Gejolak yang saat ini terjadi di Ukraina tampaknya mulai memiliki efek pada dunia olahraga. Beberapa sumber melaporkan enam pemain Shakhtar Donetsk yang berasal dari Amerika Selatan menolak untuk kembali ke Ukraina setelah menjalani pra-musim di Prancis beberapa waktu lalu.
Adalah Douglas Costa, Fred, Dentinho, Alex Teixeira, Facundo Ferreyra dan satu pemain yang tidak disebutkan namanya, yang tak ikut kembali dalam penerbangan tim menuju negara Eropa Timur itu.
Salah satu pandit kenamaan, Tancredi Palmieri, mengaku tak terkejut dengan berita tersebut. Bahkan pria asal Italia itu menyebutkan bahwa keenam pemain itu bisa menjadi permulaan dalam antrean panjang pemain Shakthar yang dikabarkan tak nyaman menjalani hidup di Ukraina. Di Shakthar sendiri saat ini ada 12 pemain asal Amerika Latin.
Sebelumnya, Bernard dikabarkan ingin hengkang karena ingin berkarir di level yang lebih tinggi. Selain itu, beberapa pemain dikabarkan sedang diincar oleh beberapa klub Ligue 1. Misalnya Douglas Cousta dan Teixeira yang sering dihubung-hubungkan dengan AS Monaco. Ligue 1 memang menjadi daftar teratas tujuan para pemain Brasil mengingat kepindahan pemain Brasil ke klub Inggris sering terbentur masalah izin kerja.
Jika pemain-pemain tersebut benar-benar tak mau lagi bergabung dengan itu, ini tentunya sangat merugikan bagi Shakhtar. Lima pemain yang disebutkan di atas adalah pemain-pemain kunci Shakhtar mendominasi di liga domestik (meraih gelar juara lima kali secara beruntun) dan juga bisa berbuat banyak di kompetisi Eropa dalam beberapa tahun terakhir.
Kerugian lain yang akan didapatkan Shakthar adalah kemungkinan besarnya pemain-pemain berkualitas ini dijual dengan harga murah. Keadaan seperti ini tentunya membuat tim sangat kesulitan untuk mendapatkan harga yang sesuai.
Ditambah lagi dengan bursa transfer yang semakin mendekati dimulainya liga membuat tim memiliki sedikit waktu untuk mencari pengganti yang sepadan. Situasi di Ukraina saat ini pun bisa membuat para pemain baru berpikir ulang untuk berkiprah di Ukraina.
Ketidakstabilan keamanan yang diakibatkan konflik dan protes yang terjadi di sejumlah kota Ukraina timur ini sudah terjadi selama berbulan-bulan. Ini bermula dari pernyataan sang presiden, Viktor Yanukovych, yang ingin menjalin hubungan bilateral lebih erat dengan Uni Eropa, yang berkemungkinan besar kembalinya Ukraina menjadi bagian Rusia.
Presiden Yankovych sendiri akhirnya digulingkan secara paksa dari kursi kepresidenan setelah 450.000 warga yang menentang keputusan itu berunjuk rasa di Kiev. Namun meskipun begitu, konflik domestik antara Pro-Ukraina dan Pro-Rusia masih terjadi sampai saat ini.
Krisis ini semakin meningkat dalam seminggu terakhir di mana bentrokan mematikan terjadi di kota pelabuhan, Odessa. Apa yang terjadi di Odessa itu merupakan hari paling mematikan dari krisis Ukraina sejak penggulingan Presiden Viktor Yanukovych. Setidaknya 46 orang tewas di kota pelabuhan Laut Hitam pada hari Jumat menyusul bentrokan antara separatis pro-Rusia dan aktivis pro-Ukraina.
Dengan masalah yang sedang terjadi itu dan juga tak adanya tanda-tanda konflik ini akan mereda, maka wajar jika enam pemain tersebut enggan kembali untuk bergabung dengan tim. Karena siapa pula yang mau bermain sepakbola ditengah teror yang menghantui disekitarnya?
foto:
[ar]
Komentar