Februari 2021 adalah periode menantang bagi Borussia Moenchengladbach. Keributan di luar lapangan beriringan dengan penurunan performa dan hasil-hasil mengecewakan. Die Fohlen hanya dua kali menang dari tujuh pertandingan terkini Bundesliga, serta tak pernah menang dalam empat pertandingan terakhir. Terbaru, mereka dua kali kalah di Borussia-Park dari klub papan bawah, FC Koeln dan Mainz 05, dengan skor 1-2. Gladbach pun terlempar ke peringkat delapan klasemen sementara.
Selain itu, partisipasi anak asuh Marco Rose di Liga Champions pun terancam berakhir. Melakoni leg pertama 16 Besar dalam tren negatif, Lars Stindl dan kawan-kawan dibungkam Manchester City 0-2. Mereka hanya menyarangkan tiga tembakan (satu tepat sasaran) lawan skuad asuhan Pep Guardiola. Hasil tersebut tentu menyulitkan Gladbach jelang leg kedua di Etihad.
Moenchengladbach sendiri diusik berbagai hal negatif dari luar lapangan. Setelah kepindahan Rose ke Borussia Dortmund musim depan diumumkan ke publik, die Fohlen mendapat protes keras dari suporter. Di sekitar Borussia-Park, para suporter yang kecewa atas keputusan Rose memasang spanduk bernada marah ke sang pelatih.
Dua pekan lalu, kabar burung pun menerpa finalis Liga Champions 1977 tersebut. Sebuah rekaman tentang konfrontasi antara Rose dan para pemain Gladbach beredar. Pihak klub menegaskan bahwa rekaman itu palsu dan murni dibuat-buat. Winger Gladbach, Jonas Hofmann pun membantah berita palsu tersebut.
“Ini membuat saya sangat marah ketika kebohongan seperti itu disebarkan. Tak ada sepatah kata pun di sana yang benar,” kata Hofmann kepada Kicker.
Hofmann sendiri mengaku bahwa sejumlah pihak kecewa dengan kepergian Rose. Namun, pemain berusia 28 tahun itu menyebut hubungan skuad dengan sang pelatih baik-baik saja.
“Tentu ada beberapa orang yang agak kecewa tentang itu (Rose ke Dortmund), karena kami ingin melanjutkan perjalanan ini bersama. Pada akhirnya, itu semua adalah bagian dari sepakbola,” kata jebolan tim muda Hoffenheim tersebut.
Para pemain dan suporter boleh kecewa, tetapi musim Gladbach tak boleh berakhir di sini. Terlebih lagi, die Fohlen sedang menghadapi jadwal berat untuk mempertahankan posisi tim di papan atas. Minggu (28/2/2021) dini hari WIB besok, mereka akan bertandang ke markas RB Leipzig. Hasil Leipzig vs Moenchengladbach tentu berdampak besar di klasemen bagian atas. Anak asuh Julian Nagelsmann adalah penghuni peringkat dua. Dan Gladbach duduk di peringkat delapan, berjarak sembilan poin dari Eintracht Frankfurt yang menghuni batas akhir empat besar.
Setelah Leipzig, Gladbach akan melakoni laga penting kontra Bayer Leverkusen. Die Werkself saat ini menempati peringkat lima dan merupakan saingan Gladbach untuk kualifikasi kompetisi Eropa. Partai akbar lawan Dortmund di DFB-Pokal pun dijadwalkan pada 3 Maret mendatang. Die Fohlen harus segera berbenah jelang partai-partai sulit itu.
Pada 2020/21, Gladbach memang menunjukkan penurunan performa. Rata-rata poin per pertandingan mereka terjun dari 1,91 menjadi 1,5 pada musim ini. Meskipun sempat meraih momen spektakuler di Liga Champions, kiprah Gladbach di liga domestik cenderung inkonsisten.
Salah satu faktor yang tampak dari dekadensi die Fohlen adalah jebloknya performa para striker. Sepanjang musim ini, Gladbach terlalu mengandalkan para gelandang, terutama Lars Stindl yang biasa diturunkan sebagai penyerang lubang atau gelandang serang, untuk mencetak gol. Sebanyak 24 dari 38 gol Gladbach di Bundesliga dicetak oleh lini tengah.
Selain Stindl, gol penyelamat Gladbach biasanya datang dari winger Jonas Hofmann atau Florian Neuhaus. Dua pemain tersebut adalah top skor kedua Gladbach di Bundesliga, masing-masing dengan empat gol.
Striker utama Gladbach seperti Marcus Thuram, Alasanne Plea, dan Breel Embolo kurang tajam di depan gawang. Di Bundesliga, ketiganya baru mencetak tiga gol. Rata-rata gol per pertandingan mereka turun dibanding musim lalu: Thuram dari 0,42 ke 0,31; Plea dari 0,42 ke 0,25; dan Embolo dari 0,46 ke 0,26. Kecuali Embolo, rata-rata expected goals (XG) per pertandingan para striker itu juga menurun; menandakan mereka lebih jarang mendapat peluang bagus.
Di atas kertas, dari tiga nama di atas, Thuram didera penurunan yang lebih “mendingan”. Namun, terlepas dari statistik, putra Lilian Thuram itu punya masalah tersendiri. Desember lalu, Thuram dihukum larangan bermain enam pertandingan karena meludahi pemain Hoffenheim.
Thuram memang telah diizinkan bermain kembali dan bahkan mencetak satu gol lawan Dortmund di pertandingan pertamanya usai menjalani hukuman. Tetapi, pemain berusia 23 tahun itu belum bisa dikatakan telah kembali ke performa terbaik. Selain itu, Rose tak memercayai Thuram sesering musim lalu. Pada 2020/21, Thuram hanya tampil delapan kali sebagai starter di Bundesliga, sembilan kali turun dari bangku cadangan.
Walaupun Gladbach memiliki pemain lain yang sanggup menjadi pencetak gol, ketajaman tiga striker murni die Fohlen amat dibutuhkan pada masa sulit. Selama ini, Gladbach terlalu bergantung pada sang kapten, Lars Stindl untuk mencetak gol.
Inkonsistensi Plea dan Thuram sendiri amat kontras dengan performa mereka di Liga Champions. Di fase grup, Plea mampu mengemas lima gol dan empat asis dari tujuh pertandingan, sedangkan Thuram mencetak dua gol dan empat asis dari jumlah laga yang sama. Performa mereka membantu Gladbach lolos dari “grup neraka”, berkat hasil penting lawan Shakhtar Donetsk (menang 0-6 dan 4-0).
Bundesliga telah memasuki sepertiga musim. Jarak Gladbach dengan empat besar tidaklah jauh, sembilan poin. Tetapi jika mereka terus berkubang dalam dekadensi performa, sulit membayangkan Gladbach ada di kompetisi Eropa musim depan. Untuk itu, die Fohlen butuh para striker menemukan kembali ketajaman mereka.
Komentar