Tidak banyak sorotan sejak kedatangannya ke Manchester City pada 2019. Namun Rodrigo Hernandez Cascante, mendapatkan spot light terbaiknya ketika final Liga Champions 2022/23. Sepakan datarnya di kotak penalti, melesat tepat sasaran ke pojok kiri gawang yang membuat sejarah baru bagi City.
Aksi yang dilakukan Rodri pada akhir pekan lalu memang di luar dugaan. Bukan Erling Haaland yang selalu menjadi wajah setiap poster final UCL. Bukan juga sayap-sayap kreatif layaknya Bernardo Silva, melainkan penentu juara City adalah seorang gelandang bertahan.
Seorang gelandang bertahan, selain sedikit mencetak gol, mereka juga jarang menciptakan assist yang memanjakan striker. Menjadi hal wajar jika pemain dengan posisi gelandang bertahan, seringkali tidak tersorot langsung perannya. Padahal kehadiran mereka - sama seperti yang lainnya, sangatlah krusial. Rodri adalah salah satu contohnya.
"Anda bisa berpura-pura beberapa kali, memainkan peran sedikit berbeda, tetapi pada akhirnya Anda adalah diri Anda sendiri,” kata Rodri via The Guardian.
Begitulah Rodri, faktanya, pria kelahiran Madrid, 26 tahun yang lalu itu memang tidak menyukai banyak sorotan, baik itu di dalam, maupun di luar lapangan. Di dalam lapangan, posisinya adalah gelandang bertahan yang jika dibandingkan dengan posisi lain, tidak terlalu kentara perannya oleh orang awam.
Meski demikian, Rodri tetaplah pemain yang bisa dijadikan panutan. Karena ia adalah sosok yang sangat memahami perannya sebagai seorang gelandang bertahan.
Sejak kedatangannya ke Etihad Stadium, Rodri sudah menjadi salah satu pemain yang tak tergantikan dalam skuad yang dibangun Josep ‘Pep’ Guardiola. Hal ini terlihat dari rata-rata penampilannya yang menyentuh 50 laga per-musim. Ia sangat dibutuhkan, terutama dalam bertahan dan membangun serangan.
Setelah empat musim membela City, rekor kebobolan musim 2022/23 adalah yang terbaik. The Citizens hanya kebobolan 33 gol dan menjadi yang terbaik di Liga Inggris bersama Newcastle United. Bisa dibilang bahwa Rodri memegang peran penting dalam membantu lini belakang.
Hal itu bisa dibuktikan melalui statistik individunya dalam aspek bertahan menjadi yang terbaik di City. Dilansir dari Whoscored, Rodri memimpin rata-rata statistik individu dalam aspek bertahan di timnya, seperti 1.9 tekel per laga, dan 0.9 intersep per laga di Liga Inggris. Sedangkan dalam clearance dan blok ia hanya kalah dari Ruben Dias.
Tak hanya dalam bertahan, Rodri juga apik dalam membantu serangan, terutama dalam fase membangun serangan. Ia adalah pemain dengan rata-rata melakukan passing terbanyak yaitu 82.7 passing per game dengan persentase keberhasilan tinggi mencapai 91.3%.
Performa Rodri juga selalu menanjak dalam aspek membantu tim mencetak gol tiap tahunnya. Di musim pertamanya, ia hanya mampu mencetak, 4 gol dan 2 assist dari 52 penampilan. Hal wajar, untuk ukuran gelandang bertahan.
Namun di musim ini, ia menjalani musim terbaiknya dalam aspek serangan. Dari 56 penampilan, 4 gol dan 7 assist ia ciptakan termasuk gol penentu kemenangan di partai final Liga Champions.
Setelah empat tahun membela The Citizens, Rodri sudah menjadi salah satu gelandang bertahan elit di Inggris dan Dunia. Satu hal yang disukai Pep dari Rodri adalah kepribadiannya. Hal ini juga yang membuat Rodri berbeda dari pemain lainnya.
“Sangat sedikit pemain yang memiliki satu hal di lapangan dan hal lain yang sangat berbeda darinya (adalah), kepribadiannya,” kata Pep dilansir dari The Guardian.
Menurut Pep, sosok Rodri merepresentasikan bagaimana seharusnya penampilan seorang gelandang bertahan pada umumnya. Tidak banyak gaya dan sederhana, persis seperti bagaimana tugas seorang gelandang bertahan di dalam lapangan.
“Dia bahkan terlihat seperti seorang gelandang. Dia tidak memiliki tato atau anting-anting. Dan rambutnya. Dia terlihat seperti gelandang bertahan, gelandang bertahan harus seperti ini,” lanjut Pep.
Namun, Rodri setuju dengan pernyataan pelatihnya, bahwa seorang gelandang, memang sudah seharusnya menjadi sosok yang normal dan tidak punya penampilan yang berlebihan.
“Saya pikir apa yang dimaksud Pep, adalah (seorang) gelandang bertahan, lebih dari siapapun, harus menjaga ketertiban, tetap berkepala dingin, dan mungkin itu juga berarti menjadi yang paling normal," Kata Rodri dikutip dari The Guardian.
Bagi Rodri, ia sama sekali tidak ingin terlihat mencolok di dalam maupun luar lapangan. Ia hanya ingin menjadi seperti gelandang bertahan lainnya, yang lebih mementingkan kesuksesan tim, ketimbang melakukan hal yang lebih individual dan bisa membuatnya berada dalam sorotan.
Memahami Peran Sejak Belia
Rodri berhasil memahami perannya sebagai gelandang sejak usia belia, 12 tahun tepatnya. Pelatihnya di akademi Atletico Madrid, Fran Alcoy, adalah orang pertama yang memberikannya posisi ini. Fran juga yang mengajarkan Rodri kecil tentang peran seorang gelandang bertahan.
Ketika itu, Fran menjabarkan Rodri di masa kecilnya, sebagai anak normal yang berbeda. Bagaimana tidak, ketika anak seusianya bermain sepakbola untuk bersenang-senang, Rodri justru mencoba untuk lebih memahaminya. Ia sering mengajak Fran berdiskusi untuk membedah permainannya.
“Fran menunjukkan kepada saya cara bermain. Dia adalah orang pertama yang menempatkan saya pada posisi ini. Saya baru berusia 12 tahun, tetapi Saya selalu menikmati menonton sepak bola dan memang benar saya merasa mudah untuk memahaminya, untuk membaca permainannya." kata Rodri bercerita.
"Ketika sebuah tim sukses, saya bisa melihat mengapa, bagaimana mereka menciptakan ruang. `Pemain ini akan melakukan ini, pemain itu akan melakukan itu.` Tidak mudah untuk menerjemahkannya ke lapangan tetapi visi tentang bagaimana seorang gelandang bertahan harus bermain, menafsirkan permainan, adalah sesuatu yang saya miliki sejak usia muda. Fran memudahkanku.” lanjutnya via The Guardian.
Lebih dari itu, ketika ayahnya, seorang insinyur yang juga seorang penggemar sepakbola meminta Rodri untuk menjadi bintang utama, banyak memegang bola, dan mencetak gol, Rodri dengan tegas menjawab “itu bukan peranku ayah...” kata Rodri.
“Dia (ayah) mendesak saya untuk maju karena bagian yang menyenangkan (dari sepakbola) adalah mencetak gol, tetapi saya akan berkata: `Saya suka melakukan ini dan itu yang saya kuasai.` Peran orang tua saya sangat penting: mereka menjaga segala sesuatunya dalam perspektif, tidak membiarkan saya lelah atau terobsesi, dan saya membawa ketenangan itu ke lapangan. Rencananya selalu untuk belajar juga.” lanjutnya.
Belajar Adalah Healing Terbaik
Bagi pemain sepakbola profesional, menjaga karir sepakbola untuk terus berkepanjangan tentu menjadi hal yang utama. Namun, pesepakbola juga berhak atas hal lain dalam hidupnya, seperti bermain game, menonton olahraga lain, atau bermain media sosial.
Kenyataanya, bermain sosial media tampak menjadi hal wajib di masa kini. Sebagai pesepakbola top Eropa, tentu penting bermain sosmed untuk membangun citra atau sekedar membuat personal branding. Namun, tidak untuk Rodri.
Bahkan, ketika ia telah memenangkan hampir semua gelar di level klub, juga mendapatkan sorotan dari gol pentingnya di partai final, Rodri masih tidak memiliki media sosial. Padahal, untuk atlet selevel Rodri, termasuk anomali ketika tidak mempunyai media sosial.
"Saya tidak menentang jejaring sosial, tetapi saya hidup dengan baik tanpanya dan saya pikir itu membantu saya karena Anda tidak selalu menelpon," katanya via The Times. “Twitter dan bling? Saya terlalu sibuk belajar bisnis.” lanjutnya.
Menariknya, dari sekian banyak hal yang bisa dilakukan, Rodri lebih memilih belajar untuk mengisi waktu luangnya sebagai pesepakbola profesional.
Dalam sebuah wawancara bersama The Guardian, Rodri mengatakan bahwa belajar adalah healing terbaik. Ia juga sangat menyukai kehidupan kuliahnya.
“Jelas, sepak bola mengambil alih, tetapi belajar adalah gangguan yang sehat. Anda berdedikasi untuk sepak bola 24 jam, tetapi Anda perlu menjernihkan pikiran sesekali: ini intens dan, terutama pada level ini, Anda tidak boleh melakukan kesalahan. Jika Anda terus memikirkan kekalahan, maka anda akan membayarnya," kata Rodri.
Saat datang ke City, Rodri juga sedang menimba ilmu, mengambil kuliah di bidang Manajemen dan Administrasi Bisnis di Universitas Castellon di negaranya Spanyol dan menyelesaikannya pada tahun 2021.
Pemain yang mengawali karirnya di akademi Atletico Madrid itu menjelaskan bagaimana sulitnya membagi waktu untuk belajar dan sepakbola. Terlebih, sepakbola adalah profesi yang menuntut banyak hal.
Rodri juga mengaku bahwa belajar sembari berkarir di dunia sepakbola membutuhkan kesabaran dan kemauan yang kuat. Hal ini juga agar bisa menyelesaikan kuliah ketika masih aktif bermain, karena akan sulit membagi waktu untuk keduanya.
“Itu adalah pekerjaan yang sulit (kuliah dan sepakbola), tetapi pada akhirnya itu menyenangkan.” katanya dilansir dari situs resmi klub.
“Kamu punya waktu untuk segalanya. Tentu saja, ini adalah profesi yang sangat menuntut sebagai pesepakbola karena menuntut Anda tidak hanya bermain, berlatih, dan bermain, tetapi juga istirahat dan perawatan yang harus Anda lakukan untuk diri sendiri.” lanjutnya.
“Tentu saja, Anda tidak dapat mengikuti ritme siswa lain tetapi dengan kesabaran, dengan dedikasi Anda dapat melakukannya.” tutupnya.
***
Pada akhirnya, keberhasilannya dalam membagi waktu antara bermain sepakbola dan belajar, telah membantu untuk membentuk karakter Rodri menjadi gelandang bertahan yang komplit dan cerdas. Hal itu juga yang membawanya kepada kesuksesan sebagai atlet dan mahasiswa.
Sosoknya yang tak gila sorotan juga membuatnya cocok dijadikan sebagai panutan untuk para gelandang bertahan muda. Yaitu menyadari bahwa semua yang dilakukan demi kebaikan. Sebab sejarah juga nyatanya tidak hanya ditentukan oleh lini depan, melainkan juga seorang gelandang bertahan.
Komentar