Rekor buruk Liverpool berlanjut kembali. Sejak 2017 dimulai, The Reds tampak sulit untuk meraih kemenangan atas lawannya. Rekor buruk ini pun berlanjut kembali dalam laga semifinal leg kedua EFL Cup (Piala Liga Inggris) ketika Liverpool dikalahkan oleh Southampton dengan skor 0-1.
Berkat kemenangan ini, Southampton pun akan tampil dalam laga final yang akan digelar di Wembley pada 26 Februari 2017. Mereka akan menanti pemenang antara Manchester United ataupun Hull City (tapi kemungkinan besar United yang akan jadi lawan Soton karena mereka sudah menang 2-0 dalam pertandingan leg pertama).
Walau menderita kekalahan keenam dari tujuh pertandingan yang sudah mereka lakoni sejak 2017, manajer Liverpool, Jürgen Klopp, mengungkapkan bahwa Liverpool tetap akan mampu bangkit dalam pertandingan selanjutnya karena hal ini sudah kerap terjadi selama musim 2016/2017 ini.
"Terkadang memang kita mendapatkan hasil yang tidak kita inginkan dan harapkan. Tapi sejauh ini, saya melihat bahwa kami tahu apa yang kami inginkan, dan sepakbola seperti apa yang ingin kami mainkan. Kekalahan ini mungkin tidak mengenakkan, tapi kami akan segera bangkit dan kembali meraih hasil positif," ujar Klopp seperti dilansir Liverpool Echo.
Di sisi lain, kekalahan The Reds atas Southampton ini semakin memperjelas masalah-masalah yang ada di dalam tubuh Liverpool. Absennya Sadio Mane, lini pertahanan yang kerap melakukan kesalahan dan kurang solid, serta sulitnya para penyerang menembus pertahanan yang bertumpuk, adalah masalah-masalah yang harus segera diselesaikan oleh Jürgen Klopp jika memang ia ingin Liverpool meraih gelar musim 2016/2017 ini (kesempatan masih ada di Piala FA) ataupun bersaing di papan atas klasemen Liga Primer.
Namun, kekalahan Liverpool ini juga mencerminkan hal lain, yakni buruknya rekor Liverpool ketika bertemu dengan Southampton. Tercatat dalam tiga laga terakhir pertemuan antara Liverpool dan Southampton, The Reds sama sekali tidak mampu menjebol gawang Southampton. Terakhir kali mereka mampu menjebol gawang Southampton adalah ketika mereka dikalahkan 3-2 di Stadion St. Mary pada Maret 2016 silam. Saat itu Sadio Mane masih berstatus sebagai pemain The Saints.
Dalam dua laga semifinal Piala Liga Inggris pun, Liverpool tampak begitu sulit menjebol gawang Southampton. Claude Puel, manajer Southampton, kerap menerapkan garis pertahanan yang rendah dan juga menumpuk para pemain di kotak penalti. Cara ini memang sudah banyak diperagakan oleh tim lain, dan jika dipadukan dengan kemampuan serangan balik yang mumpuni, maka hal itu akan menjadi sesuatu yang menakutkan bagi The Reds.
Selain Southampton, Swansea City juga adalah tim yang mampu melakukan hal yang sama dalam laga melawan Liverpool di Anfield, Sabtu (21/1/2017) lalu. Tapi Swansea masih membiarkan gawangnya dijebol oleh Roberto Firmino selama dua kali, sedangkan Southampton sama sekali tidak memberikan kesempatan bagi Liverpool untuk mencetak gol ke gawang mereka.
Dengan tiga rekor kemenangan atas Liverpool dan sama sekali tidak memberikan kesempatan kepada Liverpool untuk mencetak gol, Southampton pun dianggap sebagai bogey team (momok) bagi The Reds.
Sumber lain: This is Anfield, Liverpool Echo, ESPN FC
foto: @OriolRomeu
Komentar