Blunder merupakan hal yang tak jarang dilakukan oleh seorang pesepakbola. Biasanya, blunder bukan cuma memengaruhi mental pelakunya, tapi juga pada tim secara keseluruhan. Jika sebuah kesebelasan sudah unggul, atau lebih dulu kalah, beban yang ditanggung menjadi lebih berat selama pertandingan. Kebanyakan, sang pelaku blunder yang menjadi kambing hitam atas kekalahan yang diraih kesebelasannya tersebut.
Blunder ini pula yang dilakukan oleh Idris Kameni sewaktu timnya, Malaga, menjamu Valencia pada lanjutan La Liga pekan ke-27 Rabu (3/3) malam. Pada laga yang dihelat di Estadio La Rosaleda tersebut, Malaga terlebih dahulu unggul lewat gol Duje Cop pada menit ke-14 setelah sukses melesakkan bola ke tiang jauh dari Diego Alves, penjaga gawang Valencia.
Lalu keadaan berbalik setelah Kameni melakukan blunder fatal jelang akhir babak pertama. Tepatnya pada menit ke-41, kiper asal Kamerun tersebut salah menghalau bola hasil crossing dari Paco Alcácer dari sisi kiri pertahanan Malaga. Bola mengoyak jalanya sendiri setelah Kameni yang berniat membuang bola ke samping gawang gagal melakukannya dan malah berbuah gol bagi tim tamu.
Gol bunuh diri tersebut menjadi titik balik bagi tim asuhan Gary Neville untuk semakin menguasai pertandingan. Akhirnya, Denis Cheryshev berhasil mengembalikan keaadaan setelah sontekannya berhasil menembus gawang tim tuan rumah. Kemenangan ini membawa Valencia naik ke peringkat kesembilan, sementara itu anak asuh Javi Garcia harus turun ke posisi ke-11.
Dengan hasil tersebut tuan rumah Malaga harus menelan kekalahan setelah unggul pada 14 menit awal. Jika bisa disalahkan, tentu Kameni orangnya. Jika ia tak membuat kesalahan berbuah gol untuk tim kelelawar, belum tentu akan terjadi skenario seperti itu. Bisa jadi Malaga akan menang, atau mereka akan menambah jumlah golnya, atau Valencia hanya bisa melesakan satu gol atau bisa saja skor akan berakhir imbang. Segala kemungkinan-kemungkinan terbaik yang akan terjadi pasti diperbincangkan bila sesuatu yang buruk sudah terjadi.
Beruntung Kameni tidak hidup 60 tahun lalu, jika iya, mungkin kini nasibnya akan sama dengan Moacir Barbosa, kiper timnas Brasil di Piala Dunia 1950.
Baca juga: Memahami Para Pecundang Sepakbola Lewat Teori Kambing Hitam
Foto : Thesun.co.uk
Komentar