Apa yang ditakutkan para pendukung Persewangi Banyuwangi, Laros Jenggirat, menjadi kenyataan. Kesebelasan yang diagung-agungkannya itu, gagal berangkat ke Papua untuk bertanding melawan Persigubin Gunung Bintang dalam lanjutan babak 16 besar divisi utama yang seharusnya digelar hari ini (10/9). Ini berarti, Persewangi dinyatakan kalah WO (3-0) dan mungkin akan mendapatkan sanksi dari PSSI.
Sebelumnya, para Laros Jenggarot sudah menduga bahwa ada indikasi kesebelasan Persewangi tak akan berangkat ke Papua. Karena hingga H-1, para pemain dan ofisial tim masih berada di Banyuwangi dan tak ada tanda-tanda akan keberangkatan mereka.
Kejadian ini menjadi puncak masalah yang dialami Persewangi. Masalah finansial memang terus menghantui perjalanan mereka pada musim ini meski berhasil lolos ke babak 16 besar. Hal itu pernah dikatakan langsung oleh sang pelatih, Bagong Iswahyudi, beberapa waktu lalu.
âSeperti inilah kondisinya, persiapan minim, dan pemain sudah tak ada motivasi. Mau TC (pemusatan latihan), kami tak ada dana. Bahkan kami sudah tak lagi latihan, langsung bermain,â ujar Iswahyudi seperti dikutip dari Goal.com.
Kabarnya, manajemen masih menunggak gaji pemain dan pelatih dua bulan terakhir. Inilah yang memicu para pemainnya bermain tanpa motivasi, di mana menurut Iswahyudi menjadi faktor utama tim nya gagal meraih kemenangan di dua laga awal babak 16 besar.
Menurut beberapa sumber, karena masalah ini pula salah satu pemain andalannya, Jainal Ikhwan, tak tampil kala Persewangi ditekuk Martapura FC 0-1. Jainal Ikhwan tak menunjukkan batang hidungnya saat pertandingan langsung. Hal ini diungkapkan akun Twitter suporter Persewangi [@BwiPersewangi].
Faktor Kekalahan Persewangi : 1. Jainal Ikhwan adalah pemain professional berlabel Timnas, tapi tadi dia tidak datang.
â Persewangi Bwi (@BwiPersewangi) https://twitter.com/BwiPersewangi/status/508242915764629507
">September 6, 2014Apa yang terjadi pada Persewangi ini menambah daftar panjang atas carut marutnya pengelolaan liga yang berdampak pada klub itu sendiri. Sebelumnya beberapa tim divisi utama pun menyatakan mundur karena alasan serupa, krisis finansial.
Klub mungkin salah karena tak mampu mengelola keuangan mereka sehingga hal seperti ini terus terjadi. Tapi seperti dalam editorial kami beberapa waktu lalu, di mana PSSI sebagai pengurus liga ikut bertanggung jawab atas permasalahan yang selalu menjadi teror bagi setiap tim di divisi utama, bahkan Liga Super Indonesia.
foto: ligaindonesia.co.id
Komentar