Setelah melanjutkan kebijakan tiket gratis bagi orang-orang yang berpendapatan rendah, SV Darmstadt 98 kembali membuat sebuah kebijakan unik. Darmstadt mengubah stadion tempat mereka bertanding, Merck-Stadion am Böllenfalltor, dengan nama salah satu suporternya, Jonathan Heimes.
Kebijakan yang rencananya akan diterapkan khusus untuk musim 2016/2017 ini akan menambahkan nama am Böllenfalltor menjadi Jonathan-Heimes-Stadion am Böllenfalltor. Heimes sendiri adalah suporter dari SV Darmstadt 98 yang meninggal pada Maret 2016 lalu karena penyakit kanker yang ia derita sejak umur 14 tahun. Ketika ia meninggal, ia masih berusia 26 tahun.
Perusahaan yang namanya ada di dalam nama stadion am Böllenfalltor sebelumnya, Merck, mengizinkan nama Heimes untuk digunakan sebagai nama stadion untuk musim 2016/2017 ini. Ide penamaan ini muncul dari ayah Heimes sendiri, Martin Heimes, yang merupakan pegawai dari perusahaan Merck.
Selain pihak Merck, walikota Darmstadt, Jochen Partsch, adalah pihak yang juga menyetujui tentang ide ini. Ia mengungkapkan bahwa ini adalah salah satu bentuk dukungan dari pemerintah setempat kepada Heimes. "Ini adalah aksi unik, sekaligus juga merupakan bentuk dukungan dari kami kepada warga kami," ujar Partsch seperti dilansir The Guardian.
Kapten tim SV Darmstadt, Aytac Sulu, juga mengungkapkan bahwa penamaan ini akan menjadi motivasi tersendiri bagi para pemain Darmstadt untuk tampil lebih trengginas dalam ajang Bundesliga 2016/2017. Penamaan ini akan memberikan sebuah tenaga ekstra bagi para pemain SV Darmstadt.
"Keterikatan kami kepada Johnny (Jonathan Heimes) akan memberikan kami tenaga ekstra. Kami ingin bertarung kembali musim ini dengan keterikatan kepada Johnny yang lebih kuat dari sebelumnya," ucapnya seperti dilansir ESPNFC.
Die Lillien memang dikenal sebagai klub yang berusaha melawan "pengecualian dan pengkhususan". Segala kebijakan mereka yang berusaha melawan "pengecualian dan pengkhususan" ini kerap didukung oleh pemerintah setempat. Dalam kebijakan tiket gratis bagi yang berpendapatan rendah pun, mereka mengintegrasikannya bersama dengan produk pemerintah yang disebut Teilhabecard.
Meski bukan klub papan atas Bundesliga, dan mereka hanya kerap mondar-mandir di papan tengah dan bawah klasemen Bundesliga (musim 2015/2016 mereka mengakhiri Bundesliga di peringkat ke-14), namun, mereka secara tidak langsung telah menyatukan warga kota Darmstadt dan membuat kota itu menjadi hidup. Oleh karenanya, setiap kebijakan yang mereka lakukan, biasanya mendapat dukungan dari pemerintah.
Entah apa lagi kebijakan menarik yang akan Darmstadt lakukan ke depannya. Semoga, itu tetaplah kebijakan yang positif bagi warga Darmstadt.
foto: Wikimedia
Komentar