Selangkah lagi, Liverpool akan mendapatkan Andrew Robertson dari Hull City. Kabarnya, Robertson hanya tinggal menjalani tes medis untuk merampungkan persyaratan kepindahannya ke Anfield. Dilaporkan Sky Sport, Robertson diboyong The Reds dengan mahar 10 juta paun.
Jika tak ada halangan, pemain berusia 23 tahun itu akan menjadi pemain ketiga yang didatangkan Liverpool pada bursa transfer musim panas ini. Sebelumnya, mereka telah merampungkan transfer Mohamed Salah dari AS Roma dan Dominic Solanke dari Chelsea.
Robertson bisa dianggap sebagai pembelian yang tepat bagi Liverpool yang tengah memperkokoh kedalaman skuat jelang musim 2017/2018 bergulir. Musim ini Liverpool memang akan lebih sibuk dibanding musim lalu. Selain harus berkompetisi di Liga Primer Inggris beserta kejuaraan-kejuaraan domestik lainnya, The Reds juga harus kembali membagi fokus untuk tampil di Liga Champions.
Menghadapi musim yang super sibuk, mereka tentu diwajibkan memiliki kedalaman skuat yang mumpuni agar krisis pemain akibat akumulasi atau masalah klasik badai cedera tak merundung perjalanan mereka pada musim depan. Dan hal tersebut disadari betul oleh sang manajer, Juergen Klopp, yang kemudian mendatangkan beberapa pemain untuk mengonsolidasi kekuatan pada musim depan.
Namun, kedatangan Robertson tampaknya bukan sekadar upaya untuk mempertebal lini. Posisi naturalnya sebagai bek kiri bisa dibilang sebagai salah satu kebutuhan mendasar The Reds pada musim depan. Pada musim lalu, mereka sebenarnya punya Alberto Moreno yang memiliki natural posisi sebagai bek kiri. Namun pemain berkebangsaan Spanyol itu gagal memenuhi ekspektasi.
Moreno memang memiliki kecepatan dan pemain berkaki kidal, yang dirasa mumpuni menempati pos kiri pertahanan. Namun, Moreno kerap menjadi titik lemah Liverpool dalam pertahanan, yang tak jarang hal tersebut menjadi blunder yang merugikan tim. Klopp sadar dengan kelemahan Moreno, sehingga pada musim 2016/2017 sebagai musim penuh pertamanya di Anfield, James Milner lebih dipilih untuk menempati pos tersebut.
Keberanian Klopp memasang Milner yang sebenarnya berposisi sebagai gelandang patut diacungi jempol. Sebab, Milner mampu menjalankan tugasnya dengan baik, padahal Milner merupakan pemain berkaki kanan. Tapi ia bisa berkontribusi maksimal bagi klub di sektor yang sebenarnya asing bagi pemain 31 tahun itu. Tapi Milner merupakan pemain yang cerdas, ia sadar dengan kekurangan kaki kirinya, sehingga ketika bermain sebagai bek kiri salah satu upaya yang dilakukan agar tampil baik adalah menekuk bola sebelum melepaskan bola ke kotak penalti.
Hasilnya cukup baik, karena ia mampu tampil gemilang di musim 2016/2017. Dalam urusan penyerangan, ada 56 peluang yang berhasil diciptakan Liverpool yang berawal dari kaki Milner. Jumlah tersebut menjadikannya sebagai pembuat peluang terbanyak ketiga setelah Philippe Coutinho (65) dan Roberto Firmino (76) dalam skuat mereka. Dalam urusan bertahan, Milner juga cukup disiplin, karena pada musim lalu ia berhasil melakukan total 131 sapuan dan 42 intersep. Statistik yang jauh lebih baik tentunya ketimbang Nathaniel Clyne yang mencatatkan 62 sapuan dan 43 intersep.
Statistik mungkin menyebut Milner tampil apik bermain sebagai bek kiri, namun statistik tak menjamin kenyamanan Milner bermain di posisi tersebut. Milner mengakui bahwa ia memang cukup menikmati peran barunya itu. Namun kadang kala ia pun merasa frustasi bermain sebagai bek kiri.
“Pada akhirnya aku hanya ingin bermain dan membantu tim saja. Ada beberapa kesempatan di mana aku merasa frustasi dan tidak senang (berada di posisi bek kiri) namun aku menikmati menjadi bagian dari skuat ini. Kami punya banyak pemain hebat dan kurasa kami bisa sukses,” katanya seperti dikutip dari Sky Sport.
Potensi Andrew Robertson yang Bisa Jadi Keuntungan Liverpool
Klopp tampaknya ingin agar Milner lebih nyaman bermain di Anfield sehingga opsi mendatangkan Robertson dipilih. Klopp mungkin menilai Robertson adalah sosok yang menurutnya layak menepati posisi bek kiri di Liverpool. Ia disebut-sebut sebagai pemain dengan tipikal bek kiri modern yang bisa berlari turun-naik selama 90 menit pertandingan.
Soal gaya penyerangan, secara angka Robertson memiliki catatan yang cukup baik pada musim lalu. Ada 19 peluang yang berasal dari kakinya, 10 dari 19 di antaranya dilepaskan dari sisi kiri.
Pemain Skotlandia itu juga punya mobilitas yang baik dalam menyisir area kiri pertahanan lawan, keagresivitasannya terlihat dari 26 keberhasilannya melewati lawan dengan 0,79 kali per laga. Catatan tersebut memang bukan yang terbaik di Hull, namun hanya Sam Clucas (0,78 kali per laga) dan Harry Maguire (0.93 kali per laga) saja yang mampu menyaingi torehan tersebut.
Melihat catatan tersebut, ada harapan Robertson bisa berkembang pesat di Liverpool. Namun dengan catatan ia juga mau berusaha keras untuk meningkatkan kualitasnya. Apalagi, bila ia bisa lebih banyak memegang bola, yang memungkinkannya memiliki kontribusi yang jauh lebih besar bagi Liverpool pada musim depan.
Robertson memang baik dalam menyerang, namun yang patut digarisbawahi pula adalah kemampuan bertahannya yang cukup baik. Salah satu keunggulannya ada kemampuan intersep yang baik selama musim 2016/2017. Tercatat, jumlah intersep Robertson paling tinggi di antara pemain Hull lainnya dengan total 55 kali intersep (1,94 per laga). Selain itu, tidak ada kesalahan yang ia buat selama musim 2016/2017 berlangsung.
Dari catatan tersebut, terlihat kalau Robertson punya kemampuan membaca permainan dengan baik. Melihat gaya permainan Liverpool yang mengandalkan gegenpressing, kemampuan intersep tentu cukup diperlukan untuk mematahkan serangan lawan.
Namun, Robertson bukanlah pemain dengan kemampuan sempurna. Ada kelemahan yang ia miliki, seperti penempatan posisi dan kemampuan duel satu lawan satunya tidak terlalu baik. Keberhasilannya dalam duel satu lawan satu hanya mencapai 46 persen, terbilang paling rendah bila dibandingkan dengan pemain belakang lainnya. Tapi, sekali lagi. Bila Robertson mampu mengembangkan dirinya di Liverpool, bukan tidak mungkin kekurangan-kekurangan itu bisa teratasi.
Tapi kalau melihat dari rekam jejaknya, Robertson merupakan pemain yang mau belajar dari setiap kekurangan-kerungan yang dimiliki. Pada setiap tahunnya, ia mampu menunjukkan kemajuan yang cukup baik. Setelah dilepas Celtic, Robertson kemudian bergabung bersama Queens Park di divisi tiga Skotlandia, yang kemudian kembali ke Liga utama bersama Dundee United.
Setelahnya, ia kemudian hijrah ke Liga Primer Inggris pada 2014 setelah Hull meminangnya. Dua musim bersama Hull, kemajuan ia perlihatkan yang kemudian membuat Liverpool yang merupakan kesebelasan papan atas Inggris meminatinya.
Kalau memang Robertson mampu menjadi sosok potensial di pos bek kiri, maka ini akan menjadi pemutus dahaga Liverpool yang punya rekor kurang bagus dalam merekrut pemain bek kiri dalam beberapa musim ke belakang. Selain Moreno yang mulai kurang mendapatkan tempat di tim utama, sebelumnya ada beberapa nama seperti Djimi Traore, Andrea Dossena, Paul Konchesky, atau Aly Cissokho yang justru menjadi rekrutan gagal Liverpool di sektor kiri pertahanan.
Komentar