Real Madrid berhasil merebut puncak klasemen La Liga dari Barcelona setelah memenangkan laga El Clasico dengan skor 3-1, Minggu (16/10). Gol tuan rumah dicetak oleh Karim Benzema (12’), Federico Valverde (35’), dan penalti Rodrygo (91’). Sementara tim tamu, hanya berhasil memperkecil kedudukan melalui gol Ferran Torres (83’).
Kedua tim menerapkan formasi dasar yang sama yaitu 4-3-3. Carlo Ancelotti hanya melakukan sedikit penyesuaian dengan menggeser David Alaba sebagai bek tengah dan menempatkan Ferland Mendy sebagai bek kiri. Penyesuaian ini dilakukan karena Antonio Ruediger terlalu berisiko jika bermain sejak awal pasca kepalanya terluka kala Real bertamu ke kandang Shaktar Donetsk (11/10).
Kubu tim tamu justru datang dengan banyak penyesuaian. Xavi Hernandez mencadangkan Gerard Pique dan mempercayakan posisi bek tengah kepada Jules Kounde dan Eric Garcia. Di tengah, Sergio Busquets, Frenkie De Jong, dan Pedri mendapatkan mandat untuk menjaga penguasaan bola dan menciptakan peluang. Hal ini dilakukan agar distribusi bola dari belakang ke depan lebih lancar dengan hadirnya Sergio dan De Jong.
Gambar 1 - Susunan Sebelas Pertama Real Madrid dan Barcelona
Sumber : SofaScore
Barcelona lebih dominan dalam penguasaan bola. Skuad asuhan Xavi memperoleh 56,7% penguasaan bola dengan 702 sentuhan. Mereka juga jauh lebih sering melepaskan tembakan dengan total 18 tembakan tapi hanya 5 yang mengancam gawang Andriy Lunin.
Walaupun demikian, Real Madrid jauh lebih efektif dibanding tim tamu. Tuan rumah tidak membutuhkan banyak peluang untuk mencetak satu gol. Mereka melepaskan empat tembakan tepat sasaran dan tiga di antaranya berbuah gol. Catatan tersebut menunjukan efektivitas Los Galacticos mencapai 75%.
Pertandingan ini berjalan sangat menarik dengan intensitas tinggi. Energi rivalitas yang dipancarkan pemain sangat terasa namun masih berada dalam koridor fair play. Bagi penonton netral, pertandingan ini menunjukan berbagai hal yang membedakan permainan kedua tim.
Beda peran Benzema dan Lewandowski
Pada artikel pratinjau pertandingan kami, salah satu poin yang menjadi pusat perhatian adalah Benzema dan Robert Lewandowski. Dua penyerang senior ini bermain sejak menit pertama sebagai ujung tombak. Tapi, dari sisi pergerakan dan peran, dua pemain ini memiliki perbedaan.
Gambar 2 - Heatmap sentuhan Benzema dan Lewandowski
sumber : WhoScored
Berdasarkan ilustrasi di atas, baik Benzema maupun Lewandowski cukup rajin menjemput bola ke tengah lapangan (warna biru). Bahkan, Benzema tampak beberapa kali menyentuh bola di depan kotak penalti sendiri. Hal ini menunjukan bahwa Ia tidak hanya berkontribusi dalam urusan mencetak gol, tapi juga menciptakan ruang hingga membantu pertahanan.
Pembedanya adalah pergerakan Benzema yang sangat dinamis di sepertiga akhir area lawan. Hal ini yang membuat dua sayap Ancelotti, Vincius Junior dan Fede Valverde, memperoleh banyak ruang di belakang pertahanan Barcelona. Hal ini terbukti pada proses gol pertama dari kaki Benzema.
Kekuatan Toni Kroos dalam mempertahankan bola, serta pergerakan Benzema yang menarik dua bek tengah Barca membuat Vini mendapat ruang di sisi kanan pertahanan tim tamu. Dengan demikian, Vini dengan mudah melesat menuju arah gawang yang diakhiri dengan tembakan meskipun berhasil ditepis Ter Stegen. Beruntung, Benzema cukup gesit untuk mengisi kotak penalti dan menuntaskan peluang tersebut.
Kontras Pemain Sayap
Sepakbola modern yang banyak diterapkan oleh tim berdampak membiasnya batas antara pemain bertahan dan pemain menyerang. Artinya, sepakbola masa kini cenderung mewajibkan setiap pemain berkontribusi dalam setiap situasi (menyerang, bertahan, dan transisi). Sehingga tidak heran jika muncul berbagai arketipe-arketipe baru seperti Ball Playing Goalkeeper, Ball Playing Defender, dan sebagainya.
Tren ini secara tidak langsung menuntut pemain sayap untuk bersedia turun membantu pertahanan. Bahkan, tidak jarang mereka turun hingga sejajar dengan barisan bek tengah. Apabila sebuah tim memiliki pemain sayap yang mampu melakukan tugas tersebut, maka mereka sangat diuntungkan.
Hal ini yang terjadi pada pertandingan semalam. Dua sayap milik Ancelotti sangat rajin turun membantu pertahanan. Salah satu sebabnya karena memang tim tamu lebih sering menguasai bola. Tapi, di sisi lain, mereka memiliki kecepatan untuk kembali ke posisinya ketika transisi. Alhasil, dua bek sayap (Sergi Roberto dan Alejandro Balde) yang diturunkan Xavi sangat kewalahan dengan pergerakan Vini dan Valverde.
Gambar 3 - Heatmap sentuhan dua sayap Real Madrid (Vinicius dan Valverde) dan Barcelona (Raphinha dan Dembele)
sumber : WhoScored
Pada ilustrasi di atas jelas terlihat bahwa Vini dan Valverde sangat rajin menyisir area sayap baik di area sendiri maupun di area lawan. Ketika bertahan, Real seakan-akan memiliki enam pemain bertahan. Hal ini yang menjadi sebab Pedri dkk kesulitan membongkar pertahanan tuan rumah. Tapi ketika menyerang, dua sayap ini gesit mengeksploitasi ruang yang ditinggalkan bek sayap Barca.
Di sisi lain, Raphinha dan Dembele jarang berada di area pertahanan sendiri. Hal ini disebabkan Barca lebih sering menguasai bola. Tapi, dalam situasi transisi dan bertahan, dua pemain ini, terutama Dembele, lebih sering bertahan di posisinya. Tidak membantu pertahanan dan memilih menunggu untuk bersiap serangan balik.
Komentar