âTunjukkan senjatamu! Lari, berani masuk kotak penalti dan lepaskan tembakan!â ujar Yani Fathurrachman, pelatih Jember United (JU), kepada Faisol Yunus saat turun minum. Faisol yang menjadi pemain andalan JU memang butuh suntikan semangat karena sedang tertinggal 0-1 pada laga final Piala Soeratin 2014.
Lecutan semangat itu ternyata benar-benar merasuki Faisol Yunus saat menjalani 45 menit babak kedua. Pemuda kelahiran 2 Januari 1997 ini menyamakan kedudukan pada menit ke-62 setelah melewati beberapa pemain Persis Solo junior lalu melepaskan tembakan yang tak mampu dijangkau kiper Muhammad Ihsan.
Akselerasi dan kecepatannya merupakan keunggulan Faisol. Hal itu dibuktikan 10 menit pasca golnya tercipta, ia kembali melakukan penetrasi ke dalam kotak penalti Persis Solo. Pergerakannya yang begitu membahayakan ini membuat bek Persis, Fredyan Wahyu, menjatuhkan Faisol yang berbuah hukuman penalti. Dian Sasongko pun berhasil mengonversi tendangan 12 pas tersebut sehingga membuat JU berbalik unggul.
Dian Sasongko, memang, menambah gol bagi JU sehingga menjadikan skor 3-1 dan memastikan kemenangan JU atas Persis. Namun bintang pada laga puncak tersebut lebih layak disematkan pada Faisol Yunus. Dan klimaksnya, Faisol pun dinobatkan sebagai pemain terbaik Piala Soeratin 2014.
Menjadi pemain terbaik pun bukan karena Faisol memberikan penampilan yang istimewa pada laga final saja. Sepanjang turnamen, pemain berusia 16 tahun tersebut merupakan andalan JU. Dan ia mampu menjadi pemain yang sangat bisa diandalkan oleh tim.
Gol paling krusialnya adalah ketika berlaga pada babak semi-final di mana ia berhasil mencetak dua gol. Dua gol yang ia ciptakan ini membuat JU berhasil membalikkan keadaan dan mengalahkan Bontang FC junior dengan skor 3-2.
Sementara itu, untuk penghargaan pencetak gol terbanyak Piala Soeratin 2014 diraih oleh gelandang Persib Junior, Gian Zola Nasrullah. Torehan gol Gian unggul empat gol atas Faisol dan Mohammad Edo dari Persis yang masing-masing mencetak lima gol. Padahal, Zola bukan seorang penyerang, melainkan gelandang. Sering menjadi gelandang serang, bahkan kadang menjadi gelandang bertahan yang mengatur tempo permainan dari kedalaman bersama duetnya, Hanif.
Penghargaan ini tentunya menjadi pelipur lara bagi Gian karena dirinya memang tak bisa memberikan gelar bagi Persib yang terhenti pada babak perempat final. Namun bagi Zola, prestasi ini membuatnya semakin bersemangat dan selalu berusaha tampil lebih baik lagi.
âStatus top scorer ini justru saya posisikan sebagai penyemangat saya untuk tampil lebih baik lagi. Saya sama sekal belum cukup puas atas raihan yang sudah saya dapatkan selama ini,â tukas Zola seperti dikutip dari bolanews.com.
Secara kualitas, Zola memang cukup layak untuk meraih prestasi setinggi-tingginya. Kualitasnya yang bisa dibilang di atas rata-rata pemain seusianya, membuatnya sempat masuk dalam skuat Persib U-21 pada musim lalu. Namun Zola lebih memilih membela Persib U-17 untuk mematangkan kemampuannya sebelum naik level.
Nama Zola sebenarnya memang disebut-sebut sebagai pemain masa depan Indonesia. Tahun lalu, ia menjadi pemain terbaik dan pencetak gol terbanyak serta membawa timnya, Saswco FC, menjadi juara pada Manchester United Premier Cup Indonesia 2013. Atas status juara ini, Saswco FC kemudian menjadi perwakilan Indonesia untuk berlaga pada Manchester United Premier Cup Global 2013 yang diselenggarakan di Old Trafford, Manchester.
Zola adalah pemain kidal. Posisinya sebagai gelandang serang, kerap berada di belakang striker, membuat umpan-umpan kaki kirinya menjadi tumpuan tim. Ia terkenal karena kontrol bola yang baik, keeping bola yang liat, dan umpan-umpan terobosan yang kerap mengejutkan. Di Bandung, nama Zola sudah menjadi buah bibir para pecinta bola sejak 2-3 tahun terakhir.
Semoga baik Zola maupun Faisol bisa berkembang menjadi pemain profesional dan menjadi bintang baru sepakbola Indonesia. Sehingga, keduanya bisa memberikan prestasi bagi tim nasional Indonesia di masa yang akan datang.
Komentar