Analisis

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Musim pertama Louis van Gaal di Manchester United bisa dibilang tidak semulus yang diharapkan. Van Gaal telah berjuang untuk menemukan keseimbangan dan formasi yang konsisten. Cedera pada awal musim menghalanginya untuk menemukan starting XI yang tetap.

Namun, meskipun dalam beberapa bulan terkhir ini badai cedera United sudah mulai reda, Van Gaal masih terus gagal untuk menemukan daftar susunan sebelas pemain idamannya.

Sebenanrnya, jika orientasi kita kepada hasil (sementara), United tidak seburuk yang sering kita baca dan juga kami tulis. Sekarang ini United berada di peringkat ke empat dalam tabel klasemen Liga Primer Inggris dan sedang mempersiapkan pertandingan perempat-final Piala FA melawan Arsenal.

Pada kenyataannya, era Van Gaal adalah ke sebuah awal yang bisa kita semua terima. Sayangnya, kita bisa menerimanya jika kita memiliki standar yang sedang-sedang saja dan belum menyaksikan pertandingan United secara rutin.

Hasil memang jelas lebih baik, tapi kekecewaan terbesar hadir dalam gaya bermain mereka. Dalam dua bulan terakhir ini saja, United sudah “mengerikan” untuk kita tonton. Mereka tidak bisa bertahan dan juga menyerang secara kompeten, yang biasanya merupakan persyaratan minimum untuk sebuah tim top.

Sejauh ini, Van Gaal dan anak buahnya telah diuntungkan dari kegagalan tim di sekitar mereka. Tapi dengan Arsenal, Liverpool, dan Tottenham Hotspur yang menunjukkan peningkatan, maka mimpi “posisi empat besar dan Piala FA” sedang berada dalam bahaya.

Jika kita ingin membicarakan pencerahan, gaya bermain mungkin bukan jawabannya meskipun United masih mengumpulkan poin demi poin di klasemen. Namun, jika kita melihat United musim lalu dibandingkan dengan musim ini, yang paling berbeda adalah “the unholy trinity” (istilah yang kami kutip dari FourFourTwo): Marouane Fellaini, Ashley Young, dan Luis Antonio Valencia.

Memang di sepakbola, segala hal bisa berubah dengan cepat. Baik Fellaini dan Young musim lalu bisa dibilang adalah “bencana” di era David Moyes. Kecuali Valencia, yang lebih sering bermain di era Moyes daripada ke dua pemain di atas, Fellaini dan Young, serta Valencia juga, musim ini sudah sama-sama mendapatkan “pencerahan” dari Van Gaal.

Marouane Fellaini

Pertama-tama, jelas kita harus memulainya dari Marouane Fellaini. Sepanjang musim debutnya, Fellaini sangat dikritik oleh banyak suporter Setan Merah. Tidak diragukan lagi, ia berjuang untuk beradaptasi setelah ia didatangkan oleh Moyes dan sering dianggap sebagai “manager’s pet” karena merupakan pemain andalan Moyes saat di Everton dulu.

Alih-alih menggunakan Fellaini seperti yang Moyes lakukan di Everton, Moyes berusaha untuk mengubah Fellaini menjadi jangkar lini tengah. Untuk beberapa alasan, percobaan ini gagal total.

Situasi ini semakin membuat Fellaini kesulitan.

Namun sepanjang musim ini, permainan Fellaini telah (sangat) membaik. Ia memainkan peran yang handal di lini tengah, bolak-balik ke depan dan ke belakang untuk menawarkan kekuatan defensif dan ofensif.

Aset terbesarnya tentunya adalah badannya yang tinggi dan besar, dan akhirnya akan membuat kita merasa wajar ketika berkali-kali ia didorong ke dalam kotak untuk menciptakan peluang melalui duel udaranya, entah sebagai pemantul ataupun penyelesai peluang.

Jika dibandingkan musim lalu, saat ini Fellaini sudah memainkan 15 pertandingan, atau satu pertandingan lebih sedikit dari yang ia mainkan sepanjang musim lalu. Namun, musim ini ia sudah mencetak 3 gol, sementara musim lalu tabungan golnya kosong.

Tidak heran juga ia bisa mencapai angka 56 persen pada statistik akurasi tembakan, naik dari musim lalu yang hanya mencapai 44 persen.

Satu hal yang hampir tidak berubah dari Fellaini adalah kemampuannya dalam duel udara, musim lalu ia memenangkan 46 persen duel bola udara, sementara musim ini 48 persen. Begitupun dengan akurasi operannya yang tidak berubah dari 88 persen ke 87 persen di musim ini.

Fellaini sudah menjadi jantung lini tengah hampir di setiap pertandingan United musim ini. Misalnya, dalam beberapa pertandingan terakhir di Piala FA melawan Cambridge United dan Preston North End, Fellaini telah menjadi pembuat perbedaan.

Dia memang tidak memainkan sepakbola yang paling brilian, dia juga tidak akan memiliki teknik yang tinggi. Tapi ketika ia bermain dengan mengandalkan kekuatannya, Fellaini adalah salah satu pemain yang paling membuat lawan khawatir.

Ashley Young

Fellaini jelas merupakan pemain berkualitas di Everton, dan sudah menjadi andalan tim nasional Belgia, termasuk di Piala Dunia 2014 yang lalu. Namun, kejutan yang lebih besar datang dari Ashley Young dan Antonio Valencia.

Keduanya mengalami dua tahun yang buruk. Bahkan di akhir musim Sir Alex Ferguson, keduanya dinilai merupakan dua pemain yang paling buruk.

Tapi Young dan Valencia telah bangkit kembali sebagai full-back (dan juga wing-back) di bawah Van Gaal. Meskipun mereka sempat “gugup” selama beberapa pertandingan pertama mereka di posisi tersebut, mereka tampaknya telah menyesuaikan diri dengan baik.

Mari kita mulai dengan Young. ESPN baru-baru ini melaporkan bahwa Young dan United telah membuka pembicaraan mengenai kontrak baru. Itu adalah hal yang layak untuk Young. Meskipun sempat cedera di tengah musim, Young kembali melawan Preston dan mengubah permainan. Ditambah dengan bentuk yang mengesankan sebelum cedera dan konsistensi Young harus dicatat sebagai salah satu pemain terbaik United musim ini.

Dia dipaksa untuk beradaptasi dengan posisi yang lebih defensif dari awal musim, bermain di bek kiri selama babak ke dua dari kekalahan di hari pembuka melawan Swansea City. Itu juga merupakan sebuah pertandingan dimana dia bertanggung jawab atas gol kemenangan Swansea.

Tapi sekarang, ia terlihat jauh lebih kompeten. Jika dibandingkan musim lalu, ia bermain sebanyak 20 pertandingan, 7 di antaranya dari bangku cadangan. Bandingkan dengan musim ini yang baru menyentuh pekan ke-26, ia sudah bermain sebanyak 14 kali.

Rata-rata akurasi operannya memang agak stabil di angka 79 persen di musim lalu dan 81 persen di musim ini. Tetapi musim ini ia sudah menciptakan 12 peluang (cahnces created) sementara sepanjang musim lalu hanya 16.

Meskipun musim ini ia belum mencetak gol (musim lalu 2 gol), tapi akurasi tembakannya naik drastis dari 38 persen ke 60 persen. Mengingat musim ini ia lebih sering dimainkan sebagai bek sayap daripada pemain tengah, statistik di atas adalah angka-angka yang luar biasa.

Antonio Valencia

Valencia selalu memiliki kualitas. Sejak direkrut dari Wigan Athletic, dia sudah menjadi pemain sayap kanan ortodoks yang lebih gemar bermain melebar daripada memotong ke dalam (cut inside).

Kemampuannya yang sering dianggap “satu dimensional” itu justru menjadi favorit Ferguson untuk kedisiplinan dalam defensif juga. Ia sering menjaga lawan yang berbahaya di sebelah kanan pertahanan United (pemain sayap kiri lawan) melalui kemampuan track-back yang dikombinasikan dengan kecepatan berlari yang tinggi.

Sebenarnya, sejak ia diplot sebagai bek kanan dari awal pertandingan, ia mulai tampak panik. Peran ini melekat di Valencia terutama ketika Rafal da Silva (bek kanan United) berlarut-larut menderita cedera.

Namun sekarang, ia tampaknya lebih tenang jika memegang bola dari posisi yang dalam. Sebagai bek kanan, ia juga lebih cerdas dalam menentukan kapan untuk meluncurkan tekel atau menjaga dan mengejar pemain lawan saja.

Dibandingkan dengan Fellaini dan Young, memang Valencia lebih banyak bermain pada musim lalu, yaitu sebanyak 29 pertandingan. Dari pertandingan sebanyak itu, Valencia lebih sering mengirimkan bola panjang yaitu sebanyak 41 kali, 22 di antaranya berhasil.

Sementara musim ini ia lebih banyak melakukan umpan pendek dengan akurasi mencapai 88 persen. Kemudian dari seluruh operannya tersebut, 13 menjadi operan kunci (2 menjadi assist), sementara musim lalu ia berhasil menciptakan 27 operan kunci yang berbuah 3 assist.

Untuk lebih memahami permainan Manchester United di bawah Louis van Gaal, kami telah menulis beberapa ulasan seperti berikut ini:

Apa Sebenarnya Filosofi Louis van Gaal?

Keputusan-keputusan Aneh Louis van Gaal

Louis van Gaal, Benteng Terakhir United dalam Perang Komentar di Media

Bersabarlah, Fans Manchester United!


Kesimpulan

Liga Primer Inggris masih menyisakan 12 matchday lagi, jadi masih ada cukup waktu bagi Van Gaal dan United untuk bisa mengembangkan lebih jauh Fellaini, Young, dan Valencia.

Ketiga pemain di atas banyak diprediksi akan pergi di awal musim ini, sehingga membuat performa mengesankan mereka sampai sekarang menjadi sebuah bonus... atau lebih tepatnya tiga buah bonus, bonus yang tak terduga.

Selain David De Gea yang tentunya tidak pernah mengecewakan, baik Fellaini, Young, dan Valencia, dalam kapasitas yang berbeda dan untuk alasan yang berbeda, dapat berkontribusi untuk mengembalikan United ke posisi empat besar dan atau kejayaan di Piala FA.

Menggemaskan jika performa serupa ditunjukkan oleh Wayne Rooney dan Robin van Persie di sisa musim ini, karena keduanya merupakan dua pemain andalan Ferguson dan Moyes pada tiga musim terakhir.

Belum lagi ada Angel Di Maria dan Radamel Falcao, sebenarnya United sudah menyia-nyiakan potensi anugerah terbesar yang mereka miliki. Kita bisa membayangkan betapa menakutkannya United jika mereka sudah menemukan irama yang tepat. Jadi, bersabarlah saja, ya, suporter Manchester United...

Satu hal yang jelas, dalam musim yang sulit ini, penggemar United dapat mengambil hiburan bahwa “the unholy trinity” Marouane Fellaini, Ashley Young, dan Luis Antonio Valencia telah menemukan “renaissance” mereka, sebuah revolusi untuk (semoga) kejayaan di masa depan.

Komentar