Sepakbola harus bisa dinikmati oleh siapa saja. Perempuan atau laki-laki, tua atau muda, semua punya hak yang sama dalam menikmati sepakbola. Begitu juga dengan orang-orang difabel, mereka punya hak yang sama untuk menikmati sepakbola. Sayangnya di Inggris, hak-hak kaum difabel untuk menonton sepakbola secara nyaman belum terpenuhi seluruhnya.
Laporan dari MP (parlemen di Inggris) yang membidangi bagian budaya, olahraga, dan media menyebut bahwa delapan dari 20 klub Liga Primer belum memenuhi standar jumlah ruang yang disediakan di stadion untuk orang-orang difabel. Liverpool, Chelsea, West Ham United, Sunderland, Hull City, Burnley, AFC Bournemouth, dan Crystal Palace adalah delapan klub yang belum memenuhi standar ruang yang harus disediakan untuk kaum difabel di stadion.
Adanya beberapa klub yang belum memenuhi standar ruang untuk kaum difabel di stadion ini mengundang tanya dari MP. Selain mempertanyakan kebijakan klub, MP juga mempertanyakan kebijakan dari Liga Primer sendiri yang tampak tidak serius untuk memberi peringatan kepada klub agar membenahi ruang yang harus disediakan untuk kaum difabel di stadion.
"Setelah 20 tahun menjalankan roda kompetisi, Liga Primer tampak tidak memiliki keseriusan untuk menindak klub-klub yang belum memenuhi standar ruang untuk orang-orang difabel. Ini bukan tentang masalah uang semata, tapi lebih kepada keinginan untuk melakukannya," ujar Damian Collins, anggota komite MP, seperti dilansir The Telegraph.
Selain pihak MP, pihak yang cukup keras menyuarakan agar para klub segera memenuhi hak-hak kaum difabel agar bisa menonton dengan nyaman di stadion adalah lembaga EHRC (Equalities and Human Rights Commission). Ketua EHRC, David Isaac, menyebutkan bahwa klub harus berhenti memberikan janji-janji palsu semata tentang kenyamanan menonton di stadion bagi para kaum difabel.
"Selain melanggar aturan yang sudah ditetapkan, klub-klub Liga Primer sudah ingkar janji kepada suporter-suporter difabel untuk memberikan kenyamanan menonton di stadion. Jika terus seperti ini, kami tidak akan ragu untuk memperkarakan klub-klub yang belum memenuhi standar ke meja pengadilan dengan segera," ujar David.
Sebenarnya peraturan yang secara khusus untuk mengatur tentang ruang yang harus disajikan oleh klub untuk para suporter difabel sudah tertera di dalam Accessible Stadia Guide yang rilis pada 2003. Di dalamnya tercantum berapa ruang yang harus disajikan klub, tergantung dari besar kecilnya kapasitas stadion, dan juga akses keluar masuk yang dipunyai stadion tersebut. Tapi ternyata masih banyak klub Liga Primer yang belum mampu memenuhi standar tersebut.
Untuk pemenuhannya sendiri, klub-klub Liga Primer diberikan tenggat untuk memenuhi standar yang tertera dalam Accessible Stadia Guide sampai Agustus 2017 nanti. Kalau masih ada klub yang belum memenuhi standar tersebut, klub akan mendapatkan denda sebesar kurang lebih 25.000 paun, atau bahkan klub akan mendapatkan hukuman pengurangan poin jika mereka masih tidak berniat untuk memenuhi standar klub yang ditetapkan dalam Accessible Stadia Guide.
Intinya, klub-klub dan Liga Primer itu sendiri harus mulai bergerak untuk menyajikan ruang yang lebih baik bagi para kaum difabel di stadion, karena sepakbola pada dasarnya adalah olahraga yang bisa dinikmati oleh siapa saja.
Sumber: The Guardian, The Telegraph
(sf)
Komentar