Liverpool di atas angin, tak terkalahkan dalam 12 pertandingan terakhir di semua kompetisi, skuat asuhan Jurgen Klopp bertamu ke kandang Crystal Palace, Selhurst Park, dengan rasa percaya diri tinggi. “Waktu pertama bertemu Crystal Palace saya merasa kesepian. Akan tetapi sekarang situasi membaik. Atmosfer dukungan suporter Liverpool sudah mencapai level yang sangat baik,” kata Klopp mengingat masa-masa saat publik Anfield pergi lebih awal meninggalkan tim asuhannya setelah kalah 1-2 dari the Eagles pada 2015.
The Reds memang sudah membaik sejak pertama Klopp datang. Mereka kembali menjadi kesebelasan yang ditakuti di dunia, bersaing untuk memperebutkan gelar, menjuarai Liga Champions 2018/2019 dan nyaman menduduki puncak klasemen sementara dengan keunggulan delapan poin dari Leicester City serta Chelsea (34:26). James Milner dan kawan-kawan belum terkalahkan di Liga Primer Inggris. Meraih 11 kemenangan dan satu hasil imbang. Wajar jika suporter mereka tidak lagi seperti 2015.
Menghadapi Crystal Palace, para pendukung setia the Reds nampaknya juga bisa menutup mata dengan tenang. Mereka punya Sadio Mane. Sejak mendarat di Inggris, Crystal Palace merupakan lawan favorit penyerang Senegal tersebut. Ia sudah berkontribusi dalam sembilan gol dari 9 pertemuan kontra the Eagles.
Nama Mane sudah tujuh kali tercatat di papan skor saat menghadapi Crystal Palace. Itu termasuk saat dirinya masih membela Southampton (2014-2016). Tidak ada pemain di Liga Primer Inggris yang lebih ditakuti Crystal Palace dibandingkan Mane.
Pertandingan Crystal Palace vs Liverpool dapat disaksikan melalui Mola Polytron Streaming
Pada pertandingan yang disiarkan Mola TV (23/11), Mane bisa mencetak rekor pribadi. Andaikan dirinya berhasil mencetak tiga gol ke gawang Crystal Palace, Mane akan menyamai rekor Ian Rush yang sukses membobol gawang Crystal Palace sebanyak tujuh kali dengan seragam the Reds. Hat-trick juga membuat Mane setara dengan Jermaine Defoe yang sejauh ini menjadi penyerang paling menyeramkan bagi the Eagles. Mencetak 10 gol untuk tiga kesebelasan berbeda (Bournemouth, Tottenham, dan Sunderland).
Akan tetapi, Mane harus bisa menahan diri di Selhurst Park. Jika ia terlalu menggebu-gebu, hasilnya bisa merusak nama baiknya sebagai salah satu penyerang terbaik di Liga Primer Inggris ataupun dunia. Lihat saja pertandingan Crystal Palace kontra Liverpool pada 2017/2018. Ketika itu, Mane berhasil membobol gawang the Eagles. Akan tetapi, aksi diving yang ia lakukan lebih menjadi sorotan dibandingkan gol yang dicetaknya.
Saat masih membela Southampton, hal serupa juga terjadi. Bahkan Ronald Koeman yang ketika itu menjabat sebagai nakhoda the Saints ikut menyoroti sikap Mane. “Dia [Mane] memang main sangat aktif dan rajin mengancam pertahanan lawan. Namun, sekitar tiga sampai empat kali dirinya terlalu memaksakan diri,” kata Koeman.
Mane mungkin merupakan penyerang yang ditakuti oleh Crystal Palace. Tapi jika ia memaksakan diri dan memaksa lampu sorot menyinari dirinya di Selhurst Park, Mane justru berpotensi jadi batu sandungan bagi the Reds.
Lini belakang Liverpool sedang rapuh karena kehilangan Joe Gomez, Dejan Lovren, dan mungkin Trent Alexander-Arnold. Apabila Mane tidak bermain efektif di lini depan, the Reds bisa saja meraih kekalahan pertama mereka di Liga Primer Inggris 2019/2020. Sebelumnya the Eagles juga sudah pernah meraih tiga poin dari anak-anak asuh Klopp.
Komentar