Generasi Baru Sepakbola Italia

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi 143867

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Generasi Baru Sepakbola Italia

Halaman Kedua

Di Piala Eropa 2016 lalu, Stefano Sturaro juga menjadi salah satu pemain yang cukup menarik perhatian. Jorginho juga sempat disiapkan untuk masuk ke dalam skuat Piala Eropa 2016 sebelum akhirnya gagal terpilih oleh Antonio Conte untuk skuat final.

Namun generasi setelah Verratti pun sudah menyiapkan diri untuk berebut tempat utama di posisi gelandang. Roberto Gagliardini sudah mendapatkan debutnya saat menghadapi Belanda, buah dari penampilan ciamiknya musim ini bersama Atalanta dan Inter. Sebelumnya, Danilo Cataldi dan Marco Benassi sempat dipanggil Ventura untuk mengikuti pemusatan latihan pada akhir 2016. Jangan lupakan pula gelandang berbakat Milan, Manuel Locatelli, yang mulai rajin bermain sejak menit pertama.

***

Nama-nama pemain muda yang disebutkan di atas saat ini mulai reguler bermain di kesebelasan masing-masing yang mayoritas berlaga di Serie A. Serie A sendiri sudah tak lagi didominasi oleh pemain tua dan pemain asing sejak Carlo Tavecchio menjadi ketua FIGC. Meski sempat menuai kontroversial lewat komentar rasialisnya, Tavecchio berhasil membuat klub-klub Italia lebih peduli pada pemain lokal.

Salah satunya adalah dengan memberlakukan aturan pendaftaran 25 pemain dalam satu musim seperti untuk skuat Liga Champions atau Europa League. Dari 25 pemain tersebut, minimal delapan di antaranya harus pemain homegrown (minimal empat dari akademi masing-masing klub) serta untuk pemain di bawah 21 tahun tidak perlu didaftarkan. Sebelum aturan ini diberlakukan, baru dimulai sejak musim 2015/2016, setiap klub bisa mendaftarkan lebih dari 25 pemain meski terdapat delapan pemain homegrown di dalam skuatnya (sehingga membuat skuat Italia gemuk dan kesempatan untuk pemain muda tipis).


Baca juga: Mengenal Istilah Pemain Homegrown


Dari aturan inilah para pemain muda Italia bermunculan. Milan mempromosikan Donnarumma, Davide Calabria, hingga Manuel Locatelli yang usianya di bawah 21 tahun. Juventus berinvestasi pada Daniele Rugani, Rolando Mandragora hingga Mattia Caldara. Inter memboyong Roberto Gagliardini. Napoli merekrut Jorginho dan terbaru membeli Leonardo Pavoletti. Fiorentina tak ragu memasang Federico Chiesa setelah Federico Bernardeschi tampil konsisten. Atalanta juga berevolusi seperti Sassuolo yang mengandalkan talenta-talenta muda Italia. Beberapa pemain pun memecahkan rekor sebagai pemain termuda klub (16-17 tahun) seperti Moise Kean (Juventus), Filippo Melegoni (Atalanta) dan Pietro Pellegri (Genoa).

PSSI yang sedang membenahi sepakbola Indonesia bisa mencontoh apa yang dilakukan Italia. Aturan pemain muda yang mewajibkan tiga pemain U-23 bermain sejak menit pertama minimal 45 menit pada Piala Presiden 2017 lalu tidak perlu dipaksakan di liga. Seharusnya, ada aturan yang membuat setiap kesebelasan mulai memikirkan bagaimana caranya memproduksi pemain berkualitas dari akademi masing-masing klub.

Untuk Liga 1 misalnya, setiap kesebelasan wajib memiliki tujuh pemain homegrown Indonesia atau tiga pemain yang berasal dari masing-masing akademi klub dari total maksimal 25 pemain yang didaftarkan ke liga (saat ini jumlah pemain tidak terbatas). Apalagi dengan kebiasaan klub-klub Indonesia yang gemar bongkar pasang pemain, tidak adanya "aturan homegrown" membuat klub-klub Indonesia bisa seenaknya membongkar pasang seluruh komposisi pemain setiap musim baru dimulai.

Akan berbeda jika aturan homegrown diberlakukan. Klub setidaknya akan mempertahankan beberapa pemain homegrown bahkan mempromosikan pemain akademi saat hendak memasuki musim yang baru. Dengan begitu klub akan mulai berinvestasi lebih banyak pada akademi agar bisa menciptakan pemain berkualitas dari akademi, bahkan yang sesuai dengan filosofi masing-masing klub. Bongkar pasang pemain dan mengandalkan pemain asing pun bisa lebih terminimalisasi.

foto: zimbio.com

Komentar