Media Perancis, L`Equipe, merilis daftar manajer atau pelatih dengan gaji termahal di dunia. Ternyata pelatih Atletico Madrid, Diego Simeone, jadi pelatih dengan bayaran termahal dunia saat ini. Pelatih asal Argentina ini digaji sebesar 3,3 juta euro atau sekitar 54,4 miliar rupiah per bulan. Angka itu nyaris dua kali lipat dari Pep Guardiola yang menukangi Manchester City.
Nyatanya Simeone kini jadi pelatih dengan bayaran termahal di dunia. Sebelumnya "rekor" tersebut dipegang oleh Jose Mourinho kala menukangi Manchester United. Manajer asal Portugal itu dibayar sekitar 2,1 juta euro per bulan sebelum dipecat United. Di bawahnya terdapat Marcelo Lippi yang digaji sekitar 2 juta euro per bulan oleh Timnas Tiongkok (sudah mengundurkan diri pada Januari lalu setelah Tiongkok tersingkir di Piala Asia 2019).
Simeone, sementara itu, sudah menguntit di peringkat ketiga saat Mou dan Lippi masih melatih kesebelasan terakhir mereka. Dia dibayar 1,8 juta euro per bulan. Memang baru per Januari 2019 nilai kontraknya meningkat menjadi 3,3 juta euro per bulan setelah meneken kontrak baru dengan tambahan durasi satu tahun sehingga kontraknya di Atleti kini berakhir pada 2021.
Tak sedikit yang terheran-heran dengan keberanian atau kenekatan Atletico Madrid yang menjadikan Simeone sebagai pelatih dengan bayaran termahal di dunia. Tapi bagi Atletico, "mengikat" Simeone lebih lama di Wanda Metropolitano tampaknya sebagai upaya mereka untuk menghadirkan lebih banyak gelar ke kabinet prestasi klub.
Simeone adalah pengubah derajat Atletico. Sebelum dia menukangi Los Colchoneros, Atletico adalah kesebelasan papan tengah di La Liga. Memang sebelum itu Atletico sudah mengoleksi trofi La Liga sebanyak 9 kali. Tapi setelah meraih gelar juara pada musim 1995/96, Atletico bukan lagi kandidat juara. Bahkan pada 2000 mereka terdegradasi ke Divisi Dua dan sempat bertahan selama dua musim di sana sebelum kembali ke La Liga.
Pada periode 2003 sampai 2011, peringkat terbaik Atleti di La Liga hanya posisi empat klasemen. Memang ada masing-masing satu trofi Liga Europa dan trofi Piala Super Eropa. Tapi manajemen Atleti merasa prestasi klub bisa lebih baik lagi di La Liga. Apalagi dalam periode tersebut Atleti punya penyerang haus gol yang dimulai dari Fernando Torres, Sergio Aguero, sampai Diego Forlan.
Quique Sánchez Flores adalah sosok yang berjasa memberikan trofi Liga Europa dan Piala Super Eropa untuk Atleti, mengakhiri paceklik gelar. Tapi di bawah asuhannya penampilan Atletico tidak stabil, bahkan cenderung menurun. Hingga dipecat per akhir musim 2010/11, persentase kemenangan Atleti di bawah asuhannya hanya 41%. Tekanan fans Atleti pada CEO Atleti saat itu, Miguel-Angel Gil Marín, sudah tinggi, bahkan dia dituntut mundur jika tak segera memutuskan sesuatu.
Sanchez digantikan Gregorio Manzano. Atleti malah tambah kacau. Kalah dari Real Betis pada pekan ke-17 membuat posisi empat besar semakin jauh karena berselisih delapan poin dan berjarak 21 poin dari pemuncak klasemen, Real Madrid. Atleti malah lebih dekat dengan zona degradasi yang berjarak empat poin. Apalagi kekalahan dari Betis merupakan laga ketiga Atleti tanpa kemenangan. Kekalahan dari Albacete, yang saat itu berada di Divisi 3, di Copa del Rey jadi cacat terbesar Manzano hingga akhirnya dia dipecat.
Simeone dipilih sebagai suksesor Manzano pada paruh musim 2011/12. Meski keputusan spekulatif karena karier kepelatihan Simeone belum panjang dan kurang mentereng, karakter dan pengalaman Simeone yang pernah berseragam Atleti jadi alasan manajemen klub menunjuknya. Dia pun menerima tantangan Atleti karena punya motto hidup berbunyi "En la vida, hay que creer" yang berarti "Dalam hidup, kamu harus yakin".
Kontrak pertama Simeone di Atleti berdurasi satu setengah musim. Tugas utamanya adalah menyelamatkan Atleti dari jurang degradasi.
Nyatanya pelatih kelahiran 28 April 1970 ini memberikan lebih. Atleti justru dibawanya finis di urutan lima klasemen meski nyaris terdegradasi. Bahkan trofi Liga Europa juga langsung berhasil diraihnya pada musim pertama menukangi Atletico.
Sejak musim kedua hingga sekarang memasuki musim ke-9 di Atletico, Simeone kini sudah menjadikan Atleti sebagai kandidat juara La Liga di bawah bayang-bayang Real Madrid dan Barcelona. Dalam enam musim terakhir, peringkat terendah Atleti di La Liga adalah di posisi ketiga. Peringkat terbaik tentu ketika menjuarai La Liga pada musim 2013/14. Bahkan Atleti nyaris menjuarai Liga Champions pada musim yang sama.
Simeone kini sudah menjadi pelatih terbaik Atleti sepanjang sejarah. Bukan hanya Quique Folres, dia juga sudah melampaui Luis Aragones dan Radomir Antic yang sebelumnya menjadi bagian sejarah Atleti.
Tapi yang paling utama dari prestasi Simeone adalah penampilan stabil dan berkarakter dari Atletico Madrid. Karakter pemenang kini sudah mendarah daging di setiap pemainnya. Permainan agresif plus serangan balik cepat jadi filosofi bermain Atleti. Kemampuannya mengubah mindset para pemain Atleti adalah nilai lebih seorang Simeone.
"Sepakbola seperti berburu," tulisnya dalam buku berjudul El Efecto Simeone. "Satu detik bisa mengubah segalanya, bahkan tidak sampai sedetik, tapi sekejap. Mangsa ada di depan mata, tapi tiba-tiba bisa menghilang. Dalam seketika itu bisa berarti selesai, kamu tidak akan punya kesempatan berikutnya. Kamu harus tahu betapa pentingnya setiap detik dalam latihan dan memahami momen. Nantinya itu menjadi insting, lewat kepintaran dan pengalaman dari seorang pemain."
Gaya permainan Atleti yang "unik", di mana tidak banyak yang bisa melakukannya, menghasilkan persentase kemenangan Atleti bersama Simeone yang mencapai 61% atau 2,07 poin di setiap pertandingannya. Atleti juga selalu jadi kesebelasan dengan catatan kebobolan paling sedikit di La Liga. Perlu diketahui, saat artikel ini ditulis, Simeone sudah memasuki pertandingan ke-411 di Atletico.
Tidak banyak pelatih yang punya persentase kemenangan di atas Simeone. Beberapa yang mampu melampauinya adalah Massimiliano Allegri di Juventus (2,31), Zinedine Zidane di Real Madrid (2,30), Carlo Ancelotti di Napoli (2,10), Jupp Heynckes di Bayern Munchen (2,52), dan Pep Guardiola di Manchester City (2,31). Mourinho (di Manchester United dan Chelsea), Juergen Klopp (di Dortmund dan Liverpool), Mauricio Pochettino (di Tottenham) yang juga berstatus pelatih top dunia punya rataan poin lebih rendah dari Simeone.
Dengan rataan 2,07 poin, Simeone mencapai catatan Sir Alex Ferguson ketika melatih Manchester United. Tapi perlu diketahui juga, Fergie menjalani 1224 pertandingan di United sementara Simeone baru sepertiganya bersama Atletico.
Walau begitu, setidaknya fakta di atas membuktikan bahwa Simeone memang termasuk salah satu pelatih terbaik dunia. Atletico tidak akan mudah mendapatkan pengganti sepadan. Apalagi nama-nama seperti Zidane, Ancelotti, dan Guardiola yang punya catatan kemenangan lebih baik mungkin akan enggan melatih Atleti karena pernah melatih rival Atleti.
Usia Simeone yang baru menginjak 48 tahun pun menunjukkan bahwa kariernya di kepelatihan masih panjang. Kemampuannya untuk meramu taktik boleh jadi masih akan terjaga hingga akhir kontraknya pada 2021 mendatang bahkan 5 sampai 10 tahun ke depan. Tidak seperti Ancelotti misalnya, yang sudah semakin dimakan usia. Heynckes bahkan sudah enggan melatih lagi karena faktor usia.
Kehebatan Simeone lainnya adalah dia tak pernah bergantung pada satu pemain. Dalam periode kepelatihannya di Atletico, dia sudah kehilangan pemain-pemain top macam Falcao, Diego Costa, Filipe Luis, Jackson Martinez, Arda Turan, Mario Mandzukic, Toby Alderweireld, Miranda, Yannick Carrasco, Nico Gaitan, sampai Sime Vrsaljko. Kepergian mereka (beberapa kembali lagi) tidak mengubah status Atleti sebagai kesebelasan yang cukup ditakuti di La Liga dan Liga Champions Eropa.
Karena kapabilitasnya itu juga Simeone sudah digoda sejumlah kesebelasan besar. Internazionale Milan, Chelsea, Arsenal, dan Manchester United disebut-sebut pernah mengajukan tawaran pada pelatih berkebangsaan Argentina tersebut. Tapi semuanya mundur teratur, terlebih Atleti terus menaikkan gajinya sehingga Simeone urung pindah.
Meski begitu, akan ada waktu di mana Simeone akan meninggalkan Atleti. Dia sudah mengatakan bahwa suatu saat dia ingin melatih Internazionale Milan, kesebelasan yang juga pernah dibelanya.
"Aku pikir sudah jelas untuk soal ini. Aku mungkin sudah menjawab dua ribu kali soal kemungkinan kembali ke Inter. Tidak ada yang perlu dikatakan lagi. Itu akan terjadi," ujar Simeone ketika diwawancarai AS pada Desember 2018 lalu.
Sebulan kemudian Simeone memang menandatangani kontrak baru bersama Atleti. Tapi dengan pernyataan di atas, Simeone hanya menunda waktu "kepulangannya" ke Inter. Apalagi di situasi saat ini, Inter mungkin tidak akan sanggup menggaji Simeone yang oleh Atleti dijadikan pelatih termahal dunia. Pelatih Inter saat ini, Luciano Spalletti, "hanya" digaji 4,5 juta euro per tahun, yang berarti gaji dua bulan Simeone sudah langsung melampaui bayaran Spalletti dalam satu tahun.
Buat Inter, ada waktu kurang dari dua musim lagi agar Simeone bisa benar-benar mewujudkan perkataannya. Bagi Atleti, perpanjangan kontrak dengan menaikkan gaji Simeone berarti setidaknya ada kesempatan dalam dua musim ke depan untuk meraih trofi sebanyak-sebanyaknya bersama Simeone selagi menyeleksi siapa lagi pelatih yang bisa mendekati pencapaian Simeone.
Di sisi lain, menaikkan gajinya dan menjadikan Simeone sebagai pelatih termahal dunia jadi indikasi bahwa Atleti tahu, agak muskil bisa mendapatkan pelatih sehebat Simeone dalam waktu dekat. Simeone sudah menjadi pelatih terhebat Atletico sepanjang sejarah. Tanpa Simeone, boleh jadi Atleti bukan lagi sehebat-hebatnya Atletico Madrid seperti sekarang ini.
foto: The Independent
Komentar