TIdak ada yang lebih manis dari gol di akhir pertandingan. Momen tersebut hadir ketika Arsenal mengalahkan Manchester United di Stadion Emirates hari Minggu (22/1) dengan skor akhir 3-2. TIm tamu sempat unggul melalui gol Marcus Rashford (17’) lalu keadaan berbalik melalui gol Eddie Nketiah (24’) dan Bukayo Saka (53’). Patut diakui mental pemain United cukup tangguh dengan berhasil menyamakan kedudukan melalui sundulan Lisandro Martinez (59’). Harapan The Red Devils untuk mencuri poin sirna ketika Nketiah mencetak gol kedua pada menit ke-90.
Kemenangan ini memantapkan posisi Arsenal sebagai pemuncak klasemen sementara dengan torehan 50 poin. Sementara Manchester United turun ke peringkat empat karena kalah selisih gol dibanding Newcastle United yang sama-sama mengumpulkan 39 poin.
Gambar 1 - Sebelas Pertama Arsenal dan Manchester United
Sumber : SofaScore
Mikel Arteta turun dengan komposisi pemain yang sama dengan yang ia turunkan pekan lalu. Bedanya, ada nama Leandro Trossard di jajaran pemain pengganti tuan rumah. Emile Smith Rowe yang telah pulih dari cedera pun belum mendapatkan kesempatan untuk tampil sejak menit pertama.
Di kubu lawan, Erik ten Hag memasangkan Scott McTominay dan Christian Eriksen sebagai dua poros di depan lini belakang. Lisandro Martinez kembali mengisi posisi bek tengah sehingga menggeser posisi Luke Shaw ke posisi naturalnya. Di depan, Wout Weghorst berperan sebagai ujung tombak di depan Bruno Fernandes, Marcus Rashford, dan Antony.
Komposisi pemain yang diturunkan Erik ten Hag menunjukkan bahwa ia mengincar sisi sayap untuk menyerang. Weghorst diandalkan untuk memenangkan duel-duel udara dan melindungi bola dengan memanfaatkan keunggulan fisiknya. Bruno diberikan peran bebas (free role) untuk mengakses berbagai lini agar mampu menemukan ruang di lini pertahanan tuan rumah.
Manchester United Mencoba Menekan
Sejak awal laga, kedua tim mencoba mengambil inisiatif serangan. Ketika Arsenal memulai serangan dari belakang, The Red Devils berusaha menekan dengan melibatkan empat hingga lima pemain. Target pressing mereka adalah mencegah bola sampai ke kaki Thomas Partey. Weghorst, Rashford, dan Antony mempersempit jalur umpan dengan membentuk struktur pressing yang rapat ke tengah. Bruno dan Eriksen mengawal Partey dan Xhaka yang mencoba menjemput bola.
Sayangnya, taktik tersebut tidak berjalan efektif sebab Arsenal hampir selalu berhasil terbebas dari tekanan yang United terapkan. Meski Partey dan Xhaka terisolasi, Zinchenko rajin bergerak ke tengah untuk membuka opsi tambahan bagi Gabriel atau Saliba (tergantung siapa yang menguasai bola) melepaskan umpan. Maka tidak heran jika mayoritas serangan Arsenal berasal dari kaki Zinchenko.
Zinchenko Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
Jika melihat papan skor, tentu hanya diisi oleh nama pencetak gol dan pemberi asis. Nketiah yang mencetak dua gol mendapatkan sorotan paling besar. Saka dan Rashford yang membobol gawang dengan tembakan dari luar kotak penalti tidak kalah menyilaukan. Padahal, ada pemain yang kontribusinya sangat besar tapi tidak tertulis di papan skor. Dia adalah Oleksandr Zinchenko.
Zinny (panggilan Zinchenko) bermain sebagai bek kiri. Tapi, perannya jauh lebih besar dibanding seorang bek kiri biasanya. Selain memerankan peran seorang bek, ia memainkan peran pivot, gelandang bertahan, bahkan pemain sayap. Arsenal seperti memiliki lebih dari sebelas pemain berkat kontribusinya di lapangan.
Gambar 2 - Lokasi Sentuhan Bola Zinchenko (salah satunya berbuah tembakan)
Sumber : WhoScored
Jika meninjau ilustrasi di atas, Zinchenko ada di mana-mana. Meski bermain sebagai bek kiri tapi ia lebih banyak menyentuh bola di area tengah. Hal ini membuat Arsenal memiliki banyak pemain di tengah sehingga mampu mempertahankan penguasaan bola dan membangun serangan. Ten Hag gagal membaca situasi ini sehingga Arsenal sering mengancam dengan catatan 25 tembakan.
Zinchenko juga sangat terlibat dalam penciptaan peluang. Ia mengirimkan 20 umpan ke sepertiga akhir dengan akurasi umpan mencapai 90 persen. Catatan ini adalah yang terbaik di antara semua pemain yang berlaga. Puncaknya, pergerakan Zinny di sisi kiri menjadi awal terjadinya gol penentu kemenangan Arsenal. Bisa dibilang, Zinchenko berperan besar mulai dari fase pertama build up hingga fase terakhir serangan.
Transisi Manchester United Tetap Berbahaya
Meski tuan rumah jauh lebih sering mengancam, tapi ancaman tim tamu lebih berbahaya dan efisien. Mereka hanya melepaskan enam tembakan tapi tidak ada satu pun dari tembakan tersebut yang tidak tepat sasaran. Lima dari enam tembakan tersebut diperoleh dari situasi andalan tim besutan Erik ten Hag yaitu transisi.
Ten Hag sadar bahwa lini belakang Arsenal tidak diisi oleh pemain unggul dalam kecepatan. Oleh karena itu, ia menugaskan Rashford untuk tetap di depan meski timnya sedang dalam posisi bertahan. Tujuannya agar pemain berusia 25 tahun tersebut fokus sebagai target serangan balik. Hingga akhir laga, Rashford melepaskan dua tembakan yang salah satunya berbuah gol.
Melihat betapa bahaya dan cepatnya proses transisi lawan, Arteta menginstruksikan pemainnya untuk secepat mungkin menutup jalur umpan siapa pun yang berhasil merebut bola. Harapannya lawan tidak memiliki cukup waktu dan ruang untuk dapat mengakses Rashford yang telah menunggu di lini depan. Taktik ini tidak sepenuhnya berhasil karena Bruno dan Eriksen tercatat berhasil melepaskan 14 umpan panjang yang berhasil diterima oleh Rashford.
Keputusan Cerdas Arteta Memasukan Tomiyasu di Awal Babak Kedua
Salah satu duel paling menarik pada laga ini adalah pertempuran antara Saka dan Shaw di sisi kiri pertahanan Manchester United. Sepanjang babak pertama, Saka dibuat tidak berdaya karena Shaw begitu agresif terutama ketika situasi satu lawan satu. Shaw tercatat memenangkan lima dari total 10 duel yang terjadi (termasuk duel udara). Situasi ini membuat Saka yang merupakan salah satu tumpuan serangan The Gunners kesulitan mendapatkan ruang apalagi ruang tembak.
Sadar akan situasi tersebut, Arteta memasukkan Takehiro Tomiyasu di babak kedua menggantikan Ben White. Ketika Tomi bermain, ia lebih rajin menyisir sisi lapangan. Pada situasi ini Shaw mulai kewalahan karena harus menjaga dua pemain. Terlebih, Rashford tidak ikut turun ke area pertahanan karena memang ditugaskan untuk bersiap pada situasi transisi.
Berkat Tomiyasu, Saka di babak kedua lebih banyak mendapatkan ruang karena Shaw terganggu dengan kehadiran pemain asal Jepang tersebut. Eriksen yang menjadi pemain terdekat Shaw menanggung lebih berat mengingat ia bukan gelandang yang memiliki insting bertahan tinggi. Puncaknya, Saka di babak kedua berhasil melepaskan dua tembakan berbahaya dari luar kotak penalti yang salah satunya berbuah gol.
Komentar