Dipulangkan dari kota Turin ke Manchester dengan mahar sebesar 93,25 juta paun yang harus diberikan oleh Manchester United ke Juventus, nyatanya tak membuat Paul Pogba langsung menunjukkan performa yang sebanding dengan harganya di awal-awal musim 2016/2017.
Kritikan dan komentar miring pun langsung diberikan kepada dirinya yang dianggap tak cocok menyandang predikat sebagai pemain termahal di dunia. Belum lagi faktor terlalu banyak gaya dengan selalu bergonta-ganti model rambut di setiap pertandingan yang tidak dibarengi dengan penampilan yang memuaskan, membuat namanya selalu menjadi bahan olokan.
Manchester United patut untuk merasa was-was. Tapi tidak dengan sang manajer, Jose Mourinho. Mourinho merasa Pogba adalah tanggung jawab dirinya. Ia pun dengan sabar mencari formula yang tepat untuk mengembalikan performa gelandang asal Prancis tersebut.
Di awal-awal kedatangannya, Mourinho lebih memilih untuk menempatkan Pogba sebagai poros ganda bersama Marouane Fellaini dalam formasi 4-2-3-1. Namun peran ini tidak dapat memunculkan potensi terbaiknya. Ia memiliki jiwa yang lebih menyerang, maju ke depan tak ragu meninggalkan Fellaini sendirian di belakang. Celah yang ditinggalkannya pun tak jarang dapat dimanfaatkan oleh tim lawan, terlebih strategi defensif Mourinho sangat rentan untuk terserang.
Namun, bukan Mourinho namanya jika ia tak jitu untuk menambal celah. Ia pun sungguh beruntung karena di skuat United saat ini terdapat banyak pemain yang dapat berperan sebagai gelandang jangkar dibanding Pogba. Pogba pun akhirnya kembali ditempatkan di posisi gelandang yang lebih menyerang, tak jarang pula dirinya ditempatkan sebagai pemain no. 10.
Pogba pun secara perlahan dapat menunjukkan magisnya kembali. Seringkali pula dirinya menjadi dirijen bagi permainan United. Pundi-pundi golnya pun mulai terbuka ketika dirinya ditempatkan di posisi aslinya, total lima gol telah tercipta ketika dirinya ditempatkan sebagai gelandang sentral, dengan rincian tiga di liga Primer, dua di Liga Europa. Ia pun mampu menyumbangkan empat asis bagi United sejauh ini.
Pencapaiannya pun langsung mendapatkan pujian dari sang bos, Jose Mourinho. Selepas menampilkan permainannya yang luar biasa kala menghadapi Sunderland (26/12), Mourinho bahkan berani melabelinya sebagai gelandang terbaik di dunia. Mourinho berpendapat jika Pogba mampu langsung beradaptasi di liga Inggris, padahal itu sesuatu yang sulit dilakukan oleh para pemain yang datang dari liga Italia.
“Liga Primer sangatlah sulit. Anda bermain tiga sampai empat tahun di Italia, kemudian Anda datang ke liga Primer, dan dunia akan terasa berbeda,” ujar Mourinho kepada stasiun televisi Prancis, SFR. “Dia (Pogba) melakukannya dengan baik. Jauh lebih baik. Evolusinya berjalan sempurna. Jadi, saya bisa membayangkan jika musim depan ia akan berada di level yang tertinggi.”
Mourinho pun yakin Pogba akan memenangkan Ballon d’Or musim depan andai ketentuan pemilihannya tidak selalu mengacu kepada jumlah gol yang diciptakan.
“Pada saat ini, jika kau bukan pencetak gol, kau tidak akan memenangi Ballon d’Or. Tetapi jika persepsi itu diubah, Paul (Pogba) akan dapat memenanginya, karena ia bukanlah seorang pencetak gol.”
“Paul (Pogba) adalah seorang gelandang yang akan mencetak gol lebih dan lebih, karena saya pikir ia berada dalam kondisi yang bagus untuk mencetak gol. Paul, saya rasa, adalah yang terbaik. Yang terbaik di dunia. Jelas, dia masih muda. Dia masih dapat berkembang, ia pun selalu ingin berkembang untuk menjadi lebih baik.” Tutup Mourinho kepada SFR.
Tahun ini, Pogba terdapat di dalam daftar calon pemenang Ballon d’Or. Akan tetapi pada akhirnya, dirinya hanya berada di urutan ke-14. Perkataan Mourinho pun benar pada kenyataannya, jika Pogba ingin memenangkan Ballon d’Or musim depan, itu artinya dirinya harus mampu menunjukkan jika pekerjaan para gelandang tak bisa diabaikan. Kecuali, jika Pogba bisa memberikan banyak gelar bagi Manchester United di masa yang akan datang.
Foto: dailymail.
Komentar