Pelajaran dari Bergamo: Jangan Buru-buru Pecat Pelatih

Berita

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Pelajaran dari Bergamo: Jangan Buru-buru Pecat Pelatih

Atalanta sempat berada di bawah tekanan. Pada 21 September 2016, Atalanta kembali menelan kekalahan. Gol tunggal dari Ilija Nestorovski membuat Atalanta kalah 0-1 dari tuan rumah Palermo, sekaligus kekalahan keempat Atalanta pada awal musim 2016/2017. Ketika itu semua menyangka bahwa Atalanta akan segera memecat Gian Piero Gasperini.

Rumor pemecatan Gasperini ini berhembus begitu kencang di Bergamo, dan banyak yang mengatakan bahwa presiden klub, Antonio Percassi, akan segera menyiapkan pengganti Gasperini. Kesempatan terakhir bagi pelatih yang pernah menangani Inter dan Genoa untuk menunjukkan diri adalah pada saat Atalanta bertandang ke markas Crotone pada 25 September. Gasperini pun menerima tantangan itu.

**

Kejadian itu sekitar dua bulan yang lalu, saat Atalanta meraih satu kemenangan dan empat kekalahan dari lima laga awalnya di Serie A Italia 2016/2017. Siapa yang menyangka, ketika biasanya pelatih macam itu dipecat oleh klub, malah langsung menunjukkan perkembangan penampilan yang signifikan. Tercatat sejak mengalahkan Crotone 1-3, Atalanta sudah mereguk delapan kemenangan dan sekali seri dari sembilan pertandingan terakhirnya.

Selama sembilan pertandingan itu, Atalanta sama sekali tidak terkalahkan. Mereka sekarang duduk di peringkat lima klasemen sementara Serie A Italia, bersaing dengan Lazio, Milan, Napoli, dan Juventus di papan atas klasemen Serie A Italia. Apa yang dicapai oleh Gasperini ini tentunya mengejutkan banyak pihak, meski sebenarnya juga banyak terjadi di liga-liga lain (bahkan Juventus pun pernah melakukan hal yang sama).

Namun, menjadi menarik untuk disimak di zaman ketika orang-orang ingin hasil yang instan dan melupakan pentingnya proses, Atalanta masih menghargai pentingnya proses dan untuk sementara mengesampingkan hasil. Jika hal ini terjadi di klub lain, Gasperini kemungkinan besar sudah dipecat dan menjadi pengangguran.

Tapi Atalanta lain. Ia membiarkan Gasperini bereksperimen. Manajemen sadar bahwa ada hal yang harus disesuaikan terlebih dahulu, termasuk penerapan formasi dasar 3-4-1-2 Gasperini beserta pemain yang mengisi posisi dalam formasi tersebut. Mereka membiarkan Gasperini mengutak-atik, dan sekarang setidaknya mereka sudah merasakan hasilnya.

Yang lebih membahagiakan lagi, para pemain yang Gasperini pasang dalam formasinya kebanyakan adalah pemain-pemain jebolan akademi Atalanta. Ada nama Roberto Gagliardini, Mattia Caldara, dan Andrea Conti yang sekarang mulai rajin mengisi starting line-up Atalanta. Mereka sukses bersanding dengan nama-nama seperti Marco D`Alessandro, Andrea Petagna, dan Leonardo Spinazzola di skuat Atalanta.

Selain nama-nama di atas, ada satu nama yang juga menjadi pusat perhatian dan juga merupakan hasil dari keberanian Gasperini mempromosikan pemain muda. Ia adalah Franck Kessie. Perjudian pemain muda ini sukses, dan Kessie, bersama D`Alessandro, menjadi motor serangan Atalanta di lini tengah lewat kreativitas dan mobilitas yang mereka sajikan.

Jika dahulu Gasperini dipecat dan digantikan, mungkin nama-nama yang sudah disebutkan di atas tidak akan muncul ke permukaan.

**

Kesuksesan sekarang diraih oleh Gasperini. Tapi kompetisi berformat liga selalu menyajikan hal-hal yang bersifat semu, kecuali untuk tim-tim yang mampu konsisten dan konstan selama satu musim penuh kompetisi. Atalanta pun harus sadar akan hal ini.

Meski mereka sekarang berada di peringkat kelima, dan kemenangan-kemenangan yang mereka raih didapat atas tim-tim besar macam Napoli, Inter, dan Roma, ada laga melawan Juventus dan AC Milan yang belum mereka jalani. Itu bisa jadi titik balik mereka jika Atalanta tidak mampu tampil prima sepanjang liga.

Intinya adalah kesiapan dari para pemain untuk mengarungi kompetisi, supaya mereka tidak kembali menderita kekalahan beruntun. Tapi ucapan terima kasih pun perlu disematkan kepada Percassi. Setidaknya ia sudah berhasil mengirimkan pesan ke seantero Italia bahwa jangan terburu-buru memecat pelatih.

foto: @Atalanta_BC

Komentar