Mengenal Ball-Winning Midfielder, Gelandang yang Hobi Mendapatkan Kartu

Analisis

by Redaksi 24 46711

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Mengenal Ball-Winning Midfielder, Gelandang yang Hobi Mendapatkan Kartu

Halaman kedua

Paling dikenal dari kemunculan gelandang bertahan era modern adalah pemain-pemain seperti Gattuso, Javier Mascherano, Nigel De Jong, Edgar Davids dan tentu saja Claude Makelele. Kelima contoh pemain di atas dikenal sebagai terriers lini tengah. Para pemain ini dapat mengejar lawan mereka sepanjang pertandingan sambil merebut bola dengan keras tanpa rasa takut seperti anjing terrier, namun dibatasi oleh kemampuan teknis mereka yang sederhana.

Dari situ Gattuso, De Jong, Makelele, Davids dan Mascherano mulai disebut sebagai gelandang bertahan bertipikal ball-winning midfielder, peran yang membuat mereka sering mendapatkan kartu karena agresivitasnya dalam merebut bola dan menghentikan serangan lawan.

Peran Penting Ball-Winning Midfielder Bagi Sebuah Kesebelasan

Selain Gattuso, De Jong, Davids, Makelele dan Mascherano masih ada satu nama yang saat ini bisa dibilang sebagai ball-winning midfielder terbaik dunia. Sosok tersebut adalah N’Golo Kante. Pemain Chelsea tersebut dianggap sebagai salah satu gelandang terbaik dunia saat ini, karena kemampuan tekel dan intersepnya.

Modal untuk menjadi BWM memang harus memiliki kemampuan tekel dan intersep yang mumpuni. Selain itu stamina dan determinasi juga menjadi atribut pokok yang tak kalah penting. Kante punya semua atribut yang dibutuhkan oleh seorang BWM.

Musim ini di semua ajang, Kante memiliki jumlah tekel (3,4) dan intersep (2,1) rata-rata per laga yang paling tinggi dibandingkan dengan gelandang bertahan Chelsea lainnya seperti Tiemoue Bakayoko (2.9 tekel dan 1.4 intersep). Kante memang sosok penting di lini tengah Chelsea karena aksi bertahannya yang gemilang, bisa dibilang ia juga merupakan sosok kunci keberhasilan The Blues meraih gelar juara musim lalu karena kemampuannya.

Aksi bertahan Kante memang banyak menuai pujian, bahkan ada yang menyebutnya sebagai reinkarnasi Claude Makelele. Setelah menjual Kante, Leicester City mengalami hal yang serupa seperti Real Madrid saat kehilangan Makelele yang mereka lepas ke Chelsea. Sementara Chelsea seperti yang kita ketahui langsung juara tak lepas dari peran penting Makelele.

"Dia luar biasa, dia bisa bergerak ke manapun untuk mendapatkan semua bola, di stadion ini, stadion lainnya, di mana-mana!" tegas Claudio Ranieri, mantan pelatihnya di Leicester City, seperti dilansir dari ESPNFC.

Grafis heatmap Kante saat bertanding melawan Manchester United. Sumber: Who Scored

Sosok Kante bisa dibilang sebagai primadona di sepakbola Inggris yang dikenal memiliki gaya permainan cepat yang dikenal dengan istilah kick n rush atau route one football. Gaya permainan cepat dalam sepakbola Inggris bisa dilihat dari fasihnya tim-tim di Liga Inggris memainkan umpan-umpan panjang sebagai pola utama dalam membangun serangan ke jantung pertahanan lawan.

Melalui pola permainan dengan umpan panjang yang mengarah langsung ke depan, yang akan membuat bola lebih banyak bergulir di udara. Bola baru bisa dikuasai setelah bola pertama hasil duel jatuh ke tanah sehingga menjadi bola liar. Bola liar hasil duel udara tersebut yang dikenal dengan istilah bola kedua.

Dalam sepakbola Inggris, tim yang lihai memenangkan duel bola kedua maka merekalah yang akan mendominasi jalannya pertandingan, yang barang tentu membuat kans untuk meraih kemenangan dalam pertandingan semakin besar. Klub-klub Liga Inggris membutuhkan tipikal pemain yang piawai berduel untuk memperebutkan bola kedua ini, sosok Kante dianggap paling mampu memainkannya. Selengkapnya bisa dilihat dalam artikel berjudul: Memahami Pentingnya "Second Balls" di Sepakbola Inggris.

Selain Kante, contoh lain dari pentingnya keberadaan BWM juga bisa dilihat dari sosok Casemiro. Pemain berkebangsaan Brasil itu juga merupakan petarung perebut bola di lini tengah Madrid. Sebelum pertandingan final Liga Champions musim lalu, pelatih Juventus, Massimilliano Allegri tidak terlalu menaruh perhatian pada sosok Cristiano Ronaldo atau Gareth Bale, sosok yang ia anggap berbahaya dalam laga tersebut justru Casemiro.

“Dia bukan pemain yang paling berbakat secara teknis tapi kinerjanya sangat mendasar bagi tim, dan itu penting bagi saya. Casemiro memberi keseimbangan kepada tim bahwa saya tidak berpikir ada pemain lain yang bisa melakukannya sebaik dia," ujarnya seperti dilansir dari Marca.

Casemiro sepanjang kariernya, menurut transfermarkt, ia sudah mengoleksi 70 kartu kuning dari total 241 kali ia bermain (mendapatkan satu kartu kuning di setiap 3,4 pertandingan). Jumlah tersebut tak jauh berbeda dengan torehan kartu kuning BWM lain seperti misalnya Nemanja Matic yang tercatat mendapatkan 74 kartu kuning dan dua kartu merah dari 364 total permainan yang sudah ia jalani sepanjang kariernya (4,5). Rataan angka-angka tersebut mendekati angka kartu kuning milik Gattuso yang tercatat mendapatkan 138 kartu kuning dan 3 kartu merah dari 537 laga (3,7).

Sementara itu, Kante meski punya tugas serupa seperti para pemain di atas, ia terbilang jarang mendapatkan kartu kuning, yang membuatnya jarang merugikan tim. Dari total 175 kali bermain sejauh ini, pemain berusia 26 tahun ini baru mengoleksi 24 kartu kuning saja (7,2). Tak heran ia disebut sebagai Makelele baru karena Makelele pun terbilang cerdas dalam merebut bola, karena 639 kali bermain, ia "hanya" diganjar 105 kartu kuning (tanpa kartu merah langsung) yang artinya ia punya rataan 6,1 laga per kartu.

***

Masih banyak lagi sebenarnya pemain dengan peran BWM ini. Indonesia juga punya Syamsul Chaeruddin ketika masa emasnya di PSM dan timnas Indonesia atau Sandi Sute yang membela Persija Jakarta saat ini. Gelandang Persib, Hariono, juga terkadang memainkan peran ini meski ia lebih banyak bermain sebagai anchor man.

Yang jelas, pemain BWM ini punya tugas penting bagi skema permainan sebuah tim, meski statistik gol atau asis mereka tak lebih banyak dari statistik torehan kartu kuning mereka.


*Pada tulisan lain, kami menyebut Claude Makelele sebagai holding midfielder. Untuk menghindari kekacauan berpikir, holding midfielder ini tidak kami sebut sebagai peran (roles), melainkan arketipe. Tentang posisi, peran dan arketipe, bisa dibaca di sini.

Sumber lainnya: Four-Fourtwo, The Shortfuse, Sports Keeda, The Hard Tackle.

Foto: Ali Express, Alchetron

Komentar