Saga tentang ledakan di Dortmund akhirnya mulai menemukan titik terang. Hal tersebut ditandai dengan dua hal: tidak lolosnya Dortmund ke babak semifinal Liga Champions Eropa karena dikalahkan AS Monaco dan ditangkapnya pelaku yang menyebabkan ledakan tersebut.
Usai ledakan yang melukai Marc Bartra sekaligus dianggap sebagai salah satu faktor yang memengaruhi psikologis pemain Borussia Dortmund dalam laga melawan AS Monaco itu terjadi, pihak kepolisian Jerman pun langsung melakukan penyelidikan untuk menemukan pelaku dari ledakan tersebut.
Hasil penyelidikan pun sempat mengerucut kepada dua nama, satu nama berasal dari Irak dan satu nama berasal dari Jerman. Salah satu orang yang diduga menjadi tersangka, Abdul Beset A. dari Irak, bahkan mengakui kalau ia adalah salah satu anggota ISIS. Keterkaitan unsur teror dalam ledakan ini pun menyeruak, walau hasil penyelidikan lanjutan akhirnya menemukan bahwa dua orang tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan ledakan tersebut, pun juga dengan unsur teror yang menyertainya.
Setelah dua terduga tersangka tersebut dinyatakan tidak terlibat dalam aksi ledakan di Dortmund, pihak kepolisian Jerman bersama pihak satuan anti-teroris Jerman pun melanjutkan penyelidikannya.
Akhirnya, dalam press release yang dilakukan pihak kepolisian pada Jum`at (21/4/2017), mereka mengungkapkan bahwa mereka sudah menangkap pria berusia 28 tahun yang diduga sebagai otak di balik ledakan yang mengenai bus Dortmund pada 11 April 2017 silam tersebut. Pria bernama Sergej W. tersebut ditangkap di daerah provinsi Baden-Wurttemberg.
Sergej pun memiliki alasan tersendiri kenapa ia sengaja ingin meledakkan bus Dortmund. Dilansir dari The Guardian, alasan Sergej ingin meledakkan bus Dortmund adalah agar harga saham Dortmund anjlok, sehingga ia bisa mendapatkan keuntungan dari anjloknya harga saham Dortmund tersebut. Dortmund memang satu-satunya klub dari Jerman yang punya saham di bursa efek.
Sergej pun langsung merancang sebuah rencana untuk meledakkan bus Dortmund. Selain menanam bom di jalan yang akan dilalui bus Die Borussen ke Signal Iduna Park, ia pun memantau gerak-gerik para pemain, pelatih, dan manajemen Dortmund bahkan masih sejak di dalam hotel. Hal tersebut terlihat dari catatan pemesanan kamar di L`Arrive, hotel yang juga ditempati oleh para penggawa Dortmund.
Ia tercatat memesan kamar pada tanggal 9-13 April serta 16-20 April, karena ia tidak tahu pada leg berapakah laga Dortmund vs Monaco akan dilangsungkan di Signal Iduna Park. Ia juga menolak kamar first class yang ditawarkan pihak hotel, karena kamar tersebut tidak memiliki jendela yang bisa langsung melihat ke arah ledakan terjadi.
Akibat dari tindakannya ini, pria yang pernah mendapatkan gelar sebagai penghargaan di bidang pendidikan pada pun terancam hukuman yang cukup berat. Ia dikenai dua tuntutan sekaligus, yaitu percobaan pembunuhan dan penggunaan bahan yang bisa memicu ledakan.
Sumber lain: ESPN FC
Komentar