5 Hal yang Membuat Liverpool Kalahkan Leicester

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

5 Hal yang Membuat Liverpool Kalahkan Leicester

Liverpool berhasil menjungkalkan Leicester City pada boxing day. Berlangsung di Stadion Anfield, The Reds, julukan Liverpool, keluar sebagai pemenang lewat gol semata wayang yang diciptakan Christian Benteke pada menit ke-62 yang memanfaatkan umpan cutback Roberto Firmino.

Sebelum laga, Liverpool memang tak diunggulkan berdasarkan statistik yang ada. Namun ternyata Jurgen Klopp melakukan sejumlah perubahan dan berhasil mengunci permainan Leicester. Setidaknya ada lima hal yang bisa disoroti yang membuat Liverpool memenangi laga ke-4000 mereka di divisi teratas Liga Inggris ini.

Penampilan Gemilang Duet Sakho-Lovren

Sebelum laga melawan Leicester, Dejan Lovren diisukan absen karena masih berkutat dengan cedera. Sementara Mamadou Sakho menjadi titik lemah Liverpool saat menghadapi Watford. Lini pertahanan Liverpool mengkhawatirkan jelang laga digelar.

Namun Klopp berani mengambil resiko dengan memainkan Lovren. Ia diduetkan dengan Sakho sejak menit pertama. Tapi keputusan tersebut terbukti tepat karena keduanya menjadi tembok yang begitu kokoh bagi lini serang Leicester.

Liverpool mencatatkan 60 sapuan pada laga ini. Dan 38 di antaranya dilakukan oleh duet Lovren-Sakho. Duet ini pun hanya sekali kalah dalam duel udara dari 11 kali duel di lini pertahanan. Begitu disiplinnya kedua pemain ini pun membuat pelanggaran yang dilakukan keduanya hanya berjumlah empat.

Tak hanya dari segi pertahanan, keduanya pun berperan besar bagi pembangun serangan Liverpool. Akurasi operan keduanya mencapai 92%. Dua pemain ini pun menyumbang empat percobaan tembakan.

Attack, Attack, Attack!

Liverpool menguasai jalannya pertandingan. Penguasaan bola pada laga ini dimenangkan oleh Liverpool dengan 61% berbanding 39%. Liverpool sendiri memang seolah tak henti-hentinya memberikan tekanan bagi lini pertahanan Leicester.

Total 25 tembakan diciptakan Liverpool pada laga ini. Jumlah sebanyak (atau lebih banyak) ini menurut jurnalis asal Inggris, Andrew Beasley, jarang dilakukan Liverpool pada musim ini, baru tujuh kali. Philippe Coutinho menjadi pemain dengan jumlah tembakan terbanyak pada laga ini dengan lima kali. Kedua terbanyak dicetak oleh Adam Lallana dengan empat kali.

Meskipun begitu, dari 25 tembakan tersebut hanya empat tembakan yang on target. Sembilan di antaranya berhasil diblok pemain Leicester, sisanya melenceng. Benteke yang menjadi pencetak gol kemenangan, hanya melepaskan tiga tembakan dan dengan satu yang mengarah ke gawang.

Penampilan Cemerlang Mignolet

Selain memaksakan Lovren, Klopp pun dengan berani memasang Simon Mignolet yang baru pulih dari cedera. Blunder yang dilakukan Adam Bogdan, kiper pengganti Mignolet saat Liverpool dikalahkan Watford, menjadi pelajaran dan pengalaman yang tak mau ia ulang kala menghadapi Leicester City.

Hasilnya begitu positif. Pada laga ini, Leicester mencetak total tujuh tembakan. Dan dari tujuh tembakan tersebut, tiga di antaranya nyaris membobol gawang Liverpool. Beruntung Mignlolet tampil memukau dengan mengamankan ketiga peluang Leicester tersebut dengan baik.

Mignolet juga mencatatkan lima kali claims pada laga ini. Ini menjadi krusial karena Leicester begitu mengandalkan umpan silang atau umpan langsung ke jantung pertahanan Liverpool. Dengan keputusan dan ketepatan Mignolet mencuri bola di udara ketika umpan lambung dilepaskan pemain Leicester, Leicester pun harus gigit jari karena kesulitan menciptakan peluang.

Trio Vardy-Okazaki-Mahrez yang Mengecewakan

Jamie Vardy biasanya menjadi momok bagi lini pertahanan lawan dengan gol ataupun assistnya. Namun pada laga ini, ia seolah tak terlihat sepanjang permainan. Ketangguhan Sakho-Lovren membuat Vardy kurang mendapatkan suplai bola.

Vardy bermain kurang kompak dengan tandemnya di lini depan, Shinji Okazaki. Okazaki yang bermain lebih dalam dibanding Vardy tak bisa menciptakan ruang bagi Vardy untuk dieksploitasi.

Penampilan keduanya pun diperparah dengan penampilan Riyad Mahrez yang juga tak bermain maksimal pada laga ini. Ia hanya menciptakan satu tembakan seperti Okazaki. Ia juga gagal membangun serangan atau memberikan umpan-umpan matang bagi Vardy dan Okazaki karena akurasi operannya hanya 60%.

Ketiganya kemudian diganti oleh Leonardo Ulloa, Andreij Kramaric, dan Nathan Dyer. Dari ketiga pemain di atas, hanya Vardy yang dimaklumi berpenampilan tak maksimal. Pencetak gol terbanyak sementara Liga Primer dengan 15 gol ini sebelumnya menderita cedera saat Leicester mengalahkan Everton dengan skor 3-2.

Kebuntuan Serangan Leicester

Leicester City terkenal dengan gaya permainan direct football. Mereka mengesampingkan penguasaan bola atau permainan operan-operan pendek. Dari lini pertahanan, Leicester selalu mengirimkan bola ke jantung pertahanan lawan agar bola sesegera mungkin mencapai kotak penalti lawan.

Namun pada laga ini, skema tersebut berhasil diredam Liverpool. Akurasi operan Leicester hanya 57%. Sementara dengan umpan-umpan panjang, Leicester justru hanya mencatatkan 34% keberhasilan duel udara sepanjang pertandingan.

Leicester sendiri biasanya memiliki skema yang baik sejak bola digulirkan dari kiper mereka, Kasper Schmeichel. Namun pada laga ini, Schmeichel kesulitan mengirimkan bola pada penyerang atau gelandang-gelandang Leicester. Akurasi operannya hanya 22%. Dari 26 kali operan , hanya 21 satu di antaranya selalu berhasil disapu lini pertahanan Liverpool.

foto: eurosport.co.uk

Komentar