Piala Eropa 2016 akan berakhir awal bulan depan, tetapi Dane Robertson seorang pendukung timnas Inggris, masih akan tinggal di Prancis untuk lima bulan lagi. Ia tak akan tinggal di hotel berbintang, melainkan di hotel prodeo setelah didakwa telah menerobos masuk rumah seorang polisi.
Awalnya, Dane Robertson hanya ingin bersenang-senang di Prancis sembari menikmati hangatnya matahari di selatan Prancis. Sepanjang hari itu, ia berjemur dengan sejumlah rekannya. Namun, tiba-tiba saja rekannya yang lain mengajaknya untuk menonton kesebelasan negara Inggris di sebuah bar.
"Hal terakhir yang aku ingat adalah ruangan yang berputar-putar di sebuah bar Irlandia dan hal selanjutnya adalah terbangun di sel polisi," ucap Robertson dikutip dari Daily Mail.
Robertson jelas terkejut atas apa yang terjadi keesokan harinya. Menurut keterangan saksi, Robertson tiba di depan apartemen milik seorang polisi. Di tengah pengaruh alkohol, Robertson menyangka kalau itu adalah apartemen yang ia sewa dari Airbnb. Pada Sabtu dini hari, ia pun membuat keributan dengan mengetuk pintu dengan keras. Awalnya, dengan tangan, lalu ia meraih alat pemadam api dan menggedornya ke pintu.
Sang polisi pemilik rumah pun kaget. Ia membuka pintu dan mendapati pria asal Peterborough tersebut masuk ke dalam rumahnya. Perkelahian pun mulai terjadi karena Robertson justru mendorong sang pemilik rumah ke tembok. Kegilaan Robertson terhenti saat sang polisi menyemprotkan semprotan merica ke wajah pria lulusan Sheffield Hallam University ini.
"Aku tak pernah berbuat kekerasan sepanjang hidupku," sesal Robertson, "Aku sempat berpikir kalau waktu hidupku akan dihabiskan di penjara. Saat aku ada di penjara aku begitu ketakutan dan aku bilang dari lubuk hatiku kalau aku tak akan pernah menyentuh alkohol lagi. Cara alkohol memengaruhiku amat menakutkan."
"Aku bukan hooligan sepakbola yang datang ke Prancis untuk menyebabkan masalah. Kekerasan yang mengatasnamakan olahraga membuatku jijik," kata Robertson.
Sementara itu, pengacara yang membela Robertson, Cathy Guittare, telah diingatkan bahwa dengan membela Robertson, ia berarti membela "Seorang Inggris rusuh yang memukul polisi dan merusak rumahnya". Namun, Cathy tetap pada keputusannya karena yang ia hadapi ternyata anak muda yang tak bersalah yang dilingkupi dengan penyesalan dan ketakutan. Cathy bahkan menyatakan kalau polisi berlaku berlebihan terhadap insiden tersebut hanya karena Robertson adalah seorang Inggris.
Robertson ditahan dengan dakwaan mabuk dan membuat keonaran, perusakan, dan masuk tanpa izin. Atas dakwaan tersebut, Robertson mengaku bersalah. Ia diganjar hukuman penjara lima bulan dengan masa percobaan lima tahun.
"Anda meminum alkohol dalam jumlah yang banyak," kata hakim David Hill, "Anda meminum tiga perempat botol vodka, wine, dan bir. Sulit dibayangkan seberapa banyak Anda minum. Untungnya, korban tidak terluka tapi sangat ketakutan. Jangan minum lagi dengan teman-temanmu untuk merayakan keputusan ini."
Sementara itu, rekan-rekan Robertson yang lain kebingungan mencari. "Kami pikir ia tenggelam di laut," ucap salah satu rekannya, Dan. "Kami pergi ke rumah sakit dan ke tiga kantor polisi untuk mencarinya. Lalu, 20 jam kemudian kami melihatnya kembali ke apartemen dengan tangan terborgol dengan lima petugas kepolisian yang mencari paspornya.
"Kami merasa sangat buruk karena Dane bahkan tak suka sepakbola. Kami mengajaknya datang ke Prancis dan ini yang terjadi. Ayah dan ibunya sampai sakit-sakitan karena memikirkannya," tutup Dan.
Sementara itu, aksi yang dilakukan oleh kepolisian merupakan dampak dari kejadian mengerikan beberapa waktu silam. Kala itu, seorang petugas kepolisian dan kekasihnya dibunuh di rumahnya dua minggu lalu, oleh seseorang yang mengaku sebagai ISIS. Motifnya pun mirip dengan apa yang dilakukan Robertson yakni dengan menggedor pintu rumah.
Atas apa yang dilakukan Robertson, ia mesti menunda kepulangannya karena harus berurusan dengan polisi dan langsung disidang saat itu juga. Ia bahkan mestinya berada di Prancis lebih lama menyusul kurungan lima bulan yang dijatuhkan kepadanya. Beruntung hakim memberinya "keringanan" dengan memberikan hukuman percobaan untuknya di mana kalau dalam lima tahun ia berbuat serupa, ia akan mendapatkan hukuman atau mungkin lebih berat.
Di sisi lain, Inggris justru pulang lebih cepat setelah kalah 1-2 dari Islandia. Kekalahan ini terbilang menyesakkan karena banyak pengamat yang yakin kalau Inggris mestinya bisa lebih perkasa dengan melibas Islandia. Semoga saja para pemain Inggris langsung pulang, dan tidak mabuk-mabukan lalu membuat keonaran di Prancis agar mereka bisa pulang sesuai jadwal.
Komentar