Arsenal hampir menyelesaikan transfer bek muda Brighton & Hove Albion, Ben White. Pemain berusia 23 tahun tersebut direkrut dengan biaya 50 juta pounds. Sky Sports melaporkan bahwa kedua pihak telah merampungkan urusan transfer dan sang pemain akan melakoni tes medis pada Rabu (28/7/2021) mendatang.
Berkaca dari musim lalu, The Gunners sejatinya tak memiliki masalah berarti dalam aspek pertahanan. Anak asuh Mikel Arteta hanya kebobolan 39 gol, paling rendah ketiga, dan kemasukan peluang dengan nilai xG kumulatif terendah kelima di Premier League 2020/21. Statistik ini menunjukkan bahwa Arsenal bertahan lebih baik dibanding mayoritas tim lain.
Membenahi lini pertahanan bukanlah hal yang mendesak, namun Arsenal membutuhkan bek tengah baru untuk mengatasi kepergian David Luiz. William Saliba, rampung melakoni musim impresif bersama OGC Nice, belum dipercaya Arteta dan dipinjamkan ke Olympique Marseille untuk musim depan. Sang pelatih menginginkan bek tengah berkualitas dan pilihannya jatuh pada Ben White.
Sang pemain dapat menjadi opsi jangka panjang sekaligus pengganti David Luiz. Lain itu, White menawarkan kualitas mumpuni tidak hanya dalam aspek defensif. Ia juga memiliki kemampuan olah bola yang dapat diandalkan untuk build-up Arsenal. Sebagai bek tengah, pemain kelahiran Poole, pesisir selatan Inggris ini bermain menonjol dalam hal konstruksi serangan dua musim terkini.
Baca juga: Arsenal: Skuad Rantau Terus Membuktikan Diri kendati Rumah Terancam Runtuh
Distributor Bola yang Andal
Di Brighton, White mampu berperan sebagai bek yang terlibat aktif dalam permainan. Graham Potter ingin anak asuhnya bermain dari lini belakang dan sang pemain cakap menjalankan tugasnya. Di Premier League musim lalu, White hanya absen dua kali dari semua pertandingan The Seagulls.
Brighton biasa memainkan pakem tiga bek dengan White di pos bek tengah-kanan. Masing-masing bek tengah mencatatkan frekuensi cukup tinggi dalam mengumpan ataupun menerima umpan. Dalam hal operan, keterlibatan White lebih rendah dibanding dua tandemnya, Lewis Dunk dan Adam Webster. Namun, White cenderung lebih aktif menggulirkan bola ke depan.
Di Premier League musim lalu, White rata-rata mengirim 3,27 umpan progresif dan 3,13 umpan ke sepertiga akhir dari total 49,7 umpan per pertandingan. Umpan-umpannya lebih berorientasi progresif dibanding Dunk (2,15 umpan progresif dan 3,56 umpan ke sepertiga akhir dari rata-rata 60 umpan) atau Webster (3,82 umpan progresif dan 4,58 umpan ke sepertiga akhir dari rata-rata 62,3 umpan).
Kemampuan itu membuat White dapat menjadi pengganti sepadan David Luiz dalam hal progresi bola. Di skuad Arsenal, Luiz merupakan bek tengah dengan frekuensi umpan ke depan tertinggi.
Tak hanya itu, bek berkebangsaan Brasil tersebut juga menjadi bek tengah The Gunners yang paling berorientasi ofensif. Per pertandingan, Luiz tercatat rata-rata membuat 5,16 dribel progresif dan 1,23 kali membawa bola ke sepertiga akhir. Sang pemain nyaman membawa bola dan menyokong fase menyerang timnya. Di Brighton, White mengemban peran serupa dan berjalan mulus.
White mencatatkan 3,04 dribel progresif dan 1,04 kali menggiring bola ke sepertiga akhir per pertandingan. Eks Southampton ini pun cenderung lebih gesit dibanding Luiz dalam hal menggiring bola. Bek Brighton ini berani mengambil risiko dan melakukan dribel untuk melalui lawan secara langsung. Dibanding bek tengah lain di lima liga top Eropa, White mencatatkan persentase dribel yang sangat tinggi, masuk dalam kategori 7% terbaik dalam hal dribel sukses.
Selain memiliki jangkauan umpan luas dan mampu mengirim umpan terukur, White tangkas menggiring dan mempertahankan penguasaan bola. Ketenangan dan level pengambilan keputusannya saat memegang bola amat berharga bila Arsenal ingin membangun serangan dari lini belakang. Juga, sang pemain cakap memintas lini pressing lawan dan langsung mendistribusikan bola ke para penyerang di sepertiga akhir.
Baca juga: Mikel Arteta Menemukan Skema Serangan yang Tepat
Cakap Menjadi Kover
Dari aspek defensif, White cukup reliabel menjadi kover saat timnya menyerang. Ia seringkali ditugasi menjaga sisi kanan pertahanan, mengisi area tersebut agar wing-back kanan, Tariq Lamptey leluasa membantu serangan.
Jika meninjau heatmap sang pemain, terlihat bahwa White sangat aktif di sisi kanan. Ia sering naik hingga batas sepertiga akhir lawan untuk memberi “jaring pengaman” saat timnya sedang menyerang.
Apabila timnya kehilangan bola, White cenderung bereaksi tepat menanggulangi serangan balik. Pemain berpostur 1,89m ini rajin melakukan pressing untuk mencegah serangan cepat. Namun, ia tak terburu-buru mengambil risiko untuk merebut bola. White cenderung menjaga ketat lawan agar tak mampu mendistribusikan bola dari area kawalannya.
Musim lalu, White tak menorehkan rata-rata tekel atau intersep yang cukup tinggi. Namun, ia cenderung bisa menetralkan lawan dengan baik. White rata-rata memblok 1,24 umpan per pertandingan, masuk dalam 12% bek tengah dengan nilai tertinggi di metrik ini. Statistik itu menunjukkan gaya defensif White yang lebih menitikberatkan pada tanggung jawab posisional.
Jika menyeberang ke Emirates, perkembangan defensif sang pemain menarik disimak. Di Brighton, ia mampu tampil baik dalam skema tiga bek. Di Arsenal, Arteta agaknya akan menduetkannya bersama Gabriel Magalhaes. The Gunners memang sempat menggunakan pakem tiga bek pada paruh pertama musim, tetapi beralih ke empat bek pada paruh kedua.
Meskipun demikian, perubahan sistem agaknya bukanlah masalah besar bagi sang pemain. Pada 2019/20 lalu, White tampil apik di Leeds United yang cenderung memakai skema empat bek. Ia berperan penting membantu The Whites promosi dari EFL Championship.
Di lain sisi, Arteta tak perlu khawatir jika mengingat versatilitas sang pemain. Kendati baru 23 tahun, White telah menjajal empat posisi berbeda di Premier League 2020/21. Graham Potter sempat memasangnya sebagai bek tengah, gelandang bertahan, bek kanan, bahkan gelandang sayap.
Baca juga: Melihat Agresivitas Saka dan Martinelli, Para Pemain Senior Arsenal Seharusnya Malu
Versatilitas yang Jadi Nilai Lebih Ben White
Keserbabisaan Ben White tentu menjadi nilai tambah yang bermanfaat bagi Arsenal. Atribut lengkap dalam konstruksi permainan atau bertahan membuatnya cakap mengisi beberapa posisi. Melansir Transfermarkt, ia tujuh kali turun sebagai gelandang bertahan, dua kali menjadi bek kanan, dan sekali menjadi gelandang kanan di Premier League musim lalu.
White bisa menambal beberapa posisi semisal Arsenal dilanda krisis cedera. Dan yang lebih penting, versatilitas pada usia muda menandakan bahwa ia memiliki potensi besar untuk berkembang. Sang pemain menunjukkan kualitas untuk bersaing di lini belakang ataupun lini tengah pada masa mendatang.
Dalam dua musim terkini, perkembangan White sendiri amat cepat dan penuh kejutan. Setelah hanya sempat bermain di League Two dan League One, namanya baru dikenal usai tampil impresif bersama Leeds saat berusia 21 tahun. Di Premier League, ia pun mampu beradaptasi secara cepat dan menjadi andalan Graham Potter.
Kendati demikian, White memiliki kekurangan menonjol dalam hal antisipasi bola udara. Dibanding bek tengah lain di lima liga top Eropa, ia masuk dalam 12% pemain terburuk dalam hal jumlah dan persentase kemenangan duel udara. White belum mampu memanfaatkan posturnya yang hampir mencapai 190cm untuk mengatasi aspek ini.
Kemampuan bola udara adalah salah satu hal yang mesti dibenahi Ben White. Sang pemain sendiri masih memiliki banyak waktu untuk berkembang. Ia dapat menjadi tambahan berharga bagi skuad Arsenal, terutama dalam jangka panjang. Kemampuannya yang sekarang pun layak untuk memperkuat tim yang berupaya meraih tiket kompetisi UEFA.
Komentar