Berbeda dengan rekan siaran di Sky Sports, Gary Neville, Thierry Henry tidak kapok untuk kembali menjadi kepala pelatih. Setelah gagal memenuhi ekspektasi AS Monaco, Henry menerima tawaran Montreal Impact untuk menggantikan Wilmer Cabrera.
“Henry akan memberikan dinamika baru kepada tim ini. Dirinya adalah seorang pemimpin sejati. Ia akan membagikan visinya untuk mengangkat derajat kesebelasan ini. Henry punya tujuan yang sama dengan kami. Dia tahu cara untuk membawa Montreal ke tempat yang kami inginkan,” kata CEO Impact Kevin Gilmore.
“Henry familiar dengan Major League Soccer (MLS). Dengan memberikannya waktu dua bulan sebelum pemusatan latihan di Januari, ia akan memiliki kesempatan untuk membangun tim sesuai keinginannya,” tambah Direktur Olahraga Impact Olivier Renard.
Henry memang bukan sosok asing bagi publik Amerika Serikat. Ia pernah membela Red Bull New York selama empat tahun (2010-2014). Tercatat sebagai salah satu pemain paling produktif dalam sejarah klub dengan mencetak 52 gol untuk RBNY. Selama di New York, Henry juga memberi gelar Supporter Shield setelah menjuarai musim reguler pada 2013.
Rekor Henry sebagai kepala pelatih sebenarnya tidak mengesankan. Memimpin AS Monaco dalam 20 pertandingan, dirinya hanya meraih lima kemenangan. Sisanya berakhir dengan empat seri dan 11 kali kalah. Diasuh Henry, Monaco bahkan pernah menelan lima kekalahan dari tujuh pertandingan membuat para ultras di Tanah Jutawan itu mengamuk. Meninggalkan kursi mereka, berdiri di pembatas tribun dan lapangan, serta melemparkan suar.
Akan tetapi, reuni Henry dengan Monaco memang bisa dibilang terlalu dini. Sekalipun Henry memiliki sejarah dengan Les Monégasques –julukan tim-, sebelumnya ia belum pernah menjabat sebagai kepala pelatih. Baru bertugas sebagai pelatih penyerang Arsenal dan jadi asisten Roberto Martinez di Belgia.
Lagipula, performa buruk Monaco saat diasuh Henry sebenarnya bukan kesalahan pria kelahiran 17 Agustus 1977 itu. Mantan Presiden AS Monaco Vadim Vasilyev adalah otak dari kegagalan tersebut. “Kami semua tahu saat menjual [Kylian] Mbappe, ada pergeseran filosofi dalam tubuh klub. Monaco hanya akan bertindak sebagai distributor,” kata Vasilyev.
Ia pun mendatangkan pemain-pemain setengah matang seperti Aleksandr Golovin, Benjamin Henrichs, Youri Tielemans, dan Pietro Pellegri untuk diasuh Henry. Padahal sebelumnya, Monaco merupakan salah satu pesaing utama gelar Ligue 1. Tapi Vasilyev mengguncang kestabilan klub dengan menjual semua pemain kunci Monaco dan mendepak Leonardo Jardim yang telah memberi piala di 2016/2017 dengan sosok kurang berpengalaman seperti Henry.
Beruntung kemudian Presiden Monaco Dmitry Rybolovlev mengembalikan kestabilan Les Monégasques dengan mendepak Vasilyev dari posisinya dan kembali mempercayakan juru kemudi tim kepada Jardim. “Vasilyev, terima kasih atas jasa Anda kepada klub. Namun, kesalahan musim lalu [2018/2019] membuat AS Monaco merasakan performa terburuk selama tujuh tahun terakhir,” kata Rybolovlev.
Youri Tielemans, anak asuh Henry selama membela Monaco pun mengakui bahwa pemilik dua sepatu emas Eropa itu adalah nakhoda yang bagus. “Sebagai pelatih, Henry memiliki ide-ide menarik untuk AS Monaco. Ia merupakan pelatih bagus. Ia hanya membutuhkan waktu lebih. Dirinya ingin mengubah tim dan ide-ide miliknya harus diturunkan ke pemain-pemain muda Monaco. Jelas itu butuh waktu,” ungkap gelandang Belgia yang tengah membela Leicester City.
Bergabung dengan Montreal Impact adalah pilihan tepat bagi Henry. Pasalnya, MLS sudah mengalami perubahan. Mereka tidak lagi dikenal sebagai liga para pensiunan. Melainkan tempat pemain-pemain Amerika Utara dan Selatan mengasah kemampuan mereka sebelum dikirim ke Eropa. Beberapa nama seperti Miguel Almiron (Newcastle United), Tyler Adams (RB Leipzig), dan Alphonso Davies (Bayern Munchen) adalah contohnya.
Beberapa sosok ternama seperti Gerardo ‘Tata’ Martino, Patrick Vieira, Walter Zenga, dan Ruud Gullit juga belajar melatih di MLS. Gullit menangani LA Galaxy sebelum dipercaya menjadi tangan kanan Dick Advocaat di Tim Nasional Belanda (2017/2018). Zenga mengasuh New England Revolution sebelum berani keliling dunia. Vieira belajar di New York City FC sebelum dipercaya mengasuh Nice. Sementara Tata Martino yang tidak terlalu popular saat mengasuh FC Barcelona memberikan gelar MLS Cup untuk Atlanta United sebelum menjuarai Gold Cup bersama Meksiko.
Ini adalah lembaran baru untuk Henry. Menangani Impact, dirinya terbantu dengan kultur Prancis yang kental di Montreal. Dengan pengalaman bermain di Amerika Serikat dan Eropa, ia juga dapat membantu pemain-pemain Impact mempersiapkan diri ke Benua Biru. Apalagi Henry mengaku dirinya selalu punya tempat khusus untuk klub ini.
“Berada di Quebec, Montreal, pusat dari kebudayaan multikultural adalah sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya. Montreal Impact juga sudah lama saya pantau. Akhirnya, saya berada di sini,” kata Henry.
Komentar