Perjuangan Wilshere di Bournemouth Pun Tak Mudah

Berita

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Perjuangan Wilshere di Bournemouth Pun Tak Mudah

Usianya masih muda, 24 tahun. Ia pun memiliki kemampuan teknik yang cukup baik untuk ukuran gelandang Inggris. Tapi entah kenapa ia selalu sulit untuk menunjukkan penampilan terbaiknya di Arsenal, hingga akhirnya ia terdampar di AFC Bournemouth sejak awal musim 2016/2017.

Itulah Jack Wilshere, gelandang yang sempat digadang-gadang akan menjadi gelandang masa depan timnas Inggris dan Arsenal. Gelandang yang juga dianggap memiliki kemampuan yang berbeda dari kebanyakan gelandang timnas Inggris. Tapi itu dulu, saat Wilshere masih muda dan cedera belum membekapnya. Makin bertambah usia, Wilshere justru tidak berkembang.

Faktor cedera adalah salah satu hal yang membuat Wilshere kerap tidak dimainkan oleh Wenger ketika masih membela Arsenal. Bahkan pada musim 2015/2016, ia lebih banyak menghabiskan waktunya di ruang perawatan daripada di lapangan. Maka ketika ia dipanggil masuk timnas Inggris, banyak keraguan yang menyeruak. Keraguan yang akhirnya berbuah menjadi kenyataan karena Wilshere tidak dapat berkontribusi maksimal untuk timnas.

Itulah yang membuat Wenger bahkan sampai rela melepas Wilshere. Itu tidak lain untuk kebaikan dan masa depan Wilshere sendiri, apalagi ia masih muda dan masih bisa berkembang menjadi pemain yang bagus.

Usai menerima tawaran dari banyak klub, akhirnya pemain kelahiran Stevenage ini memilih untuk membela AFC Bournemouth sebagai klub tempat ia berjuang untuk menemukan kembali penampilan terbaiknya. Tapi ternyata hal itu tidak semudah yang ia kira.

Masih Berjuang di Bournemouth

Wilshere sudah menjalani lima pertandingan bersama Bournemouth (tiga pertandingan sejak menit pertama). Dari lima pertandingan tersebut, kontribusi Wilshere belum terlalu terasa, terutama dari segi gol dan asis. Dari lima pertandingan bersama Bournemouth ia sama sekali belum menciptakan gol ataupun asis, bahkan ketika Bournemouth membantai Hull City 6-1 dalam beberapa waktu lalu.

Inilah mungkin yang membuat kehadiran Wilshere tidak begitu terasa dalam tim. Meski acap ditempatkan sebagai gelandang serang, Wilshere juga jarang terlibat dalam peluang yang diciptakan oleh Bournemouth. Sampai lima pertandingan ini, tercatat ia hanya menorehkan lima chances created saja.

Meski begitu, manajer Bournemouth, Eddie Howe, tidak menampik bahwa kehadiran Wilshere membawa perubahan dalam permainan timnya. Howe menganggap, kemampuan teknik Wilshere yang dapat membagi bola dengan baik di area sepertiga lapangan akhir lawan membuat serangan timnya menjadi lebih mengalir.

“Ia memiliki pengaruh yang cukup besar dalam tim, meski pengaruhnya itu tidak terlihat secara langsung oleh mata telanjang karena ia hanya membagi bola saja. Tapi tetap ia adalah aktor di balik sepakbola bagus yang kami mainkan. Saya juga senang ia berkembang setiap waktu,” ujar Howe.

Memang rataan umpan sukses Wilshere di area sepertiga akhir lawan cukup tinggi. Rataan umpan suksesnya di area sepertiga akhir lapangan lawan berada di angka 89%, dengan jumlah 41 umpan sukses dan lima umpan gagal, tertinggi di antara para pemain Bournemouth.

Walau memiliki catatan baik di area sepertiga akhir lapangan lawan, jika sulit mencetak gol dan asis (apalagi ia adalah gelandang serang) maka tetap saja ada hal yang kurang dari Wilshere ini. Dalam aspek gol dan asis ini, pemain yang juga pernah mengalami masa peminjaman di Bolton ini masih terus berjuang.

Apakah Wilshere Memiliki Kekuatan Fisik yang Cukup?

Liga Primer adalah liga yang terkenal menggunakan fisik, terutama dalam hal distance covered, atau area yang harus dilingkupi oleh pemain selama bermain. Fisik dan stamina yang prima dibutuhkan agar pemain yang bermain dalam Liga Primer mampu berlari selama 90 menit.

Inilah faktor yang sempat membuat Wilshere sulit bersaing di Liga Primer. Meski memiliki kemampuan teknik yang baik, kemampuan fisiknya yang kurang inilah yang membuat ia acap mudah terkena cedera yang mengharuskan ia beristirahat dalam waktu yang cukup lama. Akhirnya jam terbang Wilshere pun menjadi kurang. Hal ini dipahami betul oleh Eddie Howe.

“Meningkatkan kemampuan fisik sekaligus kemampuan tekniknya adalah hal yang sedang kami usahakan untuk Wilshere. Ia memiliki kualitas, tapi kualitasnya itu sering hilang ketika fisiknya menurun. Banyak bertandingan adalah hal yang ia butuhkan sekarang,” ujar Howe.

Banyak berlari dan memiliki stamina yang baik adalah tuntutan tersendiri jika seorang pemain bermain di Liga Primer. Apalagi untuk musim ini, dalam tim-tim seperti Manchester City, Chelsea, ataupun Tottenham Hotspur yang mengharuskan para pemainnya banyak berlari untuk mengisi ruang-ruang kosong, kemampuan fisik adalah hal yang tak terelakkan.

Apakah Wilshere dapat menjadi pemain seperti itu? Masih belum jelas.

**

Sejatinya Wilshere belumlah terlalu tua. Di usianya yang ke-24 tahun ini masih banyak waktu baginya untuk berkembang, meningkatkan kekuatan fisik, sekaligus kembali mendapatkan tempat di Arsenal dan di timnas Inggris.

Tapi semua tergantung kepada Wilshere sendiri, apakah ia mampu meningkatkan kekuatan fisiknya tanpa mengalami cedera, atau malah sebaliknya. Sejarah cederanya yang kelam inilah yang mulai harus ia tinggalkan di masa lalu, jika memang ia ingin menjadi salah satu gelandang terbaik di Inggris.

foto: @OptaJoe

Komentar