Rekor tujuh kemenangan beruntun Internazionale Milan harus berhenti saat bertandang ke Juventus Stadium, Senin (6/2). Inter mesti merelakan rekornya itu setelah dikalahkan Juventus dengan skor 1-0 atas gol semata wayang Juan Cuadrado. Sementara kemenangan Juventus itu memperpanjang rekor 28 kemenangan di kandangnya secara berturut-turut.
Kemenangan itu menunjukkan bahwa Juventus satu langkah lebih efektif dan mampu memanfaatkan ruang di depan gawang lawan. Padahal hampir seluruh peluang yang didapatkannya itu melalui proses serangan balik. Hal itu berbeda dengan Inter yang sejatinya lebih dominan karena menguasai lini tengah sehingga unggul 52 persen penguasaan bola. Mampunya Inter mengimbangi lini tengah Juventus tidak lepas dari keputusan Stefano Pioli yang mencoba kembali memakai formasi tiga bek. Kali ini Pelatih Inter itu menerapkan formasi 3-4-2-1 dan memanfaatkan kreativitas duet Marcelo Brozovic dan Roberti Gagliardini di lini tengah.
Juventus masih mempertahankan formasi awal 4-2-3-1 yang baru-baru ini sering dipakai. Pada formasi itu Mario Mandzukic kembali ditempatkan sebagai winger kiri. Formasi itu juga masih belum memberikan tempat bagi Claudio Marchisio karena memaksimalkan Miralem Pjanic dan Sami Khedira sebagai poros ganda. Tapi transisi formasi Juventus saat bertahan masih sama ketika menggunakan formasi 3-5-2 seperti biasanya, yaitu berubah menjadi 5-4-1 dengan garis pertahanan rendah. Juventus menumpuk para pemainnya di belakang dan tengah. Khedira turun lebih ke bawah bergabung dengan bek lainnya. Sementara di lini depan hanya menyisakan Gonzalo Higuain.
Sistem ini membuat Inter kesulitan untuk mendapatkan celah di sepertiga akhir. Upaya yang bisa mereka lakukan saat itu adalah lebih sabar dengan penguasaan bola. Bola diputar-putarkan mereka melalui operan-operan pendek sambil mencari celah di pertahanan Juventus. Tapi opsi terakhir mereka mengalirkan bola kepada sayap dan melepaskan umpan silang. Namun sistem itu tidak ada yang berhasil karena umpan silang sering digagalkan oleh kekalahan duel udara di kotak penalti, maupun umpan silang yang tidak menemui sasarannya.
Inter bisa mendapatkan peluang jika berhasil menggagalkan serangan balik Juventus. Pertahanan Inter yang adem ayem karena pertahanan garis rendah Juventus mesti bergerak cepat dan bekerja keras untuk menggagalkan serangan balik lawannya tersebut. Ketika upaya Juventus itu berhasil digagalkan, dari situlah kemudian Inter bisa membuat peluang di gawang lawan. Peluang itu dimanfaatkan masih dalam kecenderungan yang sama, yaitu melalui sisi lapangan. Namun hanya sisi kiri saja yang terbilang efektif dan lebih bisa dimanfaatkan Perisic. Hal itu karena Perisic sering mendapatkan ruang dari naiknya Stephan Lichsteiner yang terlambat melakukan transisi bertahan usai melancarkan serangan balik.
Situasi itu berbeda dengan sisi kanan karena Alex Sandro yang menghuni kiri pertahanan Juventus lebih sigap melakukan transisi bertahan. Maka dari itu Antonio Candreva tidak terlalu berkembang pada pertandingan dini hari waktu Indonesia tadi. Candreva yang sulit menaklukan Sandro pada akhirnya harus diganti Citadin Eder ketika pergantian babak. Namun tetap saja situasi Eder sama seperti Candreva dan Inter gagal menyelesaikan peluang-peluangnya menjadi gol. Penyelesaian akhir Inter nampak terburu-buru karena dua bek tengah Juventus selalu mengawalnya dengan ketat. Icardi pun mati kutu di hadapan duet Chiellini dan Bonucci. Sementara Candreva tidak bisa masuk leluasa karena dikawal Alex Sandro. Begitu pun Joao Mario yang dibuntuti Khedira.
Efektivitas Inter berbeda dengan lini depan Juventus. Hal itu karena lini depan Juventus lebih sanggup membuka ruang di pertahanan Inter. Higuain dan Paulo Dybala memang tidak mencetak gol pada laga ini, namun mereka menjadi pemain penting untuk membuka ruang di pertahanan Inter. Higuain menjadi pemantul bola untuk rekan-rekannya. Sementara Dyabala tidak hanya mengeksploitasi depan ruang kotak penalti saja, ia juga bergerak melebar supaya pemain sayap bisa masuk ke dalam. Sementara Inter terus berjuang untuk mencari celah yang pas agar ditembus. Terutama setelah Juventus cenderung bermain lebih bertahan dan membangun serangan lebih lambat sejak pergantian babak.
Komentar