Pebisnis Singapura, Peter Lim, selangkah lagi mengakuisisi Valencia. Dengan dukungan finansial yang baru, manajemen berharap Valencia bisa kembali berjaya di Eropa.
Cerita tak berhenti sampai di situ. Ada angan yang masih ingin digapai Peter Lim.
Pelatih Valencia, Nuno Espirito Santo, mengatakan pintu terbuka lebar bagi pemain asli Singapura untuk bermain di Eropa satu saat nanti. Pria yang baru ditunjuk pada Juli lalu tersebut mengatakan kemungkinan ke arah situ masih tetap ada.
Saat masih melatih Rio Ave, Nuno sebenarnya sudah kepincut untuk merekrut Hariss Harun untuk bermain di Liga Portugal. Sayangnya, ia keburu melatih Valencia sehingga transfer tersebut tak terlaksana.
"Aku tak percaya, bahwa tidak ada peluang bagi pemain Singapura untuk bermain di Valencia, " tambahnya, "Begini, dua tahun lalu, kami hampir merekrut Hariss Harun untuk pindah ke Rio Ave. "
Hal ini memberikan contoh bahwa ada pemain yang memiliki kualitas dan mampu berkembang. Mereka bisa bermain di Eropa suatu saat nanti. "Aku menyaksikan sejumlah pertandingan timnas Singapura. Bukan hanya Hariss, namun sejumlah ada pula sejumlah pemain. Mereka harusnya bergabung bersama pemain-pemain terbaik. Dan yang terbaik saat ini ada di luar Asia, di Eropa. "
Nuno menambahkan, Valencia bisa saja berangkat ke Singapura pada pre-season musim depan.
"Kami tahu bahwa kami memiliki tanggung jawab besar karena Peter Lim ingin sukses, " katanya "Ia ingin membuat Valencia lebih kuat sehingga ini tergantung kami untuk bekerja keras dan membuat semuanya terjadi. "
Singapura kini memiliki Peter Lim sebagai penghubung agar pemain asli Singapura bisa main di Valencia. Kondisi ini sesungguhnya mirip saat Thaksin Shinawatra membeli Manchester City. Suree Sukha, Kiatprawut Saiwaeo, dan Teerasil Dangda pernah menjalani trial di klub yang kini dimiliki Syeikh Mansour tersebut.
Pengusaha Indonesia, Erick Thohir sebenarnya memiliki klub Inter Milan. Sempat tersiar kabar bahwa ia akan memboyong pemain Indonesia ke klub yang bermarkas di Stadion Guiseppe Meazza tersebut. Ia pun mengajukan sejumlah syarat.
"Syaratnya adalah pemain Indonesia tersebut harus punya daya tahan, ketika tidak dimainkan harus bersaing untuk kembali dimainkan. Selain itu daya tahan untuk merantau, daya tahan untuk beradaptasi dengan lingkungannya, dan daya tahan mental untuk terus meningkat. Pemain Indonesia sering gagal di luar negeri. Kalau merasa sudah jago lalu happy, itu yang membuat atlet kita gagal," kata Thohir.
Boleh dibilang, "menitipkan" pemain pada pemilik klub menjadi pilihan yang paling mungkin. Inilah satu-satunya kesempatan melihat pemain berpaspor hijau tampil di kompetisi elit Eropa. Penyebabnya adalah exposure yang diterima jika bermain di Liga Indonesia tidak setinggi dibandingkan Liga Jepang atau Liga Korea, misalnya. Meski sering berprestasi di kompetisi usia dini, tapi sesungguhnya Indonesia tidak begitu seksi bagi para pemandu bakat.
Tentu saja, syaratnya pemain yang dipromosikan mesti benar-benar berkualitas. Jangan sampai, pemain yang oleh klub Indonesia saja ditolak, tapi malah disertakan. Ini karena menyangkut nama Indonesia sendiri.
Tengok Teerasil Dangda. Setahun trial di Manchester City dan mencicipi persaing di Atletico Madrid membuat Almeria tertarik untuk meminjamnya dari Muanthong United. Meskipun "hanya " bermain di klub sekelas Almeria, tapi ini menunjukkan bahwa klub tersebut menganggap kemampuan Dangda dibutuhkan untuk membantu klub.
Lantas, kapan pemain Indonesia berlaga di kompetisi top Eropa? Adakah pemain yang sudah memenuhi syarat Erick Thohir? atau memang Thohir yang setengah-setengah mengekspor pemain Indonesia bermain di klubnya? biarlah waktu yang menjawab.
Sumber gambar: todayonline.com
Kapan Pesepakbola Indonesia Bisa Bersaing di Eropa?
Beritaby Redaksi 46 05/09/2014 18:16 229902
Komentar