Apa yang Harus Dilakukan AC Milan Agar Tidak Melanggar Financial Fair Play?

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi 58123

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Apa yang Harus Dilakukan AC Milan Agar Tidak Melanggar Financial Fair Play?

Halaman kedua

Selain itu, pendapatan dari penjualan tiket kandang pun masih bisa ditingkatkan lewat pertandingan Liga Europa. Musim lalu, San Siro yang menjadi kandang mereka kurang bisa memberikan pendapatan masif. Laporan Deloitte menunjukkan Milan hanya mendapatkan 25,9 juta euro saja dari tiket. Hal ini dikarenakan rataan penjualan tiket San Siro musim ini hanya berada di angka 37 ribu penonton. Padahal San Siro berkapasitas 80 ribu penonton.

Prestasi Milan yang merosot memang membuat San Siro sepi penonton. Hanya melawan Juventus dan Inter saja penonton bisa mencapai 75 ribu. Melawan Carpi musim lalu, hanya sekitar 12 ribu penonton. Tapi dengan banyaknya pemain baru dan berlabel bintang, serta berlaga di Liga Europa, diharapkan para pendukung Milan bisa lebih bergairah untuk datang ke stadion. Setidaknya seperti pada 2011 ketika rataan pendukung Milan mencapai 51 ribu penonton. Saat itu, menghadapi Cagliari saja tiket San Siro sold out.

Perhitungan Gaji Pemain

Satu hal lagi, sebenarnya meski Milan mengalami kerugian, pendapatan kotor Milan meningkat pada musim ini. Menurut Deloitte, jika pada 2015 pendapatan kotor Milan sebesar 199,1 juta euro, pada 2016 pendapatan kotor Milan naik hingga 214,7 juta juta euro. Keberhasilan menjuarai Super Coppa Italia cukup berpengaruh pada pendapatan.

Tapi yang perlu diperhatikan adalah total gaji pemain pada musim depan. Meski Milan hanya mengeluarkan 28 juta euro untuk pemain baru, gaji pemain Milan cukup besar. Pengeluaran terbesar musim lalu memang berasal dari total pengeluaran untuk gaji pemain yang mencapai 101 juta euro, Carlos Bacca menjadi pemain dengan gaji tertinggi (3,5 juta euro per tahun). Jumlah tersebut merupakan tertinggi ketiga setelah Juventus (124 juta euro) dan AS Roma (113 juta euro).

Dengan pemain baru, apalagi Leonardo Bonucci yang digaji 6,5 juta euro per tahun, kemungkinan besar pengeluaran gaji Milan akan membengkak. Sejauh ini, dari tim utama, Milan baru melepas Juraj Kucka, Diego Lopez, Keisuke Honda dan Andrea Poli, yang tentu belum mereduksi banyak dari total gaji pemain.

Agar Terhindar Hukuman FFP

Dari yang sudah dijabarkan di atas, kita bisa melihat Milan masih memiliki sejumlah potensi pendapatan pada musim depan. Merchandise yang mulai menyasar pasar Asia, khususnya Tiongkok, akan menjadi senjata utama finansial Milan untuk meningkatkan pendapatan.

Hal ini bisa efektif seperti ketika Leicester City meningkatkan penjualan merchandise di Thailand, negara asal pemilik Leicester. Pada 2015, sebelum Leicester juara, The Foxes menorehkan pendapatan kotor sebesar 146 juta euro (musim ini 203 juta euro), lebih besar dari Inter Milan yang saat itu mendapatkan 142 juta euro.

Penjualan merchandise di pasar Asia memang bisa sangat masif meningkatkan pendapatan. Menurut deloitte, Manchester United yang saat ini menjadi kesebelasan dengan pendapatan terbesar di dunia, dengan pendapatan kotor sebesar 689 juta euro pada 2016, 53% didapatkan dari merchandise dan hal-hal komersil lainnya (363 juta euro). Dari tiket pertandingan 137 juta euro (20% pendapatan) dan hak siar 187 juta euro (27%). MU sendiri diketahui sebagai kesebelasan yang paling populer di Asia.

Apa yang didapat MU tersebut bisa menjadi inspirasi Milan. Pada 2016, merchandise dan hal-hal komersil lain yang berhasil dipasarkan Milan "hanya" mencapai 100 juta euro. Jumlah tersebut hanya sepertiga dari pendapatan yang berhasil didapat MU. Begitu juga dengan tiket pertandingan yang hanya 25 juta euro dan hak siar 80 juta euro, kalah jauh dari MU. Padahal Milan dengan fans yang sebenarnya menjangkau seluruh dunia harusnya bisa lebih dari itu.

Itulah yang disiapkan Milan untuk rencana bisnis mereka dalam empat tahun ke depan. Walau belum di-acc UEFA, tapi di sini kita bisa melihat Milan hendak melebarkan sayapnya ke Asia sebagaimana MU. Milan pun sudah memulai invasi mereka ke pasar Asia dengan mengadakan tur pramusim ke Tiongkok. Strategi ini jika diterapkan pada game simulasi Football Manager pun terbukti bisa meningkatkan pendapatan tim, khususnya penjualan merchandise.

Selanjutnya, Milan juga harus menjual sejumlah pemainnya, atau meminjamkan, demi mengurangi total pengeluaran dari gaji pemain. Bacca sebagai pemain dengan gaji tertinggi baiknya dilepas. Selain itu ia juga bisa menambah pendapatan Milan cukup besar jika berhasil dijual. Di lini depan, Milan sudah punya Andre Silva dan Fabio Borini. Masih ada juga Gianluca Lapadula, walau Lapadula juga bisa dikorbankan. Tampaknya itu sudah cukup untuk bersaing di Serie A.

Yang paling penting dari itu semua pada akhirnya Milan harus bisa berprestasi musim depan. Di Serie A, kemenangan demi kemenangan akan membuat penonton lebih bergairah ke stadion. Dengan kemenangan demi kemenangan pun mereka bisa masuk Liga Champions musim selanjutnya.

Selain itu, di Liga Europa, Milan tidak boleh hanya sekadar lolos ke babak berikutnya. Kemenangan demi kemenangan harus diraih. Selain untuk bisa menjadi juara, setiap kemenangan akan menambah pundi-pundi euro bagi Milan. Karena dengan pengeluaran transfer yang bisa lebih dari 200 juta euro ini, hanya prestasilah yang bisa menyelamatkan Milan dari Financial Fair Play.

Baca juga: Siapa yang Akan Jadi Pemain Baru ke-11 Milan?

Komentar