Untuk sebuah pertandingan yang sangat ditunggu-tunggu antara Manchester City dan Manchester United, kita berhak kecewa melihat hasil imbang 0-0. Masalahnya, pertandingan ini bukan hanya bertajuk derby Manchester, tetapi juga mempertemukan Josep Guardiola dan Jose Mourinho, dua manajer revolusioner.
Banyaknya orang yang kecewa adalah karena Mourinho memainkan taktik parkir bus semalam. Namun, benarkah Mourinho memarkir busnya di depan gawang David de Gea semalam, bukan di tempat parkir bus Stadion Etihad?
Jika kita mau melihat dari sebab-akibat, United punya alasan untuk bermain defensif.
Awalnya Mourinho memainkan taktik false nine alias tanpa penyerang. Taktik ini dinilai bisa mengeksploitasi pertahanan City, terutama di daerah sayap, melalui kecepatan dari Marcus Rashford, Anthony Martial, dan si false nine itu sendiri: Henrikh Mkhitaryan.
Tetapi Guardiola mampu meredam kecepatan United dengan bermain agresif. Mereka melakukan empat puluh tekel dengan hanya sepuluh saja yang menjadi pelanggaran.
Pertandingan sendiri berjalan panas, tapi wasit Martin Atkinson dianggap terlalu lembek dan bahkan baru mengeluarkan kartu pada menit ke-83 untuk Marouane Fellaini; pemain kribo tersebut kemudian mendapat kartu merah beberapa detik setelahnya. That escalated quickly for Atkinson. Gabriel Jesus mendapatkan kartu kuning lainnya di menit ke-89.
Setelah kesulitan mengalirkan bola (presentase kesuksesan operan hanya 70%) karena agresivitas City, Mourinho memutuskan untuk menyerang melalui serangan balik saja. Dan serangan balik ini membutuhkan para pemainnya untuk mengambil posisi yang lebih dalam (dalam artian bertahan).
Sebenarnya “Setan Merah” baru benar-benar memarkir bus mereka saat mereka kehilangan Fellaini di menit ke-84.
Jadi, benarkah Mourinho memarkir bus di derby Manchester semalam? Jika kamu melihat gambar paling atas (pasca Fellaini menyundul Sergio Aguero), kamu bisa melihat ada bus berwarna putih di kejauhan*.
Grafis permainan bertahan Manchester United – sumber: FourFourTwo Stats Zone
Sementara City bisa mencatatkan sembilan belas tembakan ke gawang (enam on target), United hanya tiga (satu on target). Setelah menit ke-50, United tidak berhasil mencatatkan tembakan lagi. United juga hanya berhasil menguasai bola selama 30% dari seluruh pertandingan.
Ditambah juga para pemain United yang sepertinya tidak ingin melakukan pressing (hanya lima ball recovery setelah garis tengah lapangan sendiri), tidak benar-benar mengandalkan kecepatan (tiga dribel gagal), dan bahkan minim umpan silang (dua umpan silang sukses dari sembilan percobaan; berbanding jauh dengan City yang mencatatkan 24 crossing). Pertandingan ini memang milik City, tapi ternyata gawangnya adalah milik United.
Tapi bisa jadi parkir bus ini adalah taktik yang tepat (bukan taktik yang indah tapi, ya) dari Mourinho jika kita melihat banyaknya pemain United yang cedera dan padatnya jadwal pertandingan United yang juga masih harus berlaga di dua leg semi-final Liga Europa UEFA.
United sudah menjalani delapan pertandingan selama Bulan April ini. Kemudian United masih akan menjalani 7 pertandingan lagi dalam satu bulan ke depan (delapan jika mereka lolos ke final Liga Europa). Betapa melelahkannya semua ini bagi Mourinho dan United.
Semua orang boleh meledek, tapi parkir bus Mourinho semalam bisa menjadi kunci keberlanjutan “Setan Merah” pada satu bulan ke depan ini.
Baca analisis selengkapnya: Kegagalan Taktik dari Dua Manajer Revolusioner
*Tentu saja bus pada foto paling atas adalah hasil edit-an
Komentar