Klub Liga Inggris Dominasi Daftar Klub Terkaya Eropa

Berita

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Klub Liga Inggris Dominasi Daftar Klub Terkaya Eropa

Sepakbola Eropa sudah mulai berbenah. Berkat aturan Financial Fair Play yang mulai diterapkan pada 2011, tidak ada lagi kasus hutang yang menjerat klub, dan keadaan finansial klub di Eropa rata-rata mulai membaik. Namun di balik itu semua, ternyata ada tantangan lain yang muncul.

Laporan keuangan klub yang dirilis UEFA yang berisikan kondisi keuangan 679 klub yang berkompetisi di 54 liga papan atas Eropa sampai akhir 2015 menunjukkan sesuatu yang menarik. Dari banyak hal yang ditunjukkan oleh laporan tersebut, salah satunya adalah laporan bahwa konsentrasi perputaran uang di Eropa hanya terjadi pada klub-klub besar, termasuk di dalamnya adalah klub-klub Liga Primer.

Liga Primer memang masih menjadi liga dengan pendapatan tertinggi. Dalam rilis tersebut, Liga Primer mencatatkan pendapatan sebesar 3,8 miliar paun di tahun 2015, melebihi pendapatan yang diraih liga-liga yang lain. Liga Primer juga mencatatkan pemakaian jasa pemain, pemilik, dan manajer asing tertinggi di antara liga-liga lain. Selain itu, klub-klub Liga Primer juga mendominasi urutan klub terkaya di Eropa. Dari daftar 30 klub terkaya Eropa, 14 di antaranya berasal dari Liga Primer.

Nama-nama seperti Manchester United, Chelsea, Manchester City, Arsenal, dan Liverpool masuk daftar klub terkaya di Eropa, bersama dengan duo Real Madrid dan Barcelona dari Spanyol, Paris-Saint Germain dari Prancis, dan Bayern München dari Jerman. Bahkan nama Burnley pun masuk di urutan ke-10 klub terkaya di Eropa berkat pendapatan yang mereka raih sepanjang 2015.

Berikut adalah daftar sembilan besar klub terkaya di Eropa jika diurutkan, seperti dilansir The Guardian berdasarkan rilis UEFA:

  1. Real Madrid (Spanyol)
  2. Barcelona (Spanyol)
  3. Manchester United (Inggris)
  4. Paris-Saint Germain (Prancis)
  5. Bayern München (Jerman)
  6. Manchester City (Inggris)
  7. Arsenal (Inggris)
  8. Chelsea (Inggris)
  9. Liverpool (Inggris)

Perputaran uang yang berpusat tidak hanya di Inggris, tapi di klub-klub papan atas Eropa lain adalah pekerjaan rumah tersendiri bagi UEFA. Aturan Financial Fair Play yang mereka terapkan, meski berdampak terhadap stabilitas pasar pemain di Eropa, ternyata malah memberikan keuntungan kepada klub-klub besar.

"Ketika Eropa bisa berbangga atas efek dari kebijakan yang mereka lakukan dalam menjaga stabilitas sepakbola di Eropa, ada tantangan-tantangan baru yang muncul ke permukaan, salah satunya adalah tentang pemerataan pendapatan yang belum terjadi," Andrea Traverso, orang yang berperan di balik kemunculan kebijakan Financial Fair Play seperti dilansir The Guardian.

"Pendapatan klub-klub bertambah, tapi pendapatan tersebut hanya berputar di lingkaran klub-klub besar Eropa (lazimnya dalam hal pendapatan hak siar dan sponsor). Klub-klub lain belum bisa menggusur klub-klub top Eropa tentang hal ini," tambahnya.

Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, juga menyoroti tentang hal ini. Ia mengatakan bahwa ada langkah yang harus dilakukan agar pendapatan bisa terbagi rata, meski ia juga sadar untuk mendobrak dominasi klub-klub besar di Eropa dalam masalah pendapatan adalah hal yang sulit dilakukan.

"Sebagai otoritas tertinggi di sepakbola Eropa, UEFA harus menyajikan kebijakan yang berdampak bagi semua elemen sepakbola Eropa. Pendapatan dari hak siar dan sponsor, meski sekarang berpusat di klub-klub besar, kelak harus terbagi secara merata. Itu adalah hal sulit untuk dilakukan, mengingat pengaruh klub besar Eropa yang cukup kuat, tapi bukan mustahil untuk dilakukan," ujar Ceferin.

Eropa sekarang memang menjadi pusat dari segala aktivitas sepakbola di dunia. Banyak pemain-pemain berbakat serta manajer-manajer dari benua lain bermain di liga-liga Eropa dan memanajeri klub-klub Eropa. Tak heran dengan migrasi besar-besaran pemain dan manajer (malah sekarang pebisnis-pebisnis dari Tiongkok dan Timur Tengah), pendapatan yang diraih oleh klub-klub Eropa pun naik 82% selama 20 tahun terakhir.

Eropa memang sudah menjadi pasar yang menjanjikan untuk sebuah industri bernama industri sepakbola.

Sumber lain: Lanchasire Telegraph

Komentar