona yang berada di posisi ketiga dan hanya tertinggal satu poin saja dari Real Madrid yang berada di puncak klasemen.
Selain itu, pada musim ini Sevilla juga mampu mencatatkan start terbaik sepanjang sejarah keikutsertaan mereka di La Liga, dengan raihan 13 kemenangan, tiga hasil imbang dan tiga kekalahan. Sosok yang mendapatkan sorotan atas kejutan yang dilakukan oleh Sevilla musim ini tentu pelatih mereka, Jorge Sampaoli.
Pelatih asal Argentina ini datang dengan reputasi sebagai pelatih yang berhasil membawa timnas Cile menjuarai Copa America dua kali berturut-turut. Tetapi, walaupun datang dengan reputasi tersebut, Sampaoli tetap mendapatkan tantangan cukup berat di Sevilla. Bagaimana tidak, ia harus menggantikan Unay Emery yang berhasil membawa pulang gelar juara Liga Eropa tiga tahun berturut-turut ke Ramon Sanchez Pizjuan.
Tantangan Sampaoli pun semakin berat dengan hengkangnya beberapa pemain penting Sevilla musim 2015/2016. Nama-nama seperti Ever Banega, Kevin Gamiero, Grzegorzk Krychowiak, Coke dan Fernando Llorente yang menjadi pemain andalan Sevilla di bawah asuhan Emery hijrah ke kesebelasan lain.
Namun, Sampaoli berhasil menunjukkan kejeniusannya dalam hal ini. Ia berhasil menjawab semua tantangan yang ada di depannya dengan hasil yang memuaskan. Ada dua faktor yang berpengaruh yang telah dilakukan oleh mantan pelatih Universidad de Chile ini yaitu:
Membeli pemain berdarah Amerika Latin
Sampaoli menyadari bahwa ia sebagai pelatih yang baru datang ke Eropa untuk pertama kalinya tentu membutuhkan pemain-pemain yang sudah ia kenali karakteristiknya dan bisa memahami instruksinya. Maka dari itu kebijakan transfer yang ia lakukan pada musim panas 2016 lalu adalah mendatangkan para pemain yang memiliki darah Amerika Latin. Sampaoli yang berasal dari Amerika Latin tentu berharap dengan asal yang sama akan memudahkannya untuk memahami karakteristik mereka.
Selain itu perekrutan pemain yang dilakukan oleh Sampaoli ini lebih berfokus untuk mencari pemain yang berteknik tinggi yang sesuai dengan taktik yang akan ia gunakan. Nama-nama seperti Ganso, Franco Vazquez, dan Luciano Vietto adalah para pemain yang berteknik tinggi dan berdarah Amerika Latin.
Selain itu terdapat juga nama-nama pemain seperti Wissam Ben Yedder, Hiroshi Kiyotake dan Pablo Sarabia yang merupakan pemain-pemain yang sedang berada di usia matang sebagai pesepakbola. Serta pemain berpengalaman, Samir Nasri yang didatangkan dengan status pinjaman dari Manchester City.
Hasilnya para pemain tersebut benar-benar bisa dimaksimalkan potensinya oleh Sampaoli. Mereka mampu menjadi pemain pentiing di Sevilla asuhan Sampaoli. Saling Bahu-membahu dengan beberapa pemain lama seperti Steven N`Zonzi, Adil Rami dan Vitolo, para pemain baru seperti Franco Vazquez, Wissam Ben Yedder dan Samir Nasri mampu menampilkan performa yang cukup mengesankan.
Variasi taktik dan menciptakan mental baja
Jika Emery identik dengan permainan yang pragmatis dan lebih berhati-hati, maka Sampaoli merupakan kebalikan dari hal tersebut. Ia sangat menggemari permainan menyerang.
Jika diperhatikan permainan Sevilla musim ini cukup menarik untuk disaksikan. Mereka memeragakan permainan menyerang dengan tempo tinggi dan umpan-umpan pendek yang dilakukan secara vertikal. Melakukan penguasaan bola sebanyak mungkin ketika berada pada defensive dan middle third, lalu pada saat sampai di attacking third mereka akan mempercepat serangan yang telah dibangun sejak awal.
Tidak hanya dalam hal pergerakan pemain ketika menyerang saja yang cukup menyenangkan untuk dilihat. Ketika kehilangan bola atau pun bertahan, proses transisi yang dilakukan oleh anak asuhan Sampaoli ini juga cukup mengagumkan. Mereka langsung melakukan pressing kepada pemain yang menguasai bola dan para pemain yang kemungkinan akan menjadi target umpan dari si pemegang bola. Terkadang juga terdapat satu pemain yang bertugas meng-cover jika pressing yang dilakukan berhasil ditembus.
Grafis pressing yang dilakukan Sevilla ketika melawan Atletico Madrid
Pada grafis di atas terlihat bagaimana sistem pressing yang dilakukan oleh Sevilla di bawah asuhan Sampaoli. Pemain yang dinomori dengan angka 1 melakukan pressing terhadap pemegang bola, sedangkan pemain nomor 2 dan 3 melakukan pressing terhadap dua pemain yang kemungkinan akan diumpankan bola tersebut. Serta pemain nomor 4 meng-cover pressing yang dilakukan oleh rekan-rekannya.
Gaya permainan yang tentunya mirip dengan sang guru Sampaoli, Marcelo Bielsa. Hal ini wajar saja, mengingat Sampaoli memang disebut sebagai salah satu murid terbaik Bielsa.
Namun, taktik yang dikembangkan oleh Sampaoli ini lebih bervariasi. Ia tidak hanya terpaku dengan penggunaan formasi tertentu. Menurut data whosocred, ada 10 skema yang pernah digunakan oleh mantan pelatih timnas Cile tersebut di La Liga. Skema yang digunakannya akan disesuaikan dengan karakteristik dari calon lawannya. Variasi taktik inilah yang mungkin membuat para lawan Sevilla sulit untuk membaca skema apa yang akan digunakan Sampaoli.
Sampaoli menyadari satu hal besar agar taktik yang telah ia persiapkan bisa sukses dijalankan oleh anak asuhnya. Hal tersebut adalah membentuk mental tidak kenal takut pada diri para pemain Sevilla. Mereka dipersiapkan untuk tetap berani menampilkan permainan seperti biasanya ketika melawan kesebelasan-kesebelasan yang lebih besar seperti Real Madrid dan Barcelona.
"Filosofi sepakbola saya adalah bahwa tim saya harus bermain dengan benar-benar mendominasi pertandingan. Ambisi saya untuk Sevilla adalah bukan mencari kemenangan dengan cara apapun, tapi untuk meletakkan gaya dan cara bermain yang tidak merasa takut kepada siapa pun,” ujar Sampaoli ketika baru ditunjuk sebagai pelatih Sevilla seperti dikutip oleh From The Stands.
"Masalah yang dimiliki Sevilla di La Liga musim lalu adalah mereka begitu buruk ketika bermain tandang, mereka tidak tahu bagaimana cara untuk menyelesaikan permainan atau mempertahankan keunggulan dua gol. Ini akibat dari rotasi yang sering dilakukan oleh Emery yang menyebabkan inkonsistensi, terutama di lini pertahanan.”
Pelatih berusia 56 tahun ini terbilang cukup sukses menanamkan mental baja kepada anak asuhnya. Hal ini dapat dilihat saat Sevilla mengalahkan Real Madrid dengan skor 2-1 di La Liga. Mereka tetap menampilkan possession football dan permainan menyerang, tidak merasa takut akan para pemain Madrid yang lebih mempunyai nama besar. Ini terbukti dengan unggulnya jumlah penguasaan bola mereka sebesar 58% berbanding 42% milik Madrid.
∗∗∗
Sampaoli dengan kejeniusan yang dimilikinya berhasil mengubah Sevilla yang awalnya bermain pragmatis di bawah asuhan Emery menjadi tim yang memainkan permainan menyerang yang cukup menarik untuk ditonton. Mental Sevilla yang dianggapnya buruk pun berhasil diubah. Hasilnya pun sudah tersaji berupa rekor start terbaik di paruh musim pertama La Liga. Sekarang tugasnya Sampaoli dan anak asuhnya adalah terus meningkatkan permainan mereka dan mencari variasi bermain lainnya agar tim lawan semakin sulit untuk membaca permainan mereka.
Foto: Yahoo! Sports
Komentar