Borussia Dortmund semakin terpuruk setelah--lagi-lagi--mengalami kekalahan di Bundesliga. Kali ini giliran tim peringkat keempat, Augsburg, yang menjungkalkan pasukan Jurgen Klopp di Signal Iduna Park. Akibat kekalahan ini, Dortmund menghuni posisi juru kunci dengan hanya mengoleksi 16 poin dari 17 pertandingan yang dijalani.
Buruknya hasil yang diterima oleh kesebelasan yang dua tahun lalu berhasil masuk ke babak final Liga Champions ini, membuat mereka sampai harus meminta maaf kepada para fans pasca pertandingan melawan Augsburg. Matt Hummels dan kolega tidak bisa berkata-kata dan hanya menerima kritik, saran, hingga amarah yang datang dari fans.
Cukup mengherankan melihat Dortmund terpuruk begitu dalam pada musim ini. Mereka memang kehilangan satu pemain yang begitu diandalkan pada musim lalu: Robert Lewandowski. Striker Polandia tersebut hengkang ke rival mereka, Bayern Munich. Musim lalu, Lewandowski menyumbang 20 gol bagi Dortmund di Bundesliga. Secara keseluruhan, pesepakbola berusia 26 tahun ini telah menyumbangkan 74 gol selama empat tahun membela Borussia Dortmund.
Namun, Dortmund juga bukannya tidak mendatangkan siapa-siapa untuk menggantikan Lewandowski pada musim ini. Ciro Immobile didatangkan dari Torino. Ia berhasil mencetak 20 gol bagi Torino pada musim lalu. Secara permainan pun, Immobile dan Lewandowski sebenarnya tidak jauh berbeda, maka seharusnya Immobile cukup layak dijadikan pengganti Lewandowski.
Ditambah lagi, Klopp juga mendatangkan satu striker lainnya. Striker asal Kolombia yang musim lalu membela Hertha Berlin, Adrian Ramos. Jika melihat catatan jumlah golnya pada musim lalu, pemain ini juga bukan pemain sembarangan. Sebanyak 16 gol telah ia sumbangkan bagi Herta Berlin.
Hadirnya Immobile dan Ramos bukan alasan Dortmund terpuruk saat ini. Ditambah lagi, mereka juga mendatangkan mantan bintangnya asal Jepang, Shinji Kagawa, yang kembali dari Manchester United. Dengan kondisi, skuat Dortmund sama sekali tidak terlihat mengalami penurunan kualitas. Faktanya, prestasi Dortmund di Bundesliga, munurun tajam. Mereka tidak lagi menjadi pesaing Bayern Munich di papan atas. Kini saingan mereka adalah Hertha Berlin, Vfb Stuttgart, dan Freiburg yang sama-sama berjuang dari zona degradasi.
Kita akan dibuat semakin heran jika melihat catatan statistik yang diraih Dortmund pada musim ini yang tidak jauh berbeda dengan yang mereka raih pada musim lalu. Dortmund memiliki jumlah tembakan ke gawang yang tinggi. Sebanyak 16,9 kali tendangan per pertandingan dilakukan Dortmund. Angka ini hanya kalah dari sang pemuncak klasemen Bayern Munich yang mencatatkan 18,3 kali tendangan.
Musim lalu, Dortmund tercatat melepaskan 18,1 tendangan ke gawang per pertandingannya, yang juga hanya kalah dari Bayern Munich dengan 18,7 kali per pertandingan. Bedanya, pada musim lalu, tingginya jumlah tembakan ke gawang tersebut bisa dikonversi menjadi gol. 80 gol berhasil mereka cetak atau 12%. Musim ini, rasio konversi tendangan menjadi gol mereka hanya 5%.
Begitu pula pada kondisi pertahanan. Gawang mereka cenderung sedikit diancam oleh lawan. Musim lalu gawang mereka hanya diancam sebanyak 9,8 kali per pertandingannya. Lagi-lagi, hanya Bayern Munich yang lebih sedikit dari mereka dengan 8,9 kali per pertandingan. Musim ini pun tidak berbeda. Gawang mereka hanya diancam 9,1 kali, dan hanya Bayer Leverkusen serta Bayern Munich yang lebih sedikit dari ini.
Sama dengan jumlah gol, hasil dari ancaman ini pun berbanding terbalik. Jika musim lalu ancaman sedikit berujung pada jumlah gol yang sedikit, tapi pada musim ini ancaman yang sedikit tidak berhasil menghindarkan Dortmund dari kemasukan. Hingga pekan ke-19 mereka kemasukan 28 gol. Padahal musim lalu mereka hanya kemasukan 38 gol hingga akhir musim.
Dalam beberapa musim terakhir ini, Dortmund memang dikenal memperagakan gaya permainan agresif yang langsung menekan ke daerah pertahanan lawan. Cara ini membuat Dortmund bermain dengan garis pertahanan tinggi untuk membuat lawan tertekan di area mereka sendiri.
Hal inilah yang membuat Dortmund memiliki rataan tembakan ke gawang cukup tinggi, karena mereka akan terus menekan lawan dan melakukan percobaan ke gawang. Meski begitu, mereka tidak akan memiliki akurasi operan yang tinggi. Karena setelah berhasil merebut posisi, mereka akan langsung berusaha secepat mungkin menciptakan peluang tanpa melakukan terlalu banyak melakukan penguasaan bola.
Saat menjadi juara pada 2011, rata-rata tingkat penguasaan bola Dortmund hanya 51%, peringkat keenam tertinggi di liga. Kondisi ini berubah saat mereka kini berada di posisi buncit klasemen sementara. Rata-rata penguasaan bola mereka dalam 19 pertandingan mencapai 55%. Jika kita lihat catatan historis dari 2011 hingga kini, angka penguasaan bola Dortmund memang cenderung meningkat.
Hal ini terjadi akibat lawan-lawan yang menghadapi Dortmund kini mulai mengerti cara permainan Dortmund. Mereka akhirnya memilih untuk bermain dengan garis pertahanan sangat rendah, dan menunggu celah untuk melakukan serangan balik. Celakanya, Dortmund berhasil termakan oleh cara ini. Para penyerang mereka tidak cukup tenang untuk mengeksekusi peluang ditengah kerumunan bek-bek lawan.
Data yang ditampilkan oleh ESPNFC menunjukan bahwa dari total tembakan non-penalti yang mereka lakukan musim ini, 109 diantaranya dilakukan pada area berbahaya. Maka, seharusnya tidak ada alasan bagi Dortmund untuk tidak bisa mencetak banyak gol.
Begitu pula dengan barisan pertahanan. Garis pertahanan yang tinggi tentu akan rawan dengan serangan balik lawan. Barisan pertahanan Dortmund seringkali hilang fokus sehingga memberikan kesempatan bagi lawan untuk menembusnya. Salah satu contoh yang paling dekat adalah gol kemenangan Augsburg. Ketika itu bek kanan mereka, Kevin Gro?kreutz, kehilangan bola di daerah sendiri yang menyebabkan Augsburg mampu melancarkan serangan balik cepat dan mencetak gol.
Maka sepertinya tidak ada alasan bagi Dortmund untuk terdegradasi musim ini. Keterpurukan yang terjadi pada mereka saat ini, hanya disebabkan karena kesalahan-kesalahan mendasar yang mereka lakukan sendiri. Lawan-lawan mereka memang mulai mengetahui cara untuk menetralisir cara permainan mereka. Namun bukan berarti mereka tidak bisa membalikan kembali keadaan ini.
Immobile yang sudah membuktikan ketajamannya di Serie A harus bisa sesedikit mungkin menyia-nyiakan peluang. Atau mungkin, Adrian Ramos yang pada musim lalu menunjukkan kemampuannya dengan mencetak 16 gol di Bundesliga. Jika semua pemain mampu menunjukan kemampuan mereka yang sesungguhnya, seharusnya tidak sulit bagi Dortmund untuk segera keluar dari zona degradasi.
Dortmund masih memiliki setengah musim lagi untuk memperbaiki kondisi mereka. Tentu ini merupakan waktu yang sangat cukup untuk itu. Mereka harus lebih fokus pada setiap pertandingan. Setiap peluang yang tercipta seharusnya bisa berbuah gol. Dan tidak ada kesalahan mendasar yang menyebabkan mereka kemasukan gol.
Ini, tentu saja, akan menjadi pekerjaan besar bagi Klopp di sisa musim 2014/2015. Bukan pekerjaan yang mudah memang, tapi juga bukan satu pekerjaan yang mustahil dilakukan.
Komentar